13. ENEMY

3K 417 69
                                    

Dua hari sudah Belva berada di rumah sakit ini. Dan selama itu pula anak-anak kost bergantian menjenguk dan menjaganya. Begitu pun dengan teman-teman sekolahnya, setiap pulang sekolah, mereka bersama-sama ikut menemani Belva untuk menggantikan Sarah beristirahat. Atau lebih tepatnya, dipaksa beristirahat. Sebab mereka tahu, kondisi fisik Sarah juga perlu diperhatikan.

"Bentar lagi gue harus ikut bimbel, nih. Lo nggak mau nemenin gue apa, Lin?" Freya yang sedang mengupas apel menatap Olin yang sibuk menyalin tugas diatas sofa.

Ruangan kelas 1 ini memang cukup luas untuk dihuni mereka semua. Ada dua ranjang pasien dimana satunya sudah dipakai Gibran dan Rafa tidur-tiduran.

"Lo udah daftar, emang?" Olin mendongak.

"Belum sih, kayaknya minggu depan."

"Gue juga mau bimbel mulai minggu depan, daftar di tempat gue aja, biar kita bisa bareng-bareng," celetuk Letta.

"Gue ikut, boleh?" Calvin menoleh ke Letta. Gadis itu seketika mengangguk dan Freya serta Olin tersenyum menggoda.

"Gue juga ikut deh, nyokap udah mulai nyinyir, pusing gue," keluh Rafa sembari memainkan ponselnya.

"Pada rajin-rajin amat, yak." Gibran menatap Shaga. "Lo nggak ikut les juga?"

"Gampang nanti," sahut Shaga sekenanya.

"Yaudah, ayok daftar besok," Olin menyetujui ajakan Freya. "Lo ikut nggak, Bel?"

Belva yang sedari tadi hanya menyimak dan menerima apel kupasan dari Freya menoleh ke teman-temannya. Ia sempat melihat Shaga yang menatapnya.

"Ehm... Belum tau. Gue mesti ngomong dulu ke nyokap."

"Iya bener, diomongin dulu," Freya menyetujui.

Padahal sebenarnya, ia juga tidak tahu hendak melanjutkan kuliah dimana dan akan mengambil jurusan apa, ia tidak pernah memikirkan itu. Tidak ada rencana-rencana matang dalam hidupnya. Karena sudah pasti papanya lah yang akan mengatur segalanya. Tapi sekarang, tampaknya ia harus mulai memikirkannya sendiri.

"Udah sore nih, cabut yuk," ajak Olin setelah selesai menyalin tugas Freya.
Semua mengangguk kecuali Shaga.

"Kita balik dulu ya, Bel. Besok lo udah bisa pulang, kan?" Freya memastikan.

Belva mengangguk.

"Yaudah, nanti kita main-main ke rumah baru lo, katanya kan banyak bujang gantengnya."

"Idih-idih," Gibran meringis menatap Olin.

"Apa lo!"

"Ga, bilangin anak kost lo, suruh waspada dalam beberapa hari kedepan."

"Heh, lo pikir kita apaan! Bencana tsunami?"

"Tau tuh."

"Lagian, disini ada banyak cowok cakep, kurang apa?"

"Kurang duit, sih, kalo kata gua mah," sahut Rafa.

"Njir, jangan jujur-jujur napa, Raf," Gibran pura-pura menyeka air matanya.

Dan Belva terkekeh melihat wajah konyol Gibran.

"Gitu dong, ketawa, jangan merengut bae kek pantat ayam," celetuk Gibran sembari memaksa bersalaman dengan Belva. Dan raut wajah sang empu seketika berubah sinis. 

"Yaudah, kita pulang dulu ya, Bel. Cepet sembuh, cepet masuk sekolah lagi, biar gue nggak kesepian duduk sendirian."

"Kesepian tuh, Cal, katanya," goda Freya terkekeh.

"Eh, apa sih?" Protes Letta.

"Tiap malam udah gue vc masih kesepian, Ta?" Calvin menatap Letta menggoda.

ICE PRINCE & ICE PRINCESS [Sudah Terbit | End]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum