SL-W(?). 09.

2.8K 291 19
                                    

Author pov

"Gimana sudah ketemu?" Tanya seorang pria pada seseorang yang tersambung di jaringan telepon nya.

"Menurut anak buah kita, mayat anak gadis itu dibuang ke laut." Sambung lawan bicara pria itu.

"Baiklah, kerja bagus." Balas pria itu dan langsung mematikan sambungan telepon nya.

Klek..

Mendengar suara pintu terbuka pria itu segera memasukan ponselnya kedalam saku celana, iya segera berbalik badan dan berjalan kearah tempat tidur.

"Kamu telepon siapa malem-malem begini?" Tanya wanita yang baru saja memasuki kamar, ia juga berjalan kearah tempat tidur lalu meletakan batita yang tertidur di dalam gendongannya ke atas tempat tidur dengan posisi tepat di tengah-tengah ranjang.

"Ada sedikit masalah kantor, cuma sekarang sudah beres." Sahut pria itu. Ia berpindah posisi duduk persis di samping wanita yang berstatus sebagai istrinya. Merengkuh tubuh wanita itu kedalam pelukannya.

"Yang." Panggil wanita itu sambil mengeratkan pelukannya.

"Hm?"

"Besok, aku mau nitip anak-anak ya?" Ucap wanita itu, kepalanya mendongak menatap penuh harap pada sang suami.

"Kamu mau kemana?" Tanya pria itu.

"Mau reuni sama teman-teman SMA, aku baru inget, nggak enak juga kalau nggak dateng. Aku cuma nitip Devan sama Ezza aja kok. Fia aku ajak. Boleh ya?"

"Iya, Fia kamu tinggal aja, biar kamu leluasa sama teman-teman kamu nanti." Jawab pria itu.

Wanita itu menggeleng pelan. "Gak apa-apa Fia aku ajak aja. Kamu pasti bakal kerepotan ngurus 6 anak."

"Brian sama Broery kan udah besar, mereka juga nurut, Chalix juga nggak terlalu susah di bilangin, ya paling biang masalahnya nggak bakal jauh-jauh dari Devan sama Ezza." Sambung pria itu sambil terkekeh. "Bandelnya bikin aku pengen balikin mereka ke perut kamu aja." Tambahnya semakin terkekeh.

Sementara sang istri hanya menggelengkan kepala mendengar ucapan suaminya. "Dasar, mana bisa mereka di balikin ke perut aku. Ada-ada aja kamu ini." Ia pun mencubit perut suaminya yang sedikit membucit.

"Awsh, sakit Yang." Ringis pria itu. Ia mengusap perutnya yang terasa perih. "Tapi meskipun mereka bandel-bandel, aku bersyukur mereka jadi anak kita."

"Dan yang paling bikin aku bersyukur, punya kamu sebagai istri aku." Tambahnya.

"Ish, apaan sih kamu. Udah ah aku mau tidur udah malem." Sahut si wanita, ia buru-buru melepaskan pelukan mereka, berbaring di tempat tidur dan membenamkan wajahnya yang bersemu merah pada bantal.

"Udah jadi ibu 6 anak, masih aja malu-malu." Ucap pria itu sambil tertawa puas. Selanjutnya ia pun segera menyusul istri dan anaknya untuk tidur.

°°°°°°••••••°°°°°°°••••••°°°°°°•••••°°°°°

Fia pov

Terbangun tengah malam saat sedang enak-enaknya tidur, memang sangat menyebalkan.

Seperti saat ini, entah sekarang pukul berapa, yang jelas matahari masih belum terbit dan aku tiba-tiba saja terbangun.

Kulihat kearah kiri, ternyata Mami masih terlelap, sedangkan saat menengok kearah kanan, tempat tidur itu kosong dan entah kemana Papi.

Menjadi Bayi - Why (?) HIATUSWhere stories live. Discover now