"Aku?"

"Bukankah kau berkata, kau di siksa oleh Kaisar Jiazhen?"

"Benar, tapi apakah perang ini tidak bisa di hindari?"

"Maafkan aku. Aku tidak bisa membantah ayahanda. Ini dendam lama ayahanda dan kesempatan yang langka. Ayahanda tidak ingin melewatkan kesempatan ini"

"Baiklah aku mengerti. Kau harus berhati-hati gege"

"Baiklah aku tahu"

"Ah ini untuk mu" ucap Tiong Wai menyerahkan gantungan giok pada Lian Wei.

"Hadiah untukmu" lanjutnya.

"Giok ini sangat indah, terimakasih gege"

"Apa kau suka?"

"Iya aku menyukainya" ucapnya senang.

Selama ini tidak ada orang yang memberikan perhatian yang lembut padanya. Tapi begitu ia tiba di sini, ia mendapatkan kasih sayang dari ibu, ayah dan juga kakaknya.

"Aku jadi merindukan ibu selir" batinnya.

"Istirahatlah"

"Baiklah"

***

Keesokan paginya, mereka telah bersiap begitu pula dengan Lian Wei. Saat pasukan berangkat ke barat dan selatan, disusul oleh Tiong Wai ke arah gerbang kota, sedangkan Lian Wei pergi menyelinap. Ia pergi kearah gunung paling tinggi di Kekaisaran Song untuk melihat situasi.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk prajurit Kekaisaran Song tiba di perbatasan barat dan selatan, tengah hari mereka telah tiba di sana.

Namun siapa sangka, saat mereka tiba segera mengumumkan perang pada Kekaisaran Shang. Hal itu di sambut dengan hangat oleh pasukan Kekaisaran Shang, mereka telah menduga hal ini terjadi cepat atau lambat.

"Kenapa jadi begini?" ucapnya frustasi lalu segera turun gunung.

Kaisar Song memimpin pasukannya, ia maju beberapa langkah dari pasukannya. Begitu pula dengan Jiazhen, sementara Wang Sin San menunggu di belakang.

"Lama tidak berjumpa Li Song"

"Tidak perlu melakukan hal itu, kita tidak dekat ingat"

"Kau ini masih emosian sekali Li Song"

"Kau pun masih sama, masih suka menyiksa orang lain"

"Apa maksud mu"

"Aku yakin kau tahu hal itu Li Jiazhen"

"Serang!" pekik Li Song.

"Berhenti!" pekik seorang gadis dari kejauhan.

"Ini benar-benar di luar rencana" batin Lian Wei.

"Lian'er?"

"Xin'er?"

Beo Jiazhen dan Li Song.

Lian Wei mempimpin pasukan Xinxin di arah barat, dengan Panglima Zei, Bao Yu, Tao Mo, Wei Heng, Shuwan dan Qin. Sementara di arah selatan di pimpin oleh Panglima An, Yelu, Qiu, Zhuting dan Zixin. Lalu untuk yang berada di camp di pimpin oleh Qianfan sebagai pemimpin pasukan Xinxin, Yeny, Yihua, Xiujuan dan Lu Lixin.

"Orang itu?" beo Li Song.

"Zei Xen? Kepala pasukan milik Fang Yin?"

Lian Wei berada di tengah di antara kedua ayahnya.

"Salam ayah" ucapnya pada Jiazhen.

"Salam ayahanda" ucapnya pada Li Song.

"Kau memanggilnya ayah?" ucap Jiazhen dan Li Song bersamaan.

"Benar itu karena aku anak kalian berdua"

"Aku tak bisa mengatakan bahwa aku akan menjadi anak Li Song di kehidupan selanjutnya"

"Kenapa kau melakukan ini? Kenapa menipu kami? Aku dan kakak mu?" tanya Li Song bertubi-tubi.

"Ayahanda maafkan aku, kedatangan ku ke Kekaisaran Song sebenarnya untuk berperang dengan paman Li Hao. Namun, setelah memasuki istana ibu datang ke mimpi ku. Ia berpesan agar kedua ayahku tidak saling berperang dan membunuh"

"Namun aku membuat kesalahan dalam hal ini. Tolong maafkan aku" ucapnya seraya menunduk.

"Kau putri ku, tentu saja aku akan memaafkan mu" ucap Li Song.

"Benar, ayah juga minta maaf padamu" ucap Jiazhen.

"Semuanya kita mundur!" ucap Li Song menarik pasukannya mundur.

Syunggg duar....

"Itu suar kuning" ucap Lian Wei.

"Markas di serang"

"Apa? Apa yang kau lakukan Li Song!"

"Aku tidak—"

"Hong Li Hao" ucap dingin Lian Wei.

Lian Wei segera meledakkan suar merah, tak lama terdengar suara langkah kaki kuda di seluruh penjuru. Bersamaan dengan itu pasukan Li Hao muncul.

"Sudah ku duga akan begini" ucap Li Hao dengan smirk di wajahnya.

"Oh paman, aku sudah menanti hari ini lama sekali. Bagaimana dengan kejutan ku?"

"Kejutan?"

"Lihatlah sekeliling mu"

Hong Li Hao menuruti perkataan Lian Wei, ia melihat ke sekeliling dan menemukan banyaknya pasukan tentara Xinxin.

"Ah lalu apa kau penasaran paman, siapa yang membunuh bawahan kepercayaan mu itu, sehingga rencana pertama mu gagal?"

"Kau!"

"Ya benar itu aku" ucapnya dengan tak kalah dingin.

"Serang!" seru Li Hao yang geram dengan Lian Wei.

"Serang!" pekik Lian Wei.

Segera pasukan menyerbu pasukan Hong Li Hao. Suara pedang saling beradu satu sama lain. Begitu pula dengan anak panah, tak terhitung berapa jumlah anak panah yan meluncur. Anak panah itu menembak tepat sasaran.

Lian Wei berhadapan dengan Hong Li Hao, mereka saling menyerang satu sama lain, tanpa menunjukkan sedikitpun untuk mengalah.

"Wajah ini, sangat persis dengan pembunuh yang membunuhku di kehidupan sebelumnya"

"Kali ini kau yang mati!" pekik Lian Wei dan menusukkan pedang ke lengan kanan Hong Li Hao.













Bersambung....

Transmigrasi Komandan Militer (End) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang