𝑩𝑨𝑩 5 [ 𝑺𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒇𝒂𝒕𝒂𝒍 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌? ]

131 10 3
                                    

*
*
*

Sejak tadi Namjoon hanya memandangi luka di jari manis milik pemuda di depannya. Ia masih merasa tidak nyaman dan hanya merasa ingin cepat keluar dari tempat ini.

"Saya minta maaf sekali lagi tuan," ucapnya dengan nada penuh sesal.

"Kenapa tuan?" tanya Yoongi dengan bibir sedikit dibuat cemberut.

Pemuda yang ditanya hanya bisa meremas kemejanya lagi lalu tertunduk malu. "Saat itu saya hanya punya rencana.. bukan maksudnya memang saya bercerita pada Elle untuk itu tapi hanya sebatas candaan saja. Tidak bermaksud lancang."

Tidak habis pikir, Elle ia sebut sebagai Elle tapi dirinya tuan? Padahal mereka satu keluarga. Bagaimana bisa Namjoon begitu tidak berpendirian pada ucapannya.

"Kau sebut adikku hanya Elle bukan nona? Kalau begitu kau bisa memanggilku Yoongi bukan tuan," protes Yoongi.

Mendapat protes Namjoon menghela nafas berat ia takut jika hal ini berpengaruh pada bisnis ayah dan ibunya.

"Saya dan Elle berbicara banyak saat itu, berbeda dengan anda tuan. Jangan di bahas lagi soal panggilan "kakak" saya hanya menyampaikan ke irian pada Elle bukan bermaksud merusak sampai sana. Maaf," jawab Namjoon pelan.

Di dalam lubuk hati Yoongi ia merasa sedih teramat sangat dan merasa tubuhnya bergetar hebat namun sebisa mungkin di tahan, tatapannya saja sudah berubah sejak tadi melihat bagaimana Namjoon di depannya begitu mirip dengan Namu Amartya adiknya.

"Lupakan, aku tidak mau memperpanjang masalah. Hilangkan panggilan tuan," protes Yoongi sembari mengibaskan tangannya.

Namjoon bingung, sebenarnya jika di pikir-pikir kenapa ia harus sampai seperti ini di depan Yoongi.

Pertemuan pertamanya saja tidak begitu baik, lalu yang saat ini juga begitu.

Tidak lama Jungkook datang dan duduk di sebelah Yoongi. "Anggap saja setelah ini tidak ada masalah lagi," tambah Jungkook setelah itu. Seolah mendengar apa percakapan mereka padahal ia baru saja datang.

"Pergilah, maaf sudah merusak suasana hatimu. Nikmati acaranya." Akhirnya Jungkook berdiri dan menarik Namjoon untuk pergi ke arah rak dan meja lain yang berisi lilin aromaterapi.

"Maafkan sahabat ku ya," ujar Jungkook dengan masih merangkul bahu Namjoon. Keduanya keluar dari ruangan yang sejak tadi memang Namjoon tidak tau itu ruangan apa. Hanya ada sofa dan meja juga satu vas bunga.

Terasa nyaman tapi sangat kosong.

Di sisi lain sembari membawa orang asing yang sangat mirip dengan adik sahabatnya itu, Jungkook tengah berfikir hal lain.

Memang ia merasa pernah beberapa kali bertemu pemuda ini di tokonya tapi tidak sedekat ini, dan ia baru sadar jika kemiripan antara Namjoon dan Namu sangatlah mirip.

Tentang dokumentasi pembelian?

Namjoon membeli banyak tapi tidak sering berkunjung. Apalagi hobinya memang sudah sejak dulu namun saat menetap di kota ini, ia baru menemukan toko seperti milik Jungkook, itu sebabnya mengapa Jungkook juga tidak begitu memperhatikan siapa pelanggannya.

Hanya pada saat pengundian tamu VIP barulah Jungkook melihat latar belakang mereka dengan jelas.

Jungkook pun tidak ingin memiliki masalah pelik dengan pengusaha lain seperti Almero. Meskipun tidak pernah menjalin kerjasama Jungkook tau bagaimana terkenalnya bisnis keluarga Almero.

𝐄𝐠𝐨Where stories live. Discover now