Friends Shit 19

1.5K 115 5
                                    

Author Pov

Alex tidak bersikap mudah sedikit pun pada mantan atasannya itu. Dia menghadiahinya beberapa pukulan yang berhasil menanggalkan giginya, menggeser rahangnya, dan mungkin sedikit cidera pada kakinya. Setelah puas memberinya pelajaran karena berani merendahkan dua perempuan yang di cintainya, dia memanggil tim medis untuk mengobatinya. Dia tidak boleh mati. Hanya karirnya saja yang akan mati.

" Aku penasaran. Bukankah Ed sudah memecatmu? Lalu kenapa kalian masih membahas pekerjaan? " Pevita memiringkan kepalanya, menempelkannya pada sandaran kursi mobil. Memandangi Alex yang sedang mengemudi.

" Kamu penasaran ? " Alex tetap meluruskan pandangan kedepan, tapi jelas dia sedang menggoda Pevita.

" Eoh ! Aku penasaran. Jadi beritahu aku. "

Alex tersenyum segaris " Aku tidak bisa memberitahumu apapun sekarang selain dari ' aku resmi dipecat dan pengangguran sekarang ', jangan terlalu dipikirkan. "

" Kenapa aku harus memikirkan, aku senang kamu kehilangan pekerjaanmu. "

" Itu terdengar kejam. " Alex hanya bisa tertawa kecil akan kata-kata lugas Pevita.

" Alex.. "

Alex menoleh. Pandangan Pevita kosong menatapnya. Alex hanya kembali fokus mengemudi sambil memasang telinganya kalau-kalau Pevita mulai berbicara.

" Aku membaca sebuah buku yang berisi kisah cinta. " Alex tidak merespon tapi fokus mendengarkan. " Meskipun aku belum melanjutkan membacanya hingga akhir, tapi buku itu menyentuhku disini ( menunjuk dadanya ) aku berencana memintamu membacanya ketika aku telah selesai. Bersediakah kamu ? "

" Ya. Akan kulakukan. Itu saja ? "

Pevita mengangguk lemah. Dia masih memandangi profil samping Alex ketika mengemudi.

" Apa wajahku tiba-tiba menjadi menarik hingga kamu terus memandangiku ? "

" Wajahmu selalu menarik. " Pevita bahkan tidak mengalihkan pandangannya sama sekali ketika mengatakan itu , wajah Alex memerah dan itu tertangkap basah oleh Pevita.

Manis sekali. Apa dia selalu manis seperti ini ketika malu akan sesuatu ? Pevita.

Sepanjang perjalanan Alex tidak berani menoleh kesamping pada gadis yang terus memandanginya seolah dia adalah sosok orang dalam lukisan mahakarya yang indah. Itu tegang dan membuatnya gugup. Sejak kapan gadis itu menjadi sangat berani.. pikirnya.

" Apa kamu ingin kita mampir ke restoran untuk makan dulu ? " Alex bertanya kemudian.

" Tidak. Mari langsung ke butik. " Jawab Pevita to the point dan tetap pada posisinya sedari awal.

" Butik ? " Alex seolah lupa tentang itu tapi ketika dia benar-benar mengingatnya " Bu-butik ?? "

" Ya. Butik. Mari memilih lingerie untukku bersama-sama. "

Kupikir urutan yang benar adalah memilih gaun pengantin dulu, baru memikirkan pakaian dinas malam. Apa pemikiranku terlalu kolot untuk gadis muda dan modern seperti Pevita ? Tadinya, itu hanya tentang harga diriku karena kata-kata Airin. Tapi kini masalah menjadi serius dan jika aku mundur, akankah Pevita benar-benar menganggapku tidak mampu di tempat tidur ? Apa yang sedang kupikirkan !. Alex.

...

Butik Sunset.

Pegawai yang bertugas menjaga pintu masuk membukakan pintu untuk Alex dan Pevita. Saat keduanya akhirnya masuk, sang petugas sedikit membungkuk tanda kesopanan pada pelanggan.

Itu berlebihan. Keduanya kompak menyuarakan itu dalam kepalanya.

" Apa yang bisa saya bantu nona ? "

FRIENDS SHIT [ GL ]Where stories live. Discover now