Salah Kamar Berujung Ngamar

126 17 2
                                    

"Ini kayaknya bener deh kamarnya."

Shabira baru saja diantar ke depan kamar bernomor 372. Adik tirinya Valen, mengatakan agar dia langsung masuk saja ke kamar tersebut karena sudah ditunggu.

"Kok gak dikunci sih."

Merasa aneh karena orang yang ada di kamar tersebut amat ceroboh tak mengunci pintu. Tapi Shabira tak punya banyak waktu, dia sedang ditunggu.

"Permisi, saya masuk ya."

Gadis dengan kulit putih bersih, tinggi 162cm, rambut agak ikal berwarna hitam. Mata bulat dengan lensa kecoklatan, memiliki bulu mata lentik yang cantik.

Shabira Tabitha, datang untuk tujuan memijat pelanggan pertamanya. Ya, hari ini Shabira memulai debutnya menjadi tukang pijat wajah yang baru dia tekuni beberapa bulan belakangan. Lumayan juga pikirnya, untuk menambah uang saku yang tak seberapa.

"Tumben banget si Valen nolongin aku cari duit. Biasanya juga cuman nyusahin," gumam Shabira sambil menunggu si pemilik kamar keluar.

Agaknya mencurigakan. Adik tiri Shabira itu ketimbang membantunya malah lebih sering merusuhi hidupnya. Meski saudara, tapi mereka bukan saudara kandung. Apalagi perlakuan ayahnya berbeda padanya. Shabira lebih mirip anak tiri dibandingkan anak kandung.

Sesampainya di tempat itu Shabira dihinggapi rasa yang aneh. Memang sudah mulai terasa sejak perjalanan tadi. Tapi makin kesini rasanya makin menggangu.

"Aduh!" erangnya sambil menutup mulut.

Reaksi apa ini?
Shabira merasakan kegerahan dan sesuatu yang mengejutkan dibawah sana. Bagian sensitifnya sedikit-basah.

"Sialan kok gini?" gumam Shabira bingung. Ia merapatkan kedua kakinya dan rasa aneh itu malah makin menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Kau siapa?" Seseorang muncul ke hadapan Shabira.

Dia, laki-laki dengan tubuh tinggi dan wajah yang agak kurang jelas di mata Shabira. Pandangan Shabira mulai tidak beres. Kenapa jadi buram?

Pandangan yang buram dan rasa yang tak dapat di tahan membuatnya menggigit bibir.

"Saya datang untuk pijat."

"Uh, ini kenapa sih!" desis Shabira.

"Kenapa panas sih." Shabira memegang mulutnya yang mulai meracau tak jelas.

Laki-laki di depan Shabira keheranan melihat tingkah gadis yang meracau sendirian seperti sakau. Kenapa juga ada wanita yang datang ke tempatnya dengan penampilan sedikit acak-acakan. Rambut digerai dan pakaian yang lebih mirip tukang bersih-bersih. Tapi mana mungkin tukang bersih-bersih membawa tas besar? Untuk pijat katanya? Tapi dia tak memesan jasa pijat.

"Aku tidak menerima tamu. Mungkin Anda salah kamar," kata pria itu pada Shabira.

"Ah enggak kok." Shabira merasa benar itu kamar yang dia tuju. Jelas orang suruhan Valen yang membawanya ke kamar itu. Jadi mana mungkin bisa salah.

"Silakan keluar dari kamar ini, sepertinya Anda tak punya kepentingan." Suara pria itu terdengar menekankan Shabira agar pergi.

Namun Shabira malah masuk ke dalam kamar tersebut kemudian menutup pintu rapat. Dia harus bekerja dan menyelesaikan dengan segera pekerjaannya. Kalau tidak, bagaimana dia bisa dapat uang, pikirnya.

"Bapak mau pijat, kan? Kan udah dipesan."

Pria itu menggeleng. "Tidak. Sudah ku bilang Anda salah Nona."

"Masa sih?" Bingung kian menyergapnya. Kini rasa linglung itu makin menyiksa dibarengi reaksi tak biasa pada tubuhnya sendiri.

Sialaaaan! Shabira mengumpat dalam hati. Dia makin merasakan tubuhnya kepanasan dan aneh sekali. Ini tidak benar, ini salah!

Cinderella Nice SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang