Kutepuk bahunya Bani. Hari ini rasanya aku antusias sekali. Bukan karena Junot yang nginep di kamarku karena ketiduran, tapi hari ini aku mulai jadi asisten pribadinya Kak Erga!
"Enak ya, sepupuan sama cowok terkenal di sekolah!"
"Iya, Ren."
Nggak seperti aku yang antusias, Bani malah terlihat sebaliknya. Dia kelihatan lesu, dan agak pucat.
Kak Erga kirim WA. Meski cuma sebuah emotikon ngedip, hatiku rasanya seperti ingin meledak!
Junot muncul 10 menit kemudian. Dia aku suruh diem dulu di mobilnya, supaya nggak ada yang curiga. Untungnya dia nggak banyak protes.
Gimana mau protes, subuh tadi kontolnya aku sedot sampai dia kelojotan!?
Jam istirahat, aku sama Bani ke kantin seperti biasa. Tapi sebelum balik ke kelas, dia bilang mau ke perpus dulu karena ada buku yang harus dia cari buat tugas kelompok.
Aku nggak ikut, karena aku sudah kebelet buat pipis. Bukan toilet sekolah namanya, kalau kondisinya nggak ramai dengan cowok-cowok yang lagi bercanda-canda nggak jelas di dalamnya.
Yang pasti mereka nggak lagi ngerokok. Karena aku nggak mencium sama sekali bau-bau asep rokok.
Tapi, aku malah dengar suara-suara mesum yang agak gemeresek.
Kayak-kayaknya mereka lagi pada nonton bokep secara ilegal. Sekilas kulihat, ada 2 cowok yang lagi cengengesan sambil ngusap-ngusap area di sekitar selangkangannya.
"Cewek gue mana mau disuruh ngisep, jijian banget dia!"
"Jangankan ngisep, minta ngocok aja nolak!"
"Bangsat! Gede banget tuh susunya!"
"Men, gue sih yang penting bisa jilatin memek cewek gue! Nggak ada lima menit, udah nyembur deres!"
"Lu masukkin?"
"Whehe, jelas!"
Sambil cuci tangan di wastafel, aku ngikik aja. Sorry ya, mau ditawarin pun aku nggak bakal sudi! Karena sekarang, aku sudah punya Kak Erga. Yaah, meskipun aku masih belum bisa ngeliat secara langsung tubuh telanjang, kontol, serta kesegaran pejuhnya.
"Kocokkin, bro!"
"Najis! Lu kira gue homo?!"
"Yaelah, cuma ngocok doang!"
Nggak lama lagi, aku akan bisa merasakan deru nafas Kak Erga saat sedang menggenjot lobangku.
"Heh!"
"Belagak nggak denger dia!"
"Woii, anak kelas sepuluh!"
Langkahku dicegat oleh satu cowok tinggi dengan badan lumayan berisi.
"Anak kelas sepuluh?"
Aku mengangguk. "Iya, kak. Kenapa?"
"Sini bentar!"
ВЫ ЧИТАЕТЕ
DELETE S2
Подростковая литератураSaat sang legenda menghilang, tanpa ada seorang pun yang mengetahui keberadaannya...
