Tiga: Popularitas

52 3 7
                                    

"Kali ini kita akan belajar melukis menggunakan cat minyak diatas kanvas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kali ini kita akan belajar melukis menggunakan cat minyak diatas kanvas. Siapkan juga pensil untuk menggambar sketsa, kuas, serta gelas berisi air untuk membersihkan kuas. Objek yang akan kalian lukis bisa bertema apa saja, silakan keluarkan imajinasi kalian. Siapa yang lukisannya paling bagus akan Ibu pajang di ruang guru."

Aku mendesah ragu saat mendengar kalimat terakhir Bu Nila, guru kesenian. Masalahnya, aku kurang pandai menggambar apalagi melukis. Dan juga, aku lebih suka menulis. Tapi apa boleh buat, pada akhirnya aku juga harus bermain dengan kuas dan cat minyak. Hanya saja, aku belum menemukan objek yang bagus. Sementara Shena sudah melukis pemandangan taman bunga yang cantik, sampai aku terpana melihatnya.

"Shen... bagusnya gue melukis apa ya? Bingung banget, gue belum berani buka cat karena takut kering. Kanvas juga masih kosong gini. Gue enggak ada bakat melukis, sih.." gumamku sambil memutar mutar kuas ditangan, sambil terus memperhatikan Shena yang tengah memperindah lukisannya.

Shena berhenti sambil memperhatikan kanvasku, lalu pandangannya tertuju pada gantungan kunci berbentuk kucing yang terpasang di resleting dompetku.

"Lo coba lukis kucing ini aja Rin, kayaknya gampang. Gambar pelan-pelan dulu sketsanya, kalo udah jadi pasti lucu banget."

Aku lantas mengikuti masukan Shena dan mulai membuat sketsa menggunakan pensil 2B. Awalnya, aku kesulitan menggambar bagian kepala si kucing yang bulat, lalu Shena mengajariku sedikit sampai aku bisa membuat badan dan ekornya. Kemudian, aku mewarnainya dengan perlahan meski gugup sebab terbiasa menggunakan krayon dan pensil warna. Hasilnya cukup bagus, bahkan aku memberi warna dasar krem supaya tidak monoton seperti yang dikatakan Bu Nila.

"Garin, kamu menggambarkan sosok si kucing dengan sangat hangat dan menampilkan kelucuannya. Shena, lukisan pemandangan bunga kamu sangat hidup, cantik sekali. Sepertinya ibu akan pajang keduanya di meja guru. Atau tiga ya? Karena lukisan astronot milik Kiera juga bagus.

Anak-anak, menurut kalian lukisan siapa yang paling cocok untuk Ibu pajang?"

Bu Nila terus memandangi lukisanku, Shena dan Kiera bergantian dengan decak kagum sambil meminta pendapat teman-teman sekelas.

"Punya Kiera aja Bu, lebih bagus lho! Kayak poster film luar negeri... soalnya lukisan kucing sama pemandangan bunga tuh, udah biasa banget." celetuk Daryna disambut sorakan teman-teman karena ucapan sinisnya.

"Bu, kalau saya boleh usul lukisan yang cocok dipajang di ruang guru kayaknya punya Shena karena kesannya lebih adem.  Kalau lukisan Garin sama Kiera lebih cocok dipajang di ruang kelas ini, untuk moodbooster kalo capek belajar." usul Silvia antusias.

"Jangan dengerin Silvia Bu, dia mah sok tahu! Lukisan tuh bagusnya dipajang di mading Bu, biar anak satu sekolah lihat. Lumayan, bisa pamer kalo teman sekelas kita jago ngelukis." Keisha, si bendahara kelas menimpali sambil mengejek Silvia.

"Sudah, cukup. Daripada kalian semua ribut, Ibu akan pajang ketiganya di ruang guru." Lerai Bu Nila sambil mengetukkan penghapus whiteboard ke meja.

Beliau lalu melanjutkan seraya membawa lukisan-lukisan tersebut dengan paperbag.

BANANA CHIPSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang