Chapter 04.

44 11 0
                                    

Rasanya sangat hampa, Velly tidak bersemangat. sudah lebih dari 1 minggu ia tidak melihat Olivia sama sekali. Banyak yang bilang Olivia tinggal di rumah Bill, saat ia mengetahui kabar itu ia menyuruh prajurit bahkan penasihatnya untuk membawa Olivia kembali ke mansion, tapi nihil. Olivia tidak akan kembali sebelum hari pernikahan tiba, bahkan Olivia berjanji sehabis ia menikah dengan Velly ia tidak akan keluar sedikitpun dari mansion. Velly tidak menyuruh suruhan nya untuk menggunakan kekerasan, karena yang boleh melukai Olivia hanyalah diri nya seorang. baiklah,Velly akan menunggu hari itu dan tidak akan membiarkan Olivia kabur untuk yang kedua kali. tapi, ini sungguh keterlaluan. Velly bahkan sampai tidak makan selama 3 hari karena tunangannya, Olivia tidak menemaninya. terlebih lagi, sekarang ia sering meminum kapsul tidur untuk mempercepat hari pernikahan nya tiba. Tidak peduli dengan kesehatannya, ia hanya ingin Olivia kembali ke mansion dan Velly dapat melihat wajah cantik milik Olivia lagi.

Gelas Velly letakkan di nakas, ia baru saja meminum kapsul tidur yang ketiga kalinya. "Olivia, aku menginginkan dirimu kembali" ia memperagakan seseorang yang memeluk angin, gila.

Di rumah Bill, Olivia baru saja selesai menjemur pakaian di halaman samping rumah. ia meletakkan keranjang pakaian di dekat pintu kamar mandi, kemudian ia pergi ke dapur untuk mempersiapkan sarapan pagi. selama seminggu ini, Olivia yang mengurus pekerjaan rumah, Bill disini hanya menerima hasil kerja Olivia. lagipula akhir akhir ini Bill sibuk memanen tanaman mansion yang sangat subur. Makanan sudah siap, Olivia hidangkan makanan itu di meja makan, sembari menunggu Bill turun dan berduduk di kursi makan, ia merapikan piring piring dan gelas yang akan digunakan untuk sarapan. "selamat pagi, Olivia." sapa bill yang baru saja datang dan langsung menduduki kursi makan "pagi paman, ayo sarapaan!" seru Olivia, ia memanjangkan nada di akhir kalimat nya, keduanya mulai melakukan kebiasaan makan pagi bersama. "apa kau baik baik saja jika ayah mu pindah ke luar Adjahaag, ibumu pun juga ikut" Olivia tersenyum, mengangkat tatapan nya ke arah Bill, "aku baik baik saja, asal paman selalu bersama ku" Bill ikut tersenyum, ucapan yang baru saja Bill dengar adalah pertama kali nya ia dengar. Bill jadi ingat dulu, betapa diamnya Olivia saat baru saja diperkenalkan ke dirinya.

Kejadian pertama kalinya Bill dan Olivia bertemu, "Bill, sepertinya Emperor memberikan tugas tambahan untukmu" pelayan pria datang menghampiri Bill yang baru saja selesai berganti pakaian nya, "apa apaan, menjadi tukang kebun saja sudah membuat ku ingin tidur." keluh Bill yang kemudian bertanya kembali, "tugas apa?" pria didepan Bill baru saja membuka mulutnya untuk berbicara, wanita dari arah samping keduanya memotong pembicaraan, "maaf, apa kalian tahu Bill Jaeth?" keduanya menengok, "ya, dengan saya sendiri." Bill mengajukan diri, "ahh ini niihh bill, kau yang akan mengajarkan dia apapun tentang Adjahaag. karena bagi emperor tata krama dan adat istiadat Adjahaag yang kau pelajari sudah sangat sempurna." jelas pria yang lebih pendek dan kecil dari tubuh Bill, "dan satu lagi, kalau bisa kau juga merawat nya." ia kemudian mendekatkan mulutnya ke telinga bill, bill sedikit menunduk, "kasihan, setelah berhubungan dengan Adjahaag dia jadi kehilangan keluarga nya karena urusan masing masing. apalagi dia ini seorang rakyat jelata." bisik pria itu, membuat Olivia penasaran, tetapi hilang rasa itu setelah ditatap tajam oleh bill. "siapa namamu?"

"Olivia Eishe Madamefy" Bill sadar, ternyata wanita ini adalah tunangan Duchess nya. Bill tersenyum, ia kemudian mendekatkan dirinya ke tubuh Olivia dan merangkul pundaknya, mereka berjalan bersama. di tengah perjalanan menuju rumah bill, Olivia berjalan di belakang bill, masih canggung. Bahkan dari awal Olivia menyebutkan namanya, ia tidak bicara lagi sekalimat pun. Bill kemudian berbalik, dan memegang pundak Olivia, "tenanglah Olivia, disini aku juga rakyat jelata. sama seperti mu, dan aku adalah tukang kebun disini, tukang kebun yang bisa saja selalu keluarga Deerberg hina." mendengar itu, Olivia menatap mata Bill yang lebih tinggi dari nya, Olivia tersenyum, dan kedekatan keduanya dimulai. Bill mengajarkan semuanya kepada Olivia dari Olivia yang hanya diam saja, dan nanti di kemudian hari dirinya yang berdiri sebagai seorang Duchess.
-
-
Olivia menggerakkan tangan kanannya di depan wajah Bill, "hellooo, paman? kalau makan jangan bengong" Bill tersadar dari lamunannya, lalu ia tertawa kecil dan memegang keningnya. "aku mengingat awal pertemuan kita, Oliv. saat itu, kau benar benar seperti burung merpati yang berada di Adjahaag. merpati yang baru saja memasuki tempat ini, dan banyak diam nya." Olivia tersenyum, ia merapikan piring-piring bekas makan yang sudah tidak ada hidangan nya. "pamann, sudah lah, itu masalalu. sekarang saat aku bersamamu kita sangat dekat bukan?" Bill mengangguk, dia kemudian berdiri dan merapikan sedikit bajunya, Olivia berinisiatif mengambil topi kebun Bill yang tak jauh dari lemari dapur, "Aku mengharapkan, semoga kehidupanmu bahagia dan bebas." Ia berucap tanpa didengar Olivia, Bill berdoa kepada Tuhan nya, semoga wanita didepan nya ini akan diberkahi ke-anungrahan sang agung. Bill berdoa dalam hatinya dan mengambil topi yang diberi Olivia, "semangat paman, aku menunggumu kembali pulang." Olivia tersenyum, sangat manis. Bill ikut terbawa suasana, ia juga ikut tersenyum dan kemudian mengangguk. Bill pergi keluar meninggalkan Olivia sendiri dirumah. Selama dia tinggal bersama bill, ia banyak menghabiskan waktunya untuk melihat rerumputan hijau yang ada di halaman depan rumah. tenang; rasanya seperti melihat kebebasan, Olivia merasa ia ingin menjadi angin, karena angin bisa menghembus kemanapun tanpa ada yang menghendaki nya. Dia berjanji, dia akan menghabiskan waktu 3 minggu ini untuk tertawa, tersenyum, bahagia bersama Bill dan merpati merpati yang singgah di pagar rumah Bill. "Eric, bagaimana kabar mu sekarang?" Olivia menatap langit, tidak terasa sakit dimata "sungguh, aku meminta maaf untuk semuanya. aku memang bukan wanita yang baik untukmu" kepala Olivia menunduk, ia melihat tanaman rumput yang ia injak, rasa sesak kini menghampiri dan menyiksa nya.

I can't enough see ur faceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang