68) MSGN✔️

Mulai dari awal
                                    

"Tidak apa-apa. Kamu tau? kamu kehilangan ingatan ini juga karena aku." Faya tersenyum menatap sang suami.

"Tidak. Jangan menyalahkan diri sendiri. Dan, bisakah kamu membantu saya untuk mengingat semuanya?" Tanya Faizar yang menatap Faya, dan Faya mengangguk kepalanya dengan mata berkaca-kaca. Tanpa sadar tangan Faizar juga sudah berada di ubun-ubun Faya, mengelusnya pelan.

*****

Setelah kejadian di dalam kamar tadi, Faya menjadi ceria. Setidaknya jika suaminya belum dapat mengingatnya, tapi suaminya dapat menerimanya jika dia memang istrinya.

"Umma sepertinya sedang ceria ya?" Hamka datang dari arah kamarnya menghampiri sang umma. Faya tersenyum menatap sang putra.

"Alhamdulillah." Ucap Faya dengan tersenyum, seraya mengelus pelan kepala sang putra yang ditundukkannya.

"Umma, boleh Hamka nanya?" Hamka sudah duduk lesehan menghadap sang umma, di tikar tempat sang umma duduk.

"Mau nanya apa?" Tanya Faya

"Ada satu perempuan yang setiap harinya selalu menggangu Hamka. Menurut umma, Hamka harus apa?" Tanya Hamka yang sudah berbaring di paha sang umma.

Hamka ini jika diluar adalah tipe orang yang cuek-cuek. Berbeda lagi jika sudah bersama sang umma. 12 tahun tidak dapat merasakan kasih sayang dari seorang ibu, wajar saja jika Hamka bersikap seperti ini kepada sang umma. Hamka saat ini sekolah di SMA cakrawala, tempat sang umma dulu sekolah. Pada saat umur 6 tahun sampai 16 tahun, Hamka belajar dipesantren. Tapi semenjak masuk umur 17 tahun, Hamka berkeinginan untuk sekolah ditempat yang dulunya adalah tempat sekolah sang umma.

"Mengganggu seperti apa?" Faya bertanya. Maksud mengganggunya seperti apa?

"Setiap hari dia akan datang menemui Hamka, dan berceloteh ini-itu. Hamka risih, tapi jika Hamka berbicara kasar, Hamka takut menyakiti perasaanya. Umma tau? bahkan setiap hari jika dia bertemu dengan Hamka dia akan mengatakan 'Wah, ketemu calon jodoh nih'." Hamka menirukan cara bicara gadis yang dimaksudnya. Faya tertawa melihat ekspresi sang putra.

"Dia suka kamu pasti." Faya menggoda sang putra. Tapi ekspresi yang Hamka tunjukkan adalah ekspresi datar.

"Umma mah gitu, Hamka jadi males sekolah." Jawab Hamka yang sudah menarik-narik ujung jilbab sang umma.

"Siapa namanya?" Tanya Faya yang membuat Hamka berpikir sejenak.

"Tidak tau." Jawab Hamka yang membuat Faya menarik hidung sang anak pelan.

"Kamu ini."

"Ingat! Jaga selalu pandangan kamu Hamka." Peringat Faya yang diangguki oleh Hamka.

"Siap atuh ibu komandan. Istrinya abi." Hamka memberi hormat dengan posisi yang masih berbaring di paha sang umma. Faya lantas tertawa menatap sang anak yang sedang berbaring di paha nya.

Ternyata ada seseorang yang memperhatikan mereka dari arah dapur. Dia adalah, Faizar, melihat kedekatan sang putra dengan wanita yang kata Hamka adalah istrinya, Faizar semakin yakin jika wanita itu memang istrinya. Dia berharap dan akan berusaha agar ingatannya cepat kembali.

Faizar tadi ingin mengambil sesuatu dari dapur, tapi ketika dia berjalan ke dapur dia melihat Hamka sedang bercerita dengan wanita itu. Awalnya dia hanya tersenyum melihatnya, tapi beralih memperhatikan ketika mendengar suara tawa dari wanita itu.

"Umma, ada Abi tuh." Faizar berbicara pelan agar tidak terdengar oleh sang Abi.

"Dimana?" Tanya Faya yang juga ikut berbicara pelan.

"Tuh di dapur." Hamka menunjuk posisi Abi nya dengan dagu. Faya lantas menatap sang suami yang sedang meminum air.

"Umma jangan natap gitu, ntar ketahuan. Pura-pura gak tau aja." Hamka ada sebuah rencana. Ahaha dia punya satu rencana yang dapat membuat hubungan sang umma dan sang Abi semakin dekat, dan siapa tau dengan ini ingatan sang abi dapat kembali.

Mualafnya Seorang Gadis Nakal (End-Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang