MB-W(?). 13

787 74 4
                                    


Hello Guys, 

Menjadi Bayi Balik Lagi, 

Maaf lama banget hiatusnya. 


.......

Fia Pov 


Pagi ini, Mami terlihat lebih baik dari pada sebelumnya. Wajahnya masih terlihat sembab, namun Mami sudah mau keluar kamar dan sekarang sedang membuat sarapan untuk kami. 

Kak Devan dan Kak Ezza yang dulu sering bertengkar, hari ini terlihat akur keduanya sedang membantu Kak Brian menyapu ruangan, sementara Kak Broery dan Kak Chalix sedang menjemur pakaian. 

Orang-orang yang beberapa hari lalu selalu berteriak di depan rumah hari ini sudah tidak terlihat lagi, dan semoga saja mereka tidak akan pernah kembali. 

Rasa kecewa pada Papi masih ada, bahkan membayangkan bagaimana Papi membunuh orang tua kandungku saja aku langsung merinding. 

Sampai sekarang aku masih tidak bisa mengingat bagaimana kejadian waktu itu, ingatanku benar-benar berhenti saat aku menenangkan diri. 

"Fia ayok makan dulu." Ucap Mami yang kini berada dihadapanku. 

Aku hanya mengangguk, menuruni sofa yang dari tadi aku duduki, mengikuti Mami berjalan kearah ruang makan. 

"Mami kenapa Papi belum pulang-pulang?" Tanya Kak Ezza, bocah berusia 5 tahun itu sepertinya masih bingung dengan keadaan saat ini. 

"Nanti Papi pulang, Ezza sabar sebentar ya." Ucap Mami dengan suara bergetar. 

Capcay, ikan goreng, nugget dan sosis, menjadi lauk sarapan pagi ini, setelah beberapa hari kami hanya makan seadanya.

Sesuap demi sesuap, nasi dan sosis kulahap. Karena pada kenyataan nya tidak ada yang bisa kulakukan selain terus mencoba bertahan hidup. 

Jika memang pada kenyataan nya Papi yang membunuh aku dan orang tuaku, hanya rasa kecewa yang terus menyelimuti hatiku. 

Benci ? tentu rasanya aku ingin sekali membenci Papi, tapi entah kenapa aku tidak pernah bisa melakukan itu. 

Mungkin karena beberapa bulan ini aku tiba-tiba menjadi bagian dari keluarga mereka, jadi aku tidak bisa membenci. 

Atau karena rasa bersalahku yang kadang sering muncul, aku kehilangan orang tua kandungku, dan kenyataan nya Papi pun kehilangan putri satu-satunya. 

Maka selain berusaha bertahan hidup, apalagi yang bisa kulakukan di raga balita 2 tahun ini??

"Kenapa sayang? Mau Mami suapin?" Tanya Mami sambil tersenyum kearahku. Senyum yang beberapa hari ini tak pernah terlihat lagi, kini mulai terbit kembali meski tidak secerah biasanya. 

"Nda, ica cendili." Sahutku sambil menggeleng, kemudian langsung memasukan sepotong kecil sosis kedalam mulutku. "cocic enyak." Lanjutku.

"Makan yang banyak ya." Jawab Mami. "Kakak Ezza tambah sayurnya ya?" Sambung Mami. 

Kak Ezza menggeleng lalu menarik piringnya menjauh. "Nggak mau makan sayur." Rengeknya. 

Mami hanya menghela napas, memang bukan hal asing soal si bocah satu itu yang sangat sulit makan sayur.

"Mami hari ini aku sama Broery masuk sekolah lagi ya." Ucap Kak Brian. 

Mami menatap pada Kak Brian dan Kak Broery bergantian. "Kalian yakin? Kalau masih mau libur dulu gak apa-apa, nanti Mami yang ngomong sama wali kelas kalian."

"Gak apa-apa Mi, kita udah ketinggalan banyak pelajaran. Lagipula cepat atau lambat kita tetep harus masuk kan." Sahut Kak Broery meyakinkan Mami. 

Mami pun mengangguk. "Yaudah, habis ini kalian langsung siap-siap ya." Sahut Mami, kemudian menatap pada Kak Chalix dan Kak Devan. "Kalian mau masuk sekolah juga?" 

Kak Chalix mengangguk pelan sementara Kak Devan menggeleng brutal. 

"Devan masih mau dirumah aja gak apa-apa kan Mami? Devan masih takut keluar." Lihirnya pelan. 

"Nggak apa-apa, nanti Mami minta izin sama wali kelas kamu." Sahut Mami.


.....

Selesai sarapan tadi Kak Brian, Kak Broery dan Kak Chalix langsung berangkat kesekolah. Sementara aku kini terjebak di ruang tv bersama dua bocah yang kini mulai berdebat lagi. 

Aku menatap malas kedua bocah yang kini berebut mobilan, padahal di samping mereka masih ada beberapa mobilan lain yang tidak mereka perdulikan. 

Menghiraukan keduanya yang masih asik berdebat, aku memilih untuk jalan-jalan keluar rumah. Seperti biasa, berkat bantuan bangku kecil aku berhasil membuka pintu depan. 

Aku terus berjalan hingga keluar pagar rumah. Menatap pada ibu-ibu yang sibuk memilih sayuran. 

Hingga panggilan dari salah satunya mengelihkan atensi mereka. "Eh ada Fia. " Ucap ibu itu, yang tak lain adalah Mama nya Ganesh. 

Tante menghampiri kearahku lalu berjongkok tepat dihadapanku. "Mau kemana hayo, nanti Mami nya nyariin loh." 

Aku tak menyahut, hanya menggeleng pelan. Kedua mataku terpaku menatap pada ibu-ibu yang sedari tadi menatap tajam kearahku. 

Memang setelah insiden penangkapan Papi, hampir seluruh warga komplek ini memandang kami seolah kami makhluk hina. 

Hanya Ganesh dan keluarganya saja yang masih bersikap baik pada kami. Bahkan Tante beberapa kali mengantar makanan untuk kami. 

Ganesh yang aku kenal pecicilan pun beberapa hari ini berubah menjadi kalem, hanya saja aku sangat tidak suka dengan tatapan kasihannya itu.

"Kapan sih mereka pergi dari sini? ngerusak lingkungan kita aja." Ucap salah satu ibu. 

"Iya Jeng, jadi nggak tenang tinggal disini." Sahut Ibu yang lainnya.

"Sudah ibu-ibu, seeprti yang dibilang Pak RT ini masih tahap penyelidikan, belum tentu juga Papi nya Fia bersalah." Ucap Tante. 

Tak memperdulikan ucapan Tante, ibu-ibu itu bergegas membayar belanjaan mereka dan pergi begitu saja.

"Maaci." Ucap ku pelan. 

Tante mengusap rambutku pelan. "Sama-sama Sayang. Mau main kerumah Tante?" Ajaknya. 

"Nda, au macuk lumah." Balasku lalu langsung lari kedalam rumah. 




.....................


Segini dulu ya, 

Jujur karena udah lama banget sampe lupa alurnya gimana. 

Tapi ku usahain bakalan kelarin cerita ini. 

semoga sukaa










Menjadi Bayi - Why (?) HIATUSWo Geschichten leben. Entdecke jetzt