" Listen! We are worried and regret everything…but regret never bring anything without action to us, to your Dad, and to our beloved Paris. Now what we need to do is just take a rest and calming our brains, Paris never need our tears. He need our support…."
Mencoba menatap satu persatu anaknya, Build mengusap pipi ketiga putranya secara bergantian mencoba menyalurkan perasaannya kepada mereka.
" Kita merasakan hal yang sama, tidak ada gunanya kita menyesali apa yang telah terjadi. Paris tidak membutuhkan penyesalan itu, dia membutuhkan kita sebagai keluarganya. Dan aku tidak berniat untuk membiarkan ayah kalian terus menerus tertekan dalam amarahnya. Aku akan membalas mereka dengan tanganku sendiri, berkali-kali lipat dari apa yang Paris rasakan. Jadi apa kalian ikut bergabung denganku? Atau membiarkan ayah kalian menikmati balas dendam nya sendiri?"
Makau dan Twins tidak mengerti namun berakhir tersenyum memeluk sang Papa. Papa mereka, Phi Jak yang mencintai dan mengajak mereka dengan petualangan menegangkan. Build benar-benar membagi tempatnya dengan Jak untuk anak-anak nya.
" Kau benar, aku juga ingin bersenang-senang… setidaknya sampai Paris sendiri yang akan menentukan akhir neraka mereka "
Makau tersenyum, ia ingat pertama melihat Build menikmati kegilaan yang hampir sama dengan ayahnya. Ketika Build menyiksa ibu kandung Makau yang dikurung oleh Bible di basement. Makau tentu tahu, Build dan Jak sekarang berada di status yang sama. Mereka akan membalas apapun yang Paris rasakan lebih sakit dari yang bisa dibayangkan.
.
.
.
Salah satu ruang VVIP di Rumah sakit ternama Bangkok sudah menjadi ruang pribadi untuk tinggal keluarga dari seorang yang masih setia dalam tidurnya. Meski masih dibatasi oleh sekat kaca untuk memastikan orang yang mendekat tetap steril, ruangan itu bisa dimasuki kapanpun meski tidak boleh lebih dari 2 yang bisa duduk di samping pasien.
Sebulan sudah Paris dipindahkan ke ruang VVIP, beberapa alat yang menjadi penopang hidupnya sudah dilepas seiring perkembangan kesehatan Paris yang semakin membaik.
Tubuh Paris terlihat normal, dengan beberapa luka yang sudah mulai memudar. Tulang rusuk Paris kembali patah namun masih bisa tertolong, beruntung tidak ada organ dalam yang terluka. Cedera terparah adalah cedera yang terjadi di tempurung kepala, membuat Paris saat ini masih dalam status siaga dan koma.
" Dia seperti sedang bersenang-senang di sana…."
Venice menatap ke arah wajah adik bungsunya, luka di wajah Paris masih terlihat meski sekarang terlihat sudah lebih baik karena hanya tersisa perban yang melingkar di kepala sang adik.
" Hmm semalam detak jantungnya sempat melemah, namun kembali normal setelah Daddy kalian menggenggam tangannya"
Nani terlihat sedang sibuk dengan handuk kecil yang ia gunakan untuk membersihkan tubuh Paris, menunjukkan seberapa perhatian pemuda itu kepada adik bungsu Summetikul.
" Bagaimana luka mu?"
" Tidak terlalu mengganggu, jahitan pun sudah tidak terlihat. Hanya Mommy saja yang berlebihan memintaku setiap saat melapor padanya tentang keadaanku"
Venice mengangguk, ia duduk memperhatikan adiknya yang masih setia tertidur. Sudah sebulan lamanya Paris tertidur dalam koma, yang hampir membuat ayah mereka menghancurkan rumah sakit. Beruntung Gun dan Boun, paman mereka mampu menenangkan sang ayah. Tidak tahu bagaimana Venice menghadapi orang yang membagi gen dengannya itu jika sesuatu buruk kembali terjadi kepada Paris.
YOU ARE READING
Eiffel, Part Of My Way
FanfictionEXtra Part dari Hiden Point Of View . . Always try to be with you, and never will be end when you still not found . Karma Bible dan Thana yang berujung pada kebalikan sifat dari keturunan mereka. . . susah, jelasin
#25 " Waiting For You, My Eiffel"
Start from the beginning
