13

894 93 11
                                    

“Tidak enak.” Cedric mengernyit, menggelengkan kepalanya, menghindari sendok berisi bubur sayuran yang disuapkan Harry kepadanya.

Hari ini adalah tiga minggu sejak Cedric tersadar dari komanya, kondisinya sudah mulai membaik, dia sudah bisa duduk, sudah bisa mengucapkan lebih dari satu kalimat, dan alat-alat penunjang kehidupannya sudah mulai dilepas satu persatu, dokter sendiri memuji perkembangan Cedric yang luar biasa pesat, tekad pria itu kuat, maka ketika dia berniat untuk sembuh dia akan merasakannya sepenuh hati.

“Kau harus memakannya,” gumam Harry sedikit geli dengan kemanjaan Cedric yang seperti anak-anak, “ini menyehatkanmu.”

“Rasanya seperti muntahan.” Gumam Cedric, tapi akhirnya menurut membuka mulutnya, menerima suapan Harry lalu mengernyit ketika menelan.

Ekspresinya membuat Harry tergelak, tapi kemudian Cedric meraih tangan Harry yang tidak memegang sendok, ekspresinya berubah serius.

“Harry, tak terbayangkan rasa terima kasihku padamu …. aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan cintaku, aku …. Para dokter dan perawat menceritakan perjuanganmu untukku ….”

“Stttt,” Harry meletakkan sendoknya dan menyentuhkan jemarinya di bibir Cedric, “Perjuangannya sepadan, kau akhirnya bangun kan?”

“Tapi ….” ekspresi kesedihan menghantam Cedric, “aku …. Aku mungkin tidak akan bisa berjalan lagi. Aku mungkin lumpuh selamanya, aku hanya akan menjadi bebanmu …”

“Cedric,” Harry menyela sedikit marah, “kau tidak boleh memvonis dirimu sendiri, kesembuhanmu yang luar biasa ini juga diluar prediksi dokter bukan? Kita pasti bisa kalau kita berjuang dengan tekad dan keyakinan kuat bersama-sama, meskipun begitu ….” Suara Harry berubah sendu, “meskipun pada akhirnya kau lumpuh selamanya pun, aku akan tetap bahagia bersamamu … Kau tahu selama ini aku selalu berdoa apa? Aku berdoa yang penting kau sadar, aku tidak peduli yang lain, Tuhan sudah mengabulkan doaku, Cedric …. Tidakkah itu cukup?”

Mata Cedric tampak berkaca-kaca.

“Kau tidak tahu betapa aku mencintaimu …”

Suara di pintu itu mengalihkan perhatian mereka, Harry dan Cedric menoleh bersamaan, lalu Harry tersenyum, Dokter Oliver ada di sana, dalam kunjungannya yang biasa, sekarang bahkan dokter Oliver sudah mulai akrab dan berteman dengan Cedric.

Tapi senyuman Harry langsung membeku ketika menyadari siapa yang mengikuti di belakang dokter Oliver, itu Tom!

Tom yang sama. Tom yang tampan dengan penampilan bak adonis, dengan ekspresi yang dingin dan tidak terbaca. Harry tidak pernah berhubungan dengan Tom lagi sejak Cedric sadarkan dari komanya, Tom selalu memaksakan maksudnya dengan perantaraan dokter Oliver, seperti ketika Tom memaksakan untuk menanggung biaya rumah sakit Cedric dan ketika Tom memaksakan Harry setuju – lewat bujukan dokter Oliver – agar Harry dan Cedric pulang ke apartemen yang dibelikannya ketika Cedric sudah boleh pulang dari rumah sakit nanti.

Sekarang pria itu berdiri di depannya, ekspresinya tak terselami dan sedikit muram, membuat Harry bertanya-tanya, apakah Tom mendengarkan percakapannya dengan Cedric tadi. Apakah Tom tidak senang mendengarnya?

“Dokter Oliver,” Cedric menyapa ramah ketika Harry hanya diam saja, lalu menatap ingin tahu ke arah pria tampan yang sepertinya hanya menatap terfokus kepada Harry.

“Halo, Cedric, aku datang untuk mengecek keadaanmu. Dua hari lagi kau sudah boleh pulang kalau kondisimu sebaik ini terus,” Oliver menyadari Cedric menatap ke arah Tom, lalu menyikut pinggang Tom untuk menarik perhatian Tom yang terarah lurus kepada Harry, “Dan ini, Tom, dia bosku dan bos Harry juga.”

Tom menolehkan kepalanya pelan-pelan, lalu menatap ke arah Cedric, menelusurinya dengan tajam dan meneliti.

Inikah pria yang dicintai Harry sampai rela mengorbankan segalanya? Tiba-tiba pikiran jahat melintas di benaknya, apa yang akan diperbuat Cedric jika tiba-tiba dia mengungkapkan bahwa Harry sudah menjual diri kepadanya? Bahwa dia sudah berkali-kali meniduri tunangannya yang katanya dicintainya tadi?

A Romantic Story about Harry | Tomarry [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang