THE TRUTH ABOUT FREEN part1

Start from the beginning
                                        

"Tttaaapiii... kenapa?" Freen masih berusaha menahan tangisnya. Ingat, Freen tidak ingin terlihat lemah di depan orang-orang. Dia tidak ingin orang mengasihaninya.

"Ayo kita masuk. Kita temui dia, dan kita sama sama mencari jawabannya" Saint menuntun Freen untuk memasuki gedung berwarna putih tersebut didampingi oleh salah satu dokter disana. Mereka melewati koridor ruangan yang cukup terang dan bersih, terasa aroma obat-obatan menusik indra penciuman. Terlihat cukup sepi, karena rumah sakit ini tidak seramai rumah sakit besar di Bangkok. Tampaknya hanya ada beberapa perawat dan dokter, mungkin sekitar 10-20 dokter dan perawat Dan pasiennya pun sangat minim. Karena memang Rumah Sakit ini berada di desa terpencil namun memiliki suasana yang sangat tenang disekitarnya. Mendukung untuk proses penyembuhan para pasien.

Freen akhirnya tiba disalah satu bangsal rumah sakit. Pintunya masih tertutup rapat.

Saint meyakinkan Freen untuk masuk. Freen perlahan membuka pintu bangsal tersebut, dan saat pintu terbuka, Freen bisa melihat sosok wanita paruh baya yang sedang duduk merenung memandang ke arah jendela. Tubuhnya tampak kurus, potongan rambutnya berantakan, seakan tidak ditata dengan baik.

Secara perlahan Freen memasuki ruangan tersebut dan berjalan mendekat ke arah sang wanita.

"Maae?" Panggil Freen lembut. Wanita tersebut memalingkan wajahnya ke arah Freen, menatap Freen dengan ekspresi penuh tanda tanya dan ada sedikit ketakutan dari ekspresinya.

Freen memandang lekat wanita itu. Ada banyak bekas luka sayatan di pergelangan tangan wanita itu. Kali ini Freen kalah dia tidak mampu membendung air matanya lagi ketika melihat sosok di hadapannya saat ini, sosok yang dirindukannya selama 7 tahun ini. Dia adalah mamanya. Betapa hancurnya hati Freen mendapati kondisi orang yang paling dicintainya dalam kondisi tidak baik baik saja. Wajah wanita itu terlihat sangat pucat, berantakan bahkan Freen tidak mendapati senyum ceria mamanya lagi. Senyum yang selalu menghangatkan Freen. Senyum yang selalu bisa meyakinkan Freen tentang kehidupan yang bahagia.

Freen mendekap tubuh kurus tersebut. Freen menangis sejadi jadinya dalam dekapan mamanya. Sang mama yang kebingungan hanya bisa mengelus pundak Freen. Dan semakin membuat Freen manangis tersedu sedu. Kilasan bayangan kebersamaannya bersama mamanya dulu terlintas di benaknya. Freen masih ingat betul bagaimana wajah cerah wanita yang paling dicintainya ini. Bagaimana senyumnya selalu bisa memberi kekuatan bagi siapapun yang melihatnya. Freen kembali mengenang kebersamaannya bersama sang mama yang selalu dipenuhi dengan canda tawa. Mamanya yang selalu ceria dan sehat.

"Maaee... Maafkan akuu... Maaaafff aku terlambat. Maaaaaafff karena membiarkanmu menderita sendirian. Maaf karena telah membuatmu menunggu lama. Maaaafkaaan akuuuu. Maafkaaan... Maaaaafffff...." Suara Freen bergetar, dia berusaha tetap berbicara dengan air mata yang terus bercucuran. Hatinya hancur se hancur hancurnya.

"Kkk..kkau siapa?" Lirih Mama Freen pelan. Membuat Freen melepaskan pelukannya dan menatap nanar kedua mata mamanya yang sudah tidak berbinar lagi seperti dulu. Hati Freen kembali hancur. Dia hanya bisa tertunduk dengan isakan tangis yang tidak bisa mereda.

Mama Freen berdiri dari kursinya dan bersembunyi dibalik tubuh sang dokter, seakan meminta perlindungan.

Freen yang melihat reaksi mamanya hanya bisa terdiam membisu. Wanita yang paling dicintainya tidak mengenalinya. Freen berusaha tegar, dihapusnya air matanya dan perlhan mendekat ke arah mamanya. Mencoba meraih tangan mamanya, dan justru direspont dengan teriakan ketakutan dari sang mama.

"Pergiiii... Jangan sentuh akuu." Teriak Mama Freen.

"Maaaee... ini aku Freen. Putrimu. Si bayi kelinci yang dulu sering kau buatkan tom chuet karena aku sangat suka sayuran." Freen berusaha tetap tenang. Dan Berusaha menatap dengan dalam kedua mata mamanya untuk menunjukkan kejujurannya. Namun sayang, sang mama enggan menatapnya dan terus tertunduk, serta semakin merapatkan tubuhnya dan berlindung dibalik tubuh doktor. Hati anak mana yang tidak hancur ketika ditolak oleh mama kandungnya sendiri.

ITS NOT SAME ANYMORE (END)Where stories live. Discover now