Nani dipaksa menerima seorang yang lemah juga membosankan. Jika bukan karena ancaman ibu dan ayahnya agar ia memperlakukan tunangannya dengan baik, Nani tidak sudi untuk berada di dekatnya. Niat awal kedua orang tuanya mempercayai tunangan Nani sebagai jimat, beralih menjadi bagaimana mereka menyukai sosok bungsu Summetikul yang berwibawa–penurut dan tentu saja pembawa keberuntungan untuk mereka.
Paris selesai dengan dunia nya ketika tidak sengaja mendapati bayangan Nani menatapnya tanpa berkedip terlihat di pantulan kaca.
“ aku masih bayi—aku masih bayi”
Paris berusaha menyingkirkan status yang ada pada dirinya, ia menganggap jika Nani disana adalah patung seperti bagaimana kedua kakaknya selalu memperlakukannya yang mengatakan dia akan selalu menjadi bayi. Paris jadi merindukan kedua kakaknya, juga dia belum memberi selamat untuk kakak sulungnya yang mungkin sedang berbahagia karena pertunangannya.
“ apa yang kau lakukan?!”
Tanya Nani kaget.
“ mandi? apa lagi khun?!”
Paris menatap polos ke arah Nani yang memandangi tubuhnya, mau tidak mau Paris menatap tubuhnya.
“ kemana roti kotak-kotakku??”
Keluh Paris ketika mendapati tubuhnya benar-benar rata seperti permukaan kulit tubuh bayi, tidak ada bekas hasil ia pergi gym setiap hari bersama dua kakak jahilnya. Bahkan bekas luka di punggungnya tidak ada, berganti memar-memar yang kini sudah samar. Membanting bajunya, seperti anak kecil Paris langsung masuk ke dalam bak mandi berisi air dengan brutal.
“ HUAAAAHHHH!!!!”
Paris tidak peduli jika Nani menganggapnya gila, ia sungguh akan mengamini pemikiran Nani dengan hati terbuka. Paris memukul-mukul air, mengungkapkan segala kekesalan yang ada. Memekik seperti ketika ia kesal pada twins yang mengganggu hari tenangnya bersama dengan Makau. Beruntung jika tempat Paris tinggal, bukan di rumah utama yang memiliki banyak pelayan.
Nani membuka mulutnya, kaget melihat kelakuan Paris yang terlihat lucu di matanya. Bahkan ia tidak peduli dengan bajunya yang basah karena cipratan hasil dari amukan tunangannya. Ia justru tertawa menertawakan seberapa Paris terlihat seperti anak-anak kalah adu kelereng.
“ Phiiiii!!! jangan menertawaiku!!!!? aku sedang kesal!! roti kotakku?!!! kalsiumku?!!! huaaaa!!!!!”
Bukannya marah, Nani malah tertawa keras menertawai kegilaan Paris. Tidak menyadari ada beberapa pasang mata yang melihat keduanya dari ambang pintu.
“ apa yang terjadi, sebenarnya?”
Tanya Thana.
Kakak sulung Summetikul itu tidak mengerti dengan pemandangan yang ia lihat bersama dengan yang lain, dimana mereka bergegas menuju kamar Paris ketika mendengar pekikan dari dalam. Mereka panik dan khawatir jika Nani melukai atau melakukan sesuatu yang membuat Paris terluka, bukan justru melihat tawa dari putra satu-satunya Gubernur. Bahkan kedua sepupunya mempertanyakan pertanyaan yang sama dengan apa yang dilihat.
“ kita bicarakan di luar”
.
.
.
Sebulan penuh, Paris menahan bosan akhirnya hari ini ia sudah benar-benar dinyatakan sehat oleh tabib yang diundang untuk memeriksa tubuhnya. Sebulan juga tunangan dan 2 sepupunya berada di kediaman Summetikul, tentu saja karena Paris akan demam tinggi ketika Build pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eiffel, Part Of My Way
FanfictionEXtra Part dari Hiden Point Of View . . Always try to be with you, and never will be end when you still not found . Karma Bible dan Thana yang berujung pada kebalikan sifat dari keturunan mereka. . . susah, jelasin
#17 " Time Travel : Different!"
Mulai dari awal
