28 - Hari Kesehatan Nasional

Start from the beginning
                                    

"Ih udah ah, nggak usah ghibahin kakak tingkat. Nggak baik tau!" ujar Zahra yang menghentikan obrolan mereka mengenai Maria.

*****

Tibalah saatnya di hari terakhir peringatan Hari Kesehatan Nasional. Beberapa stand bazar sudah berdiri kokoh dan terlihat cantik karena hiasan dari masing-masing kelas.

Zahra ikut cek beberapa stand bazar, dan juga cek sound untuk pentas seni. Dalam 3 hari ini, Zahra benar-benar bekerja dengan seluruh tenaganya. Istirahat pun hanya ketika pulang padahal pulangnya pun dia hampir larut malam. Zahra sangat lelah dan ingin semuanya segera selesai. Namun apalah daya, setelah acara ini selesaipun ia harus menggarap laporan pasca acara ini.

Zahra duduk sebentar karena dirasa tugasnya sudah cukup dan acara masih terlihat berjalan dengan lancar. Ia beristirahat untuk mengisi tenaganya sembari meneguk minuman. Tiba-tiba Maria kembali menghampirinya.

"Ra, lo lagi apa? Nggak sibuk kan? Boleh minta tolong nggak?" tanya Maria.

Sebenarnya Zahra masih ingin melahap roti yang sudah ia bawa dari rumah, namun jika ada yang meminta tolong pun ia akan menolongnya terlebih dahulu.

"Iya nggak sibuk kok, Kak. Ada apa?" tanya Zahra pada Maria.

"Habis ini kan acara puncaknya dari anak angkatan gue. Bisa tolong lo koordinasiin mereka dan pastiin kalo semua propertinya lengkap?"

Zahra mengangguk, "Iya kak, habis ini aku kesana ya." ujarnya.

"Oke deh, thank you, Ra!" ujar Maria yang kemudian berjalan meninggalkan Zahra.

Setelah Maria pergi, Zahra segera berdiri dan menuju ke backstage dan melaksanakan tugas sesuai arahan Maria. Namun saat ia jalan, tiba-tiba tubuhnya terasa lemas, kakinya tidak berdaya untuk menopang tubuhnya, pandangannya memburam, dan akhirnya semua menggelap.

*****

"Lo gila, Maria! Kenapa lo nyuruh Zahra diluar jobdesk nya dia sih? Dia itu Sekretaris HIMA bukan babu yang bisa lo suruh-suruh seenaknya. Lihat sekarang, dia pingsan. Lo mau tanggung jawab, hah?!" Emosi Edgar memuncak saat ia tahu bahwa Maria yang menugaskan Zahra untuk tugas yang sebenarnya bukan harus Zahra yang menjalankan.

"Gue cuma mau ajarin dia disiplin, gue lihat tadi dia enak-enakan duduk sambil minum, sementara panitia lain tuh sibuk ngurusin acara!" ujar Maria.

"Lo yakin lo cuma mau ngajarin dia? Bukan karena lo cemburu karena Zahra yang jadi sekretaris?" Tiba-tiba Clara mengeluarkan suara.

Maria mengerutkan kening, "Maksud lo apa Clara?"

"Lo sebenernya cemburu kan karena Zahra yang jadi sekretaris bukannya lo padahal nama lo daridulu udah ada di kandidat sekretaris?!" tanya Clara menohok.

Fyi, kalau kalian lupa, Maria Levina adalah salah satu kandidat sekretaris HIMA selain Zahra waktu itu. Maria memang mempunyai ambisi besar untuk menjadi pengurus inti HIMA. Bisa kalian lihat lagi di chapter "Rapat Dadakan" ya guys.

"Hah? Bener gitu, Mar?" tanya Edgar terkejut dengan penuturan Clara.

"Iya. Kenapa emang? Gue nggak terima anak MABA jadi pengurus inti. Dia orang baru, dia belum tau seluk beluk HIMA. Jadi menurut gue dia nggak pantes jadi sekretaris." ujar Maria yang tak tahan dan akhirnya mengeluarkan uneg-unegmya.

"Terus siapa yang menurut lo pantes? Lo?" tanya Clara lagi.

"Ya iyalah. Gue udah tau gimana HIMA disini. Jadi gue adalah orang yang paling tepat untuk menjabat sebagai sekretaris HIMA."

Edgar tertawa sinis, "Kalo lo yang jadi sekretaris kayanya gue yang keberatan. Sikap lo yang arogan dan semena-mena kaya gini nggak pantes jadi pengurus inti." ujarnya yang membuat Maria terdiam.

"Lagian anak HIMA juga udah tau gimana sifat dan watak lo makanya mereka lebih banyak yang memilih Zahra sebagai sekretaris bukannya lo."

"Gue tau voting kandidat kemarin tuh cuman akal-akalan lo kan? Ini pasti settingan kan?"

"Settingan gimana? Lo sendiri ikut rapat loh, settingan dimananya menurut lo? Suara terbanyak itulah yang menang dan Zahra adalah pemenangnya, bukan lo, Maria!" balas Clara kesal.

"Zahra bisa jadi sekretaris karena Edgar kan? Gue tau kok kalo Edgar tuh ada rasa sama Zahra makanya dia jadiin Zahra sebagai sekretaris biar dia bisa semakin deket sama Zahra!" Tiba-tiba statement baru keluar dari mulut Maria.

"Gosip darimana sih, Mar? Kalaupun gue suka sama Zahra ya emang kenapa? Lo kalo iri sama Zahra nggak usah ngeluarin gosip aneh-aneh deh!" balas Edgar.

"Halah, ngaku aja lo, Gar. Udah keliatan kok dari gerak-gerik lo sejak Zahra kepilih jadi sekretaris. Lo suka kan sama Zahra?" Maria masih terus mencecar.

"Heh emang kenapa kalo Edgar suka sama Zahra? Pemilihan sekretaris kemarin nggak ada hubungan sama perasaan ya, Mar. Semua murni karena adanya voting. Dan nggak ada settingan apapun disitu. Jadi stop lo tanyain Edgar yang diluar masalah HIMA." ujar Clara.

"Lo berdua emang sama aja!" balas Maria kesal, kemudian meninggalkan Edgar dan Clara yang berada di ruang UKS.

Dan tanpa mereka bertiga ketahui sebenarnya Zahra sudah mendengar semua percakapan mereka dari awal hingga akhir karena kebetulan saja ia tersadar dari pingsannya beberapa menit sebelum Maria datang.

*****

TERIMA KASIH YANG SUDAH MEMBACA CERITA INI♥️♥️

JANGAN LUPA VOTE KOMENNYA YA

SAMPAI JUMPA DI CHAPTER BERIKUTNYA👋🏻👋🏻♥️♥️

ZAHRAGA 2Where stories live. Discover now