3 - Kelab

161 32 8
                                    

Raga jadi mengikuti ajakan Erlan dan Vico saat di kampus tadi. Namun ia juga tak tau akan dibawa kemana dirinya oleh kedua temannya itu. Sorry ralat, bukan teman. Raga hanya terpaksa ikut agar Erlan dan Vico tak mengganggunya lagi.

Mobil Erlan berhenti di sebuah bangunan cukup megah, namun suasananya sangat asing di penglihatan Raga. Erlan mengajak Raga untuk turun, begitu pula Vico pun turun dari mobil dan segera masuk ke dalam bangunan yang sampai sekarang masih belum Raga ketahui tempat apa itu.

Saat ketiga cowok itu masuk, Raga terkejut. Baru saja ia menginjakkan kakinya, bau alkohol menyeruak dan menghantui indera penciumannya. Penglihatan Raga pun mulai mencerna tempat apa sebenarnya ini.

Lampu yang berkelap-kelip layaknya lampu disco, musik yang sangat keras, dan juga banyak manusia yang joget di tengah sana.

Damn! Ini adalah diskotik atau bisa disebut sebagai kelab.

"Bangsat!" umpat Raga dalam hatinya. Tangannya mengepal. Ia telah dijebak oleh kedua manusia tukang paksa itu.

"Ayo, Ga, masuk!" ajak Erlan sembari menarik tangan Raga.

Raga tidak bergerak, ia tetap diam di tempatnya sembari menatap tajam ke arah Erlan.

"Kenapa, bro? Ayo masuk! Gue yakin lo pasti seneng disini!"

"Bangsat lo berdua! Gue balik!" kata Raga.

Erlan dan Vico mengerutkan keningnya, "Apaan sih? Baru aja sampai kok lo emosi gitu? Ayolah, bro, seneng-seneng kita disini! Lihat noh banyak cewek cakep juga, siapa tau lo mau booking!" ujar Erlan kurang ajar.

Erlan dan Vico tertawa lebar karenanya. Lain hal nya dengan Raga yang mati-matian menahan untuk tidak menyerang kedua manusia laknat jelmaan syaiton itu.

Raga menghembuskan napasnya panjang, mengatur emosinya, dan berusaha sekuat mungkin untuk tetap tenang. "Sorry, lo berdua yang bilang kalo gue nggak nyaman gue bisa pulang, dan gue nggak nyaman sekarang. Gue balik." ujar Raga dengan nada santainya.

"Aelah cupu lo, bro! Masa iya lo nggak mau ke tempat ginian? Asyik kali!" kata Erlan yang masih berusaha membujuk Raga.

"Lo dari Jakarta kan? Ya kali nggak pernah ke kelab? Ansos lo?!" tanya Vico sembari tertawa meremehkan.

"Woi, jangan di jalan dong! Kalo masuk ya masuk aja?!" ujar seseorang yang kemudian mendorong Raga, Erlan, dan Vico agar masuk ke dalam kelab.

"Udah ayo!" Erlan menarik paksa Raga untuk masuk, juga dibantu Vico dari belakang Raga yang mendorong dengan kuat. Alhasil Raga tak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti dua dakjal itu.

*****

Sheza Gracia : Ra, pendaftaran HIMA Keperawatan udah dibuka nih. Lo berniat ikut nggak?

Fyi, HIMA adalah Himpunan Mahasiswa yang merupakan organisasi di tingkat program studi di sebuah universitas.

Zahra yang sedang menikmati camilan keripik singkong sembari melihat timeline aplikasi instagram nya itu membaca notifikasi yang masuk di ponselnya. Zahra segera membacanya.

"Asyik juga kayanya kalo ikut HIMA." gumam Zahra sembari memikirkan informasi dari Sheza.

Azzahra Paramita : Lo ikut juga, She?

Sheza Gracia : Iya. Yuk sama gue, biar gue juga ada temennya.

Azzahra Paramita : Oke.

Zahra menutup aplikasi whatsapp nya. Kemudian pikirannya terlintas pada Raga.

"Apa gue kabarin Raga ya kalo mau ikut HIMA?" tanya Zahra pada dirinya sendiri. "Telfon aja deh," ujarnya yang kemudian mengotak-atik ponselnya dan menelfon nomor Raga.

ZAHRAGA 2Where stories live. Discover now