31. GANGSTER

2.5K 377 70
                                    







"Belva dipaksa masuk mobil!"

Dentuman hebat di jantungnya kala mendengar nama Belva disebut dengan sebegitu paniknya, membuat Shaga seketika berlari menuju gerbang. Ia tidak memperdulikan beberapa siswa yang terdorong olehnya. Fokusnya hanya pada kerumunan di pintu gerbang yang semakin lama semakin terdengar saling tumpang tindih mempertanyakan kronologi menghilangnya Belva.

"Tadi gue dengar, Belva sempat teriak."

"Iya, tapi pas gue lari mau nolongin, dia udah digendong masuk ke mobil!"

"Mobil yang bawa dia?"

"Van putih! Van putih!"

"Kenapa nggak lo cegah, sih?"

"Gimana mau cegah! Kita tuh, sempet kedorong yang badannya gede tadi. Security kita aja sampai jatuh."

Para siswa yang sempat melihat kejadian itu saling bersahutan.

"Kemana?!" Shaga langsung bertanya sesampainya di kerumunan. "Kemana arah mobilnya pergi?!"

Para saksi mata yang terkejut akan suara keras Shaga, seketika menunjuk arah van putih itu pergi.

Tanpa pikir panjang, Shaga berlari secepat kilat menuju parkiran sekolah dimana motornya terparkir.

"Ga! B 2311 KJN!" Teriak Aruna yang sempat didengar Shaga.

Tarikan gas yang tak biasa, ia lajukan saat melewati gerbang, membuat para pelajar menepi dengan sendirinya.

Jalan raya tampak ramai oleh pengendara yang rata-rata adalah pelajar sekolah. Beberapa kali bunyi klakson Shaga membuat para pengendara lain uring-uringan. Ia tidak peduli, ia terus melajukan motornya sampai terhenti di perlintasan kereta yang sialnya sedang menutup.

Brengsek!

Shaga mengepal. Tapi pandangannya jatuh pada van putih yang berada di barisan paling depan. Ia mencoba merangsek agar bisa melihat plat nomornya. Dan matanya menyipit tajam ketika van putih itulah yang ia cari.

Shaga mencari celah agar motornya bisa mendekat. Di saat yang sama, palang pintu terbuka. Dan mobil itu kembali melaju. Harusnya ini kesempatan untuk Shaga mengejar. Tapi padatnya kendaraan membuatnya sulit untuk menyalip.

Ketika van putih itu memasuki jalan lebar, kendaraan mulai terurai. Shaga akhirnya berhasil mendekat, tapi tampaknya sang supir mengetahui keberadaan motornya yang sedari tadi mengikuti dari belakang, membuat van putih itu melaju lebih kencang.

Terjadi kejar-mengejar antara matic Shaga dengan mobil yang membawa Belva pergi.

Mencoba tenang, Shaga memutar otaknya mencari cara agar bisa menghentikan laju van putih itu. Dan tepat ketika mereka memasuki kawasan cluster perumahan yang sebagian rumahnya masih berupa bedeng proyek dan tanah lapang, Shaga menarik gasnya hingga maksimal. Motornya kembali mendekat. Kali ini berhasil mensejajari mobil mereka. Tanpa pikir panjang, ia menghadang jalan. Sayangnya rem mobil tak sanggup menghentikan laju secara mendadak, hingga terdengarlah suara hantaman yang begitu kencang.

"AGAAAA...!!!"

Belva berteriak histeris melihat Shaga terpelanting di depan mobil yang membawanya. Motornya masuk ke dalam kolong membuat van putih itu stuck di tempat.

"AGAAA!!" Teriakan Belva kini diselingi tangisnya. "LEPAS!! GUE MAU TURUN!! AGAAA!!" Belva berusaha meronta. Ia mau melihat Shaga. Ia mau melihat keadaan lelaki itu. Masih dengan histeris ia menggedor-gedor jendela. Tapi para suruhan papanya sigap menahannya.

Lalu tiba-tiba, dari arah lain, tampak segerombolan anak SMK datang bak pasukan siap tempur. Knalpot motor King yang jumlahnya tak terhitung itu cukup memekakkan telinga Shaga yang sedang menahan nyeri di sekujur tubuhnya.

ICE PRINCE & ICE PRINCESS [END]Where stories live. Discover now