Bab 12: Retak

15 2 0
                                    

Pagi ini, sekolah ramai dengan wartawan sampai-sampai aku harus pulang karena merasa nggak nyaman

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Pagi ini, sekolah ramai dengan wartawan sampai-sampai aku harus pulang karena merasa nggak nyaman. Peristiwa yang kualami Jumat lalu, membuat heboh media. Sebab, Kak Liam rupanya sudah di drop out dari Oxford University karena pernah  terbukti menyetir dalam keadaan mabuk dan menabrak seorang lansia . Ditambah lagi, perbuatannya padaku membuat dia dan keluarganya juga harus mendapat kecaman publik.

Kak Agreya pun, juga lebih banyak diam dan takut saat menatapku. Entah apa maksudnya, tapi dia terlihat malu untuk berada di sekolah. Sejujurnya, aku yakin dia enggak ingin semua ini terjadi. Tetapi, Kak Agreya kerap dicemooh oleh beberapa murid sehingga membuatnya harus dikeluarkan sebagai delegasi MUN.

Aku juga mulai menjalani sesi terapi dengan psikiater, didampingi guru BK untuk mengatasi trauma yang aku alami. Aku banyak menangis saat mengingat peristiwa menakutkan itu, bahkan tak jarang tubuhku terasa gemetar dan berkeringat dingin.

Walau begitu, enggak jarang juga aku dipersalahkan oleh keluarga yang tidak tahu kejadian sebenarnya. Mereka bilang, semua itu karena pakaianku, dandananku yang menggoda. Padahal, aku tidak melakukan apapun. Aku hanya ingin menerima undangan pesta ulang tahun dari kakak kelasku, itu saja.

Apa aku salah karena memercayai sikap baik Kak Liam? Apa aku harusnya tidak menyapanya dan menjauh?  Kenapa dimata mereka, aku yang salah?

🌼🌼🌼🌼

Setelah apa yang Garin alami di pesta ultah Agreya, Ghea dan Shena semakin berusaha bikin gue jauh sama Garin. Sejujurnya, gue hanya pengen memastikan dia dalam keadaan baik. Tapi yah, karena teman-temannya udah pasang badan jadi gue lebih baik memantau dari jauh.


Sebenarnya, gue juga agak menyesal karena enggak peduli saat Garin diajak ketemu sama Liam. Padahal, gue tahu banget dia itu kurang ajar sama cewek. Gue baru sadar Garin menghilang malam itu, karena asyik ngobrol bareng senior yang diundang ke pesta ultah Agreya.

Gue mencoba mengontak Garin, malah dibalas sama Ghea yang minta gue buat enggak ikut campur. Gue juga udah ketemu ortunya Garin, mereka kelihatan kecewa karena gue enggak bisa jagain anaknya.

Alhasil, gue hanya dapat kabar dari teman sekelas Garin kalau dia lagi ikut terapi sama psikiater untuk menyembuhkan trauma. Selebihnya, setiap kami bertemu di sekolah Garin selalu membuang wajah.

Anehnya, gue juga sering banget ngecek ponsel dan berharap Garin bakal nge-chat gue. Atau, stalking IG dan twitternya diam-diam karena enggak bisa tidur sampai paginya suka ketiduran di kelas. Jadi, gue sering banget dihukum untuk nyusun buku di perpus dan diawasi sama penjaganya.

"Bu, saya sudah selesai. Semua bukunya sudah saya susun sesuai abjad dan sudah saya bersihkan dari debu. Saya mau pulang, Bu. Udah sore nih.."

"Iya sudah, lain kali jangan ketiduran lagi di kelas. Kamu itu masih remaja, enggak baik begadang malam-malam. Oh iya, Ibu rasa kamu lebih baik ikut kelompok belajar lagi seperti bulan lalu. Wali kelasmu bilang, nilai kamu lumayan membaik saat bergabung sama mereka."

BANANA CHIPSWhere stories live. Discover now