3

1.2K 97 11
                                    

Harry melirik Tom agak ketakutan ketika pria itu membelokkan mobilnya ke areal hotel berbintang lima. Pria itu sama sekali tak mengajaknya bicara. Dia menyetir mobil dengan tenang tetapi rahangnya menegang seperti menahan marah. Apakah pria itu akan berbuat kasar padanya untuk melampiaskan kemarahannya?

Tadi siang dia sudah menghina pria itu dan dia menyadari bahwa ego seorang pria sangat mudah terluka. Dia ketakutan kalau Tom akan melampiaskan kemarahannya dengan kasar, dia tidak pernah disentuh pria sebelumnya selain ciuman dan pelukan dari Cedric yang tidak pernah melebihi batas.

Apakah dia harus memberitahu Tom kalau dia masih virgin? Pria itu dari awal sudah beranggapan dia murahan, bagaimana jika …

Harry terlonjak ketika pintu terbuka, ternyata Tom sudah keluar dari mobil dan membukakan pintu penumpang,

Pria itu mengernyit ketika melihat wajah Harry yang pucat pasi.

“Ayo,” gumamnya kaku, dan meraih tangan Harry untuk membantunya keluar dari mobil.

Setelah Tom menyerahkan kunci mobilnya kepada petugas hotel untuk diparkir, mereka berjalan bersisian memasuki lobby hotel yang sangat mewah.

Resepsionis hotel menerima mereka dengan ramah dan memberikan kartu kamar yang dipilih Tom.

Bahkan di dalam liftpun mereka lewati dengan keheningan.

Kamar itu begitu luas dan sangat mewah sehingga Harry terpaku sambil terkagum-kagum akan keindahan interiornya.

Tom hanya berdiri di sana menatapnya.

“Kau pasti belum makan, aku akan memesan makan malam di kamar,” lalu pria itu melirik Harry dengan sinis, “sementara itu, kupersilahkan kau mandi duluan, badanmu basah, kau bisa mandi dengan air hangat.”

“Ta-tapi, aku tidak membawa baju …”

Tom sengaja menatap Harry dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan begitu intens sehingga wajah Harry merah padam.

“Aku akan memesan pakaian di butik kenalanku, besok pagi pesanan akan diantarkan kemari. Bajumu yang basah letakkan ditempat yang disediakan di kamar mandi, petugas hotel akan mengambilnya untuk di laundry, sementara itu ….”

Tom sengaja menggantung kalimatnya dengan penuh arti, “Malam ini kau tak perlu repot-repot memikirkan baju, toh kau tak akan sempat mengenakannya.”

Kalau wajah Harry bisa lebih merah padam lagi, itu akan menunjukkan betapa malunya dia dengan kata-kata vulgar Tom.

Setelah menggumamkan beberapa kalimat tak jelas dengan gugup, Harry setengah berlari menuju kamar mandi.

Di dalam kamar mandi Harry merasa sedikit aman, disandarkannya punggungnya ke pintu dan dicobanya menarik napas dengan normal. Dia takut pada Tom, pria itu seperti seekor singa yang menemukan domba lemah, lalu memutuskan untuk bermain-main dengannya dulu sebelum memakannya.

Harry melangkah telanjang ke kamar mandi lalu menyiram tubuhnya yang letih dan kedinginan karena kehujanan dengan shower air panas.

Setelah selesai mencuci rambutnya, Harry menyandarkan kepalanya di tembok dan membiarkan punggungnya yang pegal tersiram shower air hangat.

Dia takut menghadapi masa depan dan ketika membayangkan Cedric, air matanya menetes, mengalir bersama siraman shower.

"Maafkan aku, Cedric, setelah ini mungkin aku akan menjadi manusia kotor dan tak pantas untukmu, tapi hatiku tetap milikmu."

Ketika selesai membasuh muka dan menggosok gigi, Harry memandang bayangan dirinya di cermin, keadaannya sudah lebih baik pipinya sudah tidak pucat lagi, sudah ada rona merah disana setelah mandi air hangat.

A Romantic Story about Harry | Tomarry [END]Where stories live. Discover now