21 [Just Began]

91 0 0
                                    

Maira yang sudah menyelesaikan masa menstruasinya, dengan wajah cerah di hari minggu siang, masuk ke dalam kamar dimas yang terbuka lebar.
Minggu terakhir sebelum maira berusia dua puluh tahun, maira menemui dimas yang sibuk di kamarnya.

Dimas sudah menyiapkan kado spesial untuk perayaan ulang tahun maira yang ke dua puluh tahun. Bukan kado berupa barang tidak bergerak, tapi kado yang bisa memberikan kenangan indah akan hubungan yang mereka berdua miliki.

Belajar mengenali maira setiap hari, dimas akhirnya mendapat satu kesimpulan, bahwa yang bisa membuat maira bahagia bukanlah kado mahal, tapi kebersamaan yang maira miliki dengan dimas.
Seringkali dimas menanyakan keinginan maira atau hal yang mungkin maira ingin beli, tapi maira selalu menjawab dimas dengan satu kata, "Kamu".

Dimas tidak terlalu peduli apakah maira hanya menggodanya, ataukah maira hanya ingin menutup mulutnya, tapi satu hal yang pasti, dimas merasa sangat tersipu, dan bahagia, saat maira menjawab bahwa yang maira inginkan hanyalah dirinya.

"Lagi apa sayang", tanya maira pada dimas dengan ceria.

Maira kemudian meletakkan tasnya, juga makan siang untuk dimas yang dia bawa dari rumah.

"Ini masih ngecek gradasi warna", jawab dimas tanpa melihat maira.

Maira kemudian duduk disamping dimas, dan melingkarkan tangannya di lengan dimas.

"Untuk persiapan tugas akhir", tanya maira.

"Iya", jawab dimas.

Maira meletakkan kepalanya di pundak dimas, sambil melihat dimas mewarnai designnya.

"Makan dulu gih, aku bawain makanan dari rumah, tadi ibu masak ikan nila bumbu kuning", pinta maira.

"Lima menit lagi ya", jawab dimas.

Maira mulai menghitung, dan baru sampai angka lima, maira langsung mengatakan, "Udah lima menit nih".

Dimas tersenyum, lalu menatap maira, dan mencium bibirnya.

"Pintunya nggak di tutup", protes maira sambil melepas ciuman dari dimas.

Dimas kembali tersenyum, lalu beranjak dan mencuci tangannya di kamar mandi.
Begitu dimas masuk ke dalam kamar mandi, maira langsung mengambil meja lipat dimas, kemudian menata makanan yang ia bawa.

Dimas yang sebelum berpacaran dengan maira hanya punya dua cangkir untuk minum, dan tidak punya alat makan sama sekali, sekarang sudah tersedia lengkap di kamarnya.

Dua piring, dua mangkok, dua sendok dan garpu, serta sendok besar, semuanya maira bawa dari rumahnya, dan sengaja dia tinggalkan di kamar kos dimas.

"Masakan ini ada andil kamu nggak nih", tanya dimas sambil melihat menu rumahan lengkap di depannya.

"Ada dong, aku yang matiin kompornya begitu udah mateng", jawab maira sambil tersenyum.

"Itu bukan bantuin namanya", ujar dimas sambil mulai menyendok makanan yang maira bawa.

"Kata ibu, kalau dimas bosen sama makanan di deket kos, dimas bisa makan di rumah aja, atau bisa request masakan apa yang lagi pingin dimas makan, nanti ibu masakin", ujar maira sambil menatap dimas.

"Kapan ibu bilangnya", tanya dimas.

"Tadi pas nyiapin ini buat dimas", jawab maira sambil menunjuk tupperware milik ibunya.

"Jadi yang masukkin makanan ibu, bukan kamu", tanya dimas.

"Iya, tadi pas aku ijin mau main sama dimas, ibu tanya kalau kita jalan-jalan, terus jajan, yang bayarin siapa, aku jawab aja, kadang patungan, seringnya dimas yang bayar, eh ibu marah", cerita maira sambil membersihkan duri ikan, dan menaruhnya di ujung piring.

After SunsetWhere stories live. Discover now