"Twinkle twinkle little star, how I wonder what u are... Up above the world so high, Like a diamond in the sky." Freen bernyanyi dengan suara terisak. Menyanyikan lagu yang dulu sering dinyanyikan oleh mamanya saat akan menidurkannya.
Freen masih terus bernyanyi, berharap mamanya mengingatnya. Setidaknya tidak menghindari Freen. Dan ternyata usaha Freen tidak sia sia. Mama Freen perlahan memperlihatkan dirinya dari balik tubuh sang dokter. Freenpun perlahan meraih tangan mamanya dan terus mengulang nyanyian yang sama. Freen mengarahkan tangan mamanya untuk menyentuh wajah Freen. Mengabsen setiap bagian wajahnya. Air mata mulai menetes dari pelupuk mata redup mamanya. Beliau menangis tanpa suara dan terus mengusap wajah Freen.
"Lhuuk saw khong chan (Putriku)? Luuk Freen kha." Suara itu bergetar.
"Chaaiii. Ini aku putrimu." Freen mendekap tangan mamanya yang berada diwajahnya. Freen mencium telapak tangan mamanya penuh kerinduan. Air mata Freen membasahi tangan mamanya.
"Kau menemukanku nak." Wajah itu terlihat berbinar. Senyumnya merekah. Mata yang sepanjang tahun ini terlihat sendu dan redup perlahan berbinar binar. Pupil hitamnya melebar menunjukkan betapa bahagianya dia bertemu dengan putri yang sudah sejak lama dinantikannya.
Freen meraih tubuh mamanya dan mendekapnya dengan erat. Seakan enggan untuk melepaskannya lagi. Seakan takut akan terpisah lagi.
-------------
Freen membantu mamanya merapihkan rambutnya. Membuat kepangan kecil seperti yang mamanya dulu sering lakukan kepadanya. Memakaikan sedikit bedak tipis dan lipstik berwarna cerah pada bibir pucat mamanya. Freen juga merapihkan pakaian mamanya. Memastikan mamanya tampil dengan sangat cantik, seperti mamanya yang dulu.
"Suuaaiii maaak Khun Nun" Goda Freen kepada mamanya. Meski mamanya tidak sepenuhnya mengingat Freen, setidaknya mamanya tau bahwa dia memiliki seorang putri. Bahwa dia adalah putri kesayangannya.
Mama Nun tampak sangat bahagia dengan penampilannya saat ini. Dia terus saja berputar putar dengan sumringah di depan cermin.
"Maaee... kau menyukai bajunya? Aku memilihnya sangat hati-hati dan sengaja memilih beberapa ukuran agar pas ditubuhmu" Freen mendekap tubuh mamanya. Memandang wajah sumringah mamahnya dari balik cermin. Sang mamah hanya mengangguk pelan dengan senyum yang mengembang.
"Freen, temuilah dokter Tina. Ada yang ingin dia sampaikan langsung kepadamu. Biar Mama Nun aku yang menjaganya." Saint baru saja kembali setelah mengurus administrasi kepulangan Mama Nun.
Yaa... Freen berencana membawa Mama Nun untuk tinggal bersamanya di Bangkok. Dan ternyata Saint telah mempersiapkan semuanya tanpa sepengetahuan Freen. Sehingga Freen tinggal meyakinkan Mama Nun saja untuk tinggal bersamanya tanpa mengkhawatirkan hal lainnya.
Freen mengetuk pelan pintu dihadapannya ini. Sebuha papan nama tertempel dipintu tersebut 'Dr. Tina Suppanad Jittaleela, Psy.D. Setelah 2 kali ketukan, terdengar suara lembut dari balik pintu yang mempersilahkan Freen untuk masuk.
"Duduklah Freen." Dokter Tina berdiri dari meja kerjanya dan mempersilahkan Freen untuk duduk di sofa yang barada dalam ruangan tersebut.
"Terimakasih dok"
"Kau ingin minum apa Freen?" Dokter Tina ke area mini pantry dan hendak menyediakan minuman untuk Freen.
"Tidak usah repot repot dok"
"Baiklah, aku akan membuatkanmu Jasmin tea. Aromanya sangat menenangkan dan bisa meredakan stress" Dokter Tina mulai sibuk menuangkan gula dan beberapa sendok bubuk teh ke dalam cangkir putih dihadapannya. Dituangkannya air hangat dan aroma jasmine tea mulai memenuhi ruangan tersebut.
YOU ARE READING
ITS NOT SAME ANYMORE (END)
FanfictionMerangkul dalam suka dan duka Saling memberi kenyamanan dikala gundah Menangis bersama disaat ada yang tersakiti Tiada hari tanpa bersama Seperti bulan dan bintang Namun kini semuanya berubah Hening, saling melewatkan dan enggan untuk menyapa Menjad...
THE TRUTH ABOUT FREEN part1
Start from the beginning
