Bab 9: Dua Pilihan

29 3 2
                                    

"Sumpah? Garin dianterin Vanno? Gue juga mau.... iri banget nggak sih?"
"Halah, muna tuh si Garin. Katanya nggak suka sama Vanno, tapi ujungnya kok mau aja pulang bareng, makan di kantin bareng.."
"Tapi kebanting banget ya, Vanno sama Garin.."

Aku meremas seragamku selagi berjalan menuju koridor kelas, berusaha tidak mempedulikan cemoohan teman-teman yang membuat kesal. Asal mereka tahu, aku juga muak melihat Vanno terus menerus mengantar jemputku setiap hari. Sudah gitu, dia juga pandai bermuka dua di depan Ayah dan Ibu. Padahal, kalau mereka tahu seperti apa kelakuan Vanno di sekolah sudah pasti aku tidak boleh lagi dekat dengannya.

"Garin, tunggu dulu.." suara Vanno yang mengejarku sampai ke tangga lantai dua membuatku berdecih sebal. Ia memegang lenganku selagi memberikan sebuah paperbag bermotif hati.

"Nih, aku bawain kamu kado valentine yang belum sempat aku kasih. Maaf ya, karena aku udah bikin kamu bete."

"Iya, makasih." sahutku cuek, lalu meninggalkan Vanno di tangga koridor. Begitu aku melangkah ke kelas, terlihat teman-teman tengah mengintip dari jendela. Dasar, mereka ini kelewat kepo.Untung saja bel masuk langsung berbunyi sehingga mengalihkan perhatian mereka.

Sebenarnya, aku ingin sekali segera mengakhiri hubunganku dengan Vanno.
Tapi Kak Agreya bilang, aku harus tahan dulu sementara waktu sampai bisa membalas perlakuan cowok menyebalkan itu.

Dan yang membuatku semakin resah adalah; bagaimana caranya mencomblangkan Rafa dan Yasmin tanpa membuat Ghea dan Shena curiga? Ck, apa aku batalkan saja kesepakatanku dengan Kak Agreya?

"Wah, wah.. pacarnya Vanno habis dikasih hadiah apa nih?" cibir Daryna yang sontak mendatangiku begitu aku duduk.

Ia berkacak pinggang, mendorong pundakku sambil mengangkat wajahnya dengan angkuh diikuti oleh beberapa teman perempuan yang terlihat penasaran.

"Hadiahnya belum gue buka, nanti aja di rumah. Lagian, bukan urusan lo untuk tahu. Udah ya, sebentar lagi guru MTK masuk. Lo tahu sendiri kan, Bu Nita itu killer?" tukasku cuek membuat Daryna berdecih sebal dan merampas paper bag yang kuletakkan di meja.

"Tinggal kasih tahu aja apa susahnya sih? Sini, gue buka deh kadonya! Baru jadi pacar Vanno sebentar aja udah belagu, masih untung dia mau maafin lo karena udah dibentak kemarin!"

"Eh, apaan sih Dar? Balikin!" seruku seraya berusaha merebut paperbag itu dari Daryna, namun dia malah menyikut lenganku.

"Sst diem lo!" Daryna membuka kotak kado dengan kasar, lalu membelalakkan mata saat mengeluarkan isinya.

"OMG INI KAN SWEATER JUSTIN BIEBER YG MAHAL BANGET! Lo ga cocok pake ini, Rin. Buat gue aja.."

"Enggak! Ini punya gue, kalau lo mau beli aja sendiri. Jangan ambil punya orang, Daryna." Aku langsung merebut sweater yang tengah dipegang Daryna dan memakainya.

"Ini cocok kok, buat gue. Lo aja yang iri."

Ersya, teman Vanno yang entah sejak kapan mengintip dari luar pun, lantas menyeletuk iseng sebelum kabur ke kelasnya.

"Wkwkwk sukurin Dar, makanya jangan gangguin Garin. Hati-hati, ntar Vanno-nya marah. Untung aja Vanno jadinya sama Garin, bukan sama lo."

"Benar juga kata Garin, Dar. Harusnya lo jangan begitu, enggak sopan main ambil barang orang. Lagipula, Garin pasti pengen menghargai pemberian Vanno." Kiera yang tampak lelah dengan perilaku Daryna, mencoba menenangkan keadaan. Namun, Daryna malah terus mencibirku sampai akhirnya Bu Nita masuk ke kelas.

"Halah, gue yakin Garin mau pacaran sama Vanno supaya dikasih hadiah kan? Emang matre! Dasar--"

"Pagi anak-anak, silakan duduk. Daryna, karena kamu mengundang keributan di kelas tolong kerjakan soal limit fungsi di perpustakaan. Yang lain, silakan buka buku paket halaman 33."

BANANA CHIPSOù les histoires vivent. Découvrez maintenant