05. Veron's club.

Bắt đầu từ đầu
                                    

Kalan terkekeh melihat hal itu. "Kayak bocil lo berdua."

"Btw,-

Kalan menahan ucapannya, menyesap nikotinnya sejenak. "Akhir-akhir ini, gue sering liat bang Darga kayak deketin murid baru kemarin deh?"

Mendengar itu Ersson ikut menimpali dengan heboh. Seakan melupakan hal yang barusan terjadi. "Gue juga liat! kalo ga salah nama tuh cewe Cella, deh."

"Murid baru? Yang bareng Lyly kemarin?" celetuk Dio. Ia menyandarkan punggungnya di kepala sofa.

Kalan dan Ersson mengangguk kompak.

"Siapa nya Darga?" tanya Dio.

"Kita juga ga tau. Makanya kita bingung sekaligus penasaran," balas Kalan.

"Tapi Darga sama tu cewe kayak udah kenal lama." Ersson mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja. "Kemarin gue liat, Darga nganterin bekal ke kelas tuh cewe. Waktu gue tanya siapa, Darga cuma geleng."

Kalan membuang napas pelan. "Gue juga liat, tiap hari bang Darga kayak sengaja nangkring di parkiran samping gedung sekolah, seolah nunggu tuh cewe keluar dari gedung sekolah, trus nyamperin tuh cewe."

Kalan melotot seolah teringat sesuatu. "Dan parahnya! Tadi gue liat, tuh cewe pulang bareng bang Darga!!" Seru Kalan heboh. tak peduli sekitar. "Waktu gue abis selesai main basket," tambahnya.

"Apa jangan-jangan...mereka punya hubungan? like, secret relationship?" timpal Dio. Ia tampak berpikir.

"Menurut gue iya, tapi tiap Darga ngedeketin tuh cewe, gue liat-liat tuh cewe kayak kesel atau marah ke Darga." Ersson menuangkan alkohol ke sebuah gelas kecil lalu meminum sekali teguk.

"Ya mungkin aja, biar ga keliatan pacaran," kata Dio. Ersson mengangguk setuju.

"Tapi menurut gue ngga deh," tambah Kalan. "Mungkin bang Dargael cuma main-main aja ngedeketin tuh cewe. Kan murid baru, otomatis ga tau gimana sifat asli bang Darga."

"Bener juga," sahut Dio.

"Kasian tuh cewe di jadiin bahan mainan sama Darga," ucap Ersson prihatin. "Padahal dia cantik, keliatan polos lagi. Sayang banget kalo di sakitin sama cowo spek Darga."

Dio mengangguk pelan diikuti Kalan. "Gimana kalau..." Kalan menatap Ersson. "Lo deketin aja tuh cewe. Terus buat nyaman, lalu berdua jadian. Dan bang Darga ga akan nyakitin tuh cewe. Sebelum terlambat. Gimana?" saran Kalan menatap serius Ersson.

"Gila lo! Lo tau kan, kalau Darga udah nargetin seseorang, kalau belum dia sakitin ga akan dilepas gitu aja. Dan lo udah tau kan, Darga udah nargetin murid baru itu?"

Kalan terdiam.

"Tapi dulu, Lyly juga sempet jadi target Darga," celetuk Dio mengingat kejadian saat awal-awal mereka baru masuk sma. "Setelah gue jadian sama Lyly, dia ga ada bilang apa-apa, kan? Dia juga ga peduli." Dio menatap Ersson serius. "Darga cuma sekedar main-main sama Lyly dulu, trus waktu gue deketin Lyly, Darga udah langsung mundur. Bukan bermaksud ngerebut tapi emang pada dasarnya gue naksir Lyly," jelasnya.

Kalan mengacak rambutnya. "Gue aja yang deketin, gimana?" Dengan berani Kalan memberi diri.

Ersson dan Dio menoleh serentak.

"Lo serius?" tanya Ersson. "Gue bukannya ga mau, Lan. tapi masalahnya gue ga ada rasa. Takut nyakitin tuh cewe."

Kalan mengerjap. Tersadar bahwa dia juga sama. tidak memiliki rasa.

"Yang ada, malah gue jadinya yang nyakitin dia. Gue buat dia nyaman, eh taunya Gue ga ada rasa," lanjut Ersson.

Dio merenung membenarkan hal itu.

He's DargaelNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ