BAB 3

38 34 4
                                    

Satu minggupun berlalu semenjak kepergian Rangga. Tidak terasa pertandinganpun akan segera dimulai. Kali ini Alister dan Allan benar-benar bingung, bagaimana caranya agar mereka bisa menang melawan Radtya. Bagaimanapun juga Rangga adalah kapten mereka dan seorang penyerang yang hebat, hampir semua gol yang dimasukkan adalah milik Rangga.

"Duuh, jadi ini siapa yang jadi kaptennya?" rengek Allan.

"Al, kamu aja yang jadi kaptennya!" ucap Aldhi kepada Alister.

"Lah, kok aku?!"

"Ya mau gimanapun juga, kemampuan kamu sama si Rangga tuh sebelas-dua belas. Jadi kamu sih yang paling cocok buat ngegantiin si Rangga" jelas Ginanjar membujuk Alister.

"Iya kak, kakak aja deh yang jadi kaptennya!" ucap Allan penuh semangat.

"Iya deh, iya"

"Ngomong-ngomong si Safira mana?" tanya Alister.

"Kayanya dia masih sedih" jawab Allan.

Alister benar-benar khawatir dengan kondisi Safira. Bagaimanapun juga Safira dan Rangga telah berteman sejak mereka kecil. Meskipun begitu, dengan hati yang penuh dengan kegusaran, Alister tidak ingin mengecewakan Rangga, bagaimanapun caranya dia akan menepati janjinya.

Pertandinganpun berlangsung, entah karena apa, mungkin karena bingung, tidak percaya, tidak semangat, atau memang sudah menyerah, tim Alister telah kebobolan lima gol secara berturut-turut. Hingga pada akhirnya pertandinganpun dimenangkan oleh Radtya dan teman-temannya dengan skor 6-0.

"Yahahaha, kasian, kalah ya!" ejek Radtya dan teman-temannya.

"Mana tuh kapten kalian?, kok gak ada?" tanya Rizky dengan nada sedikit mengejek.

"Ale tak tau ta?, itu si Rangga udah pindah keluar kota!" ucap Rambo menjawab pertanyaan Rizky.

'HAHAHA'

"Udah kak gak usah didengerin" ucap Allan kepada Alister yang terlihat murung.

"Aku gak pantes jadi kapten." ucap Alister.

"Gak usah ngomong kaya gitu, kita semua tau kok kalau kamu udah ngelakuin yang terbaik buat tim kita. Jangan pernah nyalahin diri sendiri atas kekalahan kita. Kita kalah karena kita lemah, kita terlalu ngandelin kemampuan Rangga" ucap Farzan.

"Iya, bener tuh kata si Farzan, kita harus lebih kuat kalau mau menang jangan cuma ngandelin kemampuan satu orang" timpal Radi.

                         ☆☆☆

Setelah pertandingan, meskipun membawa hasil yang buruk, Alister pergi mengunjungi rumah Safira.

"Safira!" teriak Alister memanggil Safira.

"Safira!"

"Safi--"

'Krek'

"Eh Alister, ada apa Al?" tanya Aurel, ibu Safira yang membukakan pintu.

"Mau ketemu sama Safira bu" jawab Alister.

"Ooh, sendirian aja? mana Allannya?"

"Pulang duluan, mau makan katanya"

"Oh, yaudah ayo masuk"

"Iya bu"

"Safiranya ada dikamar, ibu panggil dulu ya. Kamu duduk dulu aja di sofa" titah Aurel.

"Iya bu"

Beberapa menit kemudian...

"Al...?!" sahut Safira.

"Ra!, aku... minta maaf ya"

"Minta maaf buat apa?"

"Aku jadi kapten tim kita, tapi kita kalah"

"Gak papa kok, aku tahu kok kamu pasti udah berusaha keras untuk tim"

"Aku juga minta maaf karena tadi gak datang buat support kalian" ucap Safira merasa bersalah.

"Iya gak papa, tapi nanti kamu datang ya, mungkin gara-gara kamu gak datang tadi kita semua jadi gak semangat terus kalah deh~"

"Jadi ini semua gara-gara aku?"

"Enggak kok, aku cuman bercanda" ucap Alister dengan senyumannya yang menjengkelkan.

"Iih, EL!!"

"Iya maaf, maaf"

'HAHAHA'

"Ngobrolnya seru banget, sampai ketawa-ketawa segala, lagi ngomongin apa nih~?" tanya Aurel penasaran.

"Ngomongin bola mah" jawab Safira.

"Oh, yaudah kalau gitu mending kita makan dulu, ngobrolnya dilanjut nanti aja. Alister kamu ikut makan sama kita ya" ajak Aurel.

"Gak usah bu, aku pulang aja"

"Jangan dong~ kita makan bareng aja, yuk!" pinta Safira memelas kepada Alister.

"I-iyaudah deh"

Dengan terpaksa Alister pun ikut bergabung untuk makan bersama dengan mereka.

MY STORY Where stories live. Discover now