2

1.2K 99 20
                                    

Kenapa dia harus repot-repot menyuruhku menemuinya hanya untuk mengambil payung? Dia kan bisa menyuruh office boy untuk mengembalikannya, atau jika dia tak sempat, dia kan bisa menyuruh sekertarisnya untuk mengurus payung itu. Apalagi Harry tahu bosnya itu sangat sibuk.

Gosip yang terdengar mengatakan Tom adalah workaholic sejati yang menghabiskan waktu 20 jam sehari untuk bekerja.

Atau, kenapa tidak dia buang saja payung itu? Toh aku juga tak akan berani menagihnya, pikir Harry sambil mengerutkan kening di dalam lift yang mengarah ke lantai 14, lantai khusus CEO mereka. Ini kali kedua dia ke ruangan ini, sungguh tak disangka, dua tahun bekerja disini dia hampir tak pernah bertatapan langsung dengan sang pemimpin tertinggi yang diagung-agungkan itu, tetapi sekarang, dua hari berturut-turut dia dipanggil menghadap Tom Riddle.

Lift terbuka dan dia dihadapkan pada ruang tunggu yang nyaman dan mewah. Sekertaris yang sama, wanita setengah baya yang terlihat kaku dan efisien itu menatap Harry dengan skeptis, sepertinya dia juga bertanya-tanya kenapa pegawai rendahan macam ini sampai dua kali dipanggil menghadap langsung ke sang CEO, padahal setahunya Mr. Tom hanya berkomunikasi dengan anggota direksi, manajer dan kepala bagian unit perusahaannya, itupun lewat meeting resmi perusahaan dan  melalui seleksi janji temu yang rumit.

“Mr. Tom sudah ada di dalam, beliau sudah menunggu anda, saya sudah menginformasikan kedatangan anda lewat intercom dan beliau mempersilahkan anda langsung masuk,” gumam sekertaris itu dingin.

***

Tom baru saja menyelesaikan meeting penting dan dengan segera kembali ke ruangannya. Mengingat alasan yang membuat dia begitu terburu-buru kembali, membuatnya mengerutkan dahi, dia sudah menelpon atasan Harry tadi pagi, menjelaskan alasan keterlambatan pemuda itu. Dan atasan Harry begitu kegirangan karena teleponnya, hingga seolah-olah tak peduli lagi kenapa Harry sampai terlambat.

Yah mungkin setidaknya pemuda itu akan berterimakasih padaku, atau malah jengkel? Tom tersenyum sinis, menilik sifat pemuda itu, sepertinya Harry akan tambah jengkel dengannya.

Setelah dengan serius mempelajari berkas-berkas yang diantarkan bagian personalia padanya, Tom termenung.

Harry tidak bohong, kedua orang tuanya memang telah meninggal, dan alamat tempat tinggalnya memang terdaftar sebagai rumah kontrakan, bahkan pemuda cantik itu tidak mengisi nama saudara atau kerabat dekat yang bisa dihubungi.

‘Saya tinggal sendirian,’ begitu ucapnya tadi. Apakah pemuda itu benar-benar sebatang kara seperti ceritanya. Kalau dia tanpa keluarga dan hanya tinggal di rumah kontrakan, untuk apa dia meminjam uang sebesar 4000 poundsterling ke perusahaan yang harus dilunasi dengan memotong gajinya selama bertahun-tahun?

Apakah dia sakit? Memikirkan kemungkinan itu, dada Tom langsung merasa nyeri.

Tidak! Putusnya setelah termenung sejenak, pemuda itu sehat, kalau tidak dia pasti tidak akan lolos seleksi test kesehatan yang sangat ketat untuk masuk ke perusahaan ini.

Kalau begitu, dia pasti submissive yang suka menghambur-hamburkan uang, Tom menyimpulkan. Yeah, segalanya akan menjadi lebih mudah. Tom rela memberi uang sebanyak yang Harry mau asal Harry mau melayaninya.

Ia sangat kaya, dan memiliki sub seperti Harry yang benar-benar memacu hasratnya memang layak diberi sedikit pengorbanan.

Lamunannya terhenti ketika intercom berbunyi memberitahukan kedatangan Harry.

Tom menunggu penuh antisipasi, seperti seekor singa yang menanti mangsanya, dia punya penawaran bagus, dan jika pemuda itu seperti yang diduganya, Harry pasti tak akan mampu menolaknya.

***

“Kata Mr. Severus anda memanggil saya untuk mengambil payung saya yang tadi tertinggal,” gumam Harry sopan ketika Tom mempersilahkannya duduk.

A Romantic Story about Harry | Tomarry [END]Where stories live. Discover now