28 - Hari Kesehatan Nasional

79 10 0
                                    

Ujian telah usai. Raga disibukkan dengan latihan basketnya yang sebentar lagi pertandingan akan dimulai. Sementara itu, Zahra juga disibukkan oleh persiapan acara memperingati Hari Kesehatan Nasional. Hari-hari Zahra dipenuhi dengan rapat, rapat, dan rapat hingga ia melupakan sejenak tentang permasalahannya dengan Raga.

Ralat, Zahra bukan melupakan, namun ia hanya lelah berkutat dengan masalah itu. Hingga akhirnya Zahra membiarkan Raga tenang terlebih dahulu sampai hari dimana Zahra pergi ke Malang dan bisa bertemu dengan cowok itu.

Hari Kesehatan Nasional nantinya akan dilaksanakan selama 3 hari berturut-turut. Hari pertama adalah kegiatan seminar/workshop yang diisi oleh dosen fakultas keperawatan. Hari kedua akan diadakan cek kesehatan gratis di beberapa desa yang nantinya anggota HIMA dibagi menjadi beberapa tim untuk beberapa desa. Dan hari terakhir adalah puncak acara Hari Kesehatan Nasional itu sendiri yang akan diadakan bazar dan pentas seni dari setiap kelas.

Hari pertama benar-benar melelahkan bagi Zahra. Ia harus berlari kesana kemari untuk memastikan semua sie berjalan dengan lancar.

"Ra, istirahat dulu aja. Lo daritadi gue lihat panik banget," ujar Edgar menatap Zahra yang sedari tadi tampak tak tenang.

"Nggak papa, Kak. Cuma mau mastiin semua lancar aja kok." jawab Zahra.

"Tapi ini udah bukan tugas lo."

Zahra tersenyum, "Namanya panitia harus saling bantu kan, Kak?"

*****

Hari pertama telah usai yang membuat Zahra bernafas lega karena semuanya berjalan lancar sesuai rencana mereka. Dan saat ini ia harus menghadapi hari kedua yaitu acara cek kesehatan gratis di beberapa desa.

Cek kesehatan itu meliputi cek tekanan darah, gula darah, kolesterol dan lain sebagainya.

Zahra mengikuti acara itu. Kebetulan ia se-tim bersama Edgar, Clara, Maria, Sheza dan juga David. Zahra ikut membantu cek tekanan darah warga sekitar.

Cukup melelahkan juga hari kedua ini meskipun tidak se-melelahkan hari pertama. Karena semua tim diwajibkan menggunakan tensi manual agar hasilnya lebih akurat hingga ia harus memompa manual pula. Tangan Zahra juga lumayan lelah karena hal itu. Namun ia juga senang karena bisa berinteraksi dengan warga sekitar sembari memeriksa mereka.

Zahra beristirahat sebentar sambil meneguk botol minuman yang sudah ia bawa. Kemudian ia mengeluarkan kipas mini portable dari tas nya untuk mengipasi wajahnya yang mulai berkeringat karena cuaca hari ini cukup panas.

"Capek lo?" Tiba-tiba Maria— kakak tingkatnya menghampiri Zahra yang tengah duduk di bangku.

"Iya lumayan, Kak." jawab Zahra sopan.

Maria ikut duduk di sebelah Zahra. "Jadi HIMA emang harus siap capek. Apalagi lo sekarang pengurus inti di HIMA." ujarnya. "Gue juga nggak nyangka sih, MABA ada yang jadi pengurus inti kaya lo ini." tambahnya lagi.

"Saya juga kurang tau, Kak. Mungkin bisa ditanyain ke kak Edgar sama kak Clara aja." Sebisa mungkin Zahra tidak marah dengan ucapan Maria. Ini memang pembahasan sensitif. Memangnya dia pikir Zahra mau dijadikan pengurus inti disaat ia masih MABA? Zahra juga tidak mau lah.

"Hai, Ra!" Tiba-tiba Sheza datang. Zahra menghela napas lega karena kehadiran Sheza yang otomatis membuat Maria meninggalkannya.

"Oh hai, She," balas Zahra.

"Kenapa tadi tuh kak Maria? Gangguin lo ya?"

"Apa sih? Enggak, She. Cuma ngobrol biasa aja kok."

"Lo yakin? Karena katanya tuh emang kak Maria suka semena-mena gitu sama adik tingkat."

ZAHRAGA 2Where stories live. Discover now