Sampai suara lembut yang membuat ruang tersebut hening..

"Daddy.." Ucap Al pelan sembari kedua tangan kecilnya menyentuh wajah datar Albert agar memperhatikan.

"Iya" Jawab Albert lembut

"Daddy berdiri.. Al gak nyaman" Lanjut Al dengan wajah memelas seperti akan menangis.

Albert langsung berdiri dan mengayunkan badannya ke kanan dan ke kiri serta tangan nya menepuk pelan punggung kecil putra bungsunya itu.

"Biar saya saja yang menggendong tuan muda, tuan" Ucap Vian.

Melihat tuan besarnya menggendong tuan muda Al dan mengayunkan badan sembari memperhatikan meeting dengan waktu yang lama, itu pasti pegal_pikir Vian.

"Tidak" Jawab Albert dingin

"Lanjutkan" lanjut Albert dingin pada semua yang ada di ruang tersebut.












Skip
Ruang Albert

Anak laki-laki manis itu_Al sedang sibuk memakan cemilan yang disiapkan Vian tadi khusus untuk nya.

"Pelan-pelan baby.." Albert membersihkan sisa makanan yang ada di sekitar mulut Al.

"Enakk.., Al sukaa"

Tok.. tok..tokk

"Masuk" ucap Albert datar

"Permisi tuan, di luar ada tuan Wiliam ingin menemui anda" ujar Daniel.

"Ya, biasa" Jawab singkat Albert

Untung saja Daniel bisa mengerti apa maksud tuan besarnya itu, karena ia sudah hampir 10 tahun bekerja untuk Valcavano. Ketika ada tamu tak diundang atau tidak di inginkan maka tuan Albert akan bertemu dengan tamu tersebut di ruang tamu khusus yang berada beberapa meter dari ruangan pribadinya.

"Baik tuan, saya permisi"

"..."

"Daddy... Mimi" Al merentangkan kedua tangannya kepada Albert berharap segera diberikan apa yang ia inginkan.

"Vian"

"Baik tuan" Vian meninggalkan ruangan

Albert menggendong Al ala koala saat melihat mata anak bungsunya sayu pertanda sudah waktunya untuk tidur siang dan menutupi badan kecilnya dengan selimut hangat.

Ia terpaksa harus meninggalkan Al bersama Daniel karena harus menemui tamu tak diundang.. rasanya ia ingin membunuh orang yang telah mengganggu waktunya yang berharga dengan si bungsu.










Dukk..

Dukk...

Dukkk..

"Hiks.. hiks..tuan buka pintunya" anak laki laki itu terus memukuli pintu ruangan gelap itu sembari menangis, berharap ia dikeluarkan dari ruangan tersebut.

Malam itu menjadi awal dari ia dipisahkan dengan pengasuhnya dan selalu di kurung dalam ruangan gelap itu jika ia melakukan kesalahan yang tidak disukai oleh tuannya_ ya ayahnya sendiri.






Diruangan mewah, anak laki laki yang awalnya sedang tertidur nyenyak tiba tiba bergetar seluruh badannya. Ia mulai menangis dan berteriak.

"Tuan muda Al, tuan bangun..." Vian berusaha membangunkan tuan mudanya itu. Tadi dia baru masuk ke kamar yang ada di ruang kerja tuan Albert untuk memberikan susu yang tadi diminta.

"Hikss.. hah..hah" tuan muda yang dibangunkan itu tidak juga kunjung bangun dari tidurnya.

"Al nggak akan nakal lagi, maaf .. maaf hiks..hiksss" Al terus mengulang kata kata itu.

Vian mencoba meraih tubuh tuan mudanya dan berusaha untuk membangunkannya, butuh beberapa menit sebelum mata bulat itu terbuka.

"Tuan muda Al tenang, itu hanya mimpi" Vian mengira tuan muda Al hanya bermimpi buruk, maka ia harus membangunkannya.

"Siapa??"

"Akhhh.. menjauh, menjauh"

"Tolonggg.. maaf ayah, tidak.. tidak tuan"

Al terus memberontak, berteriak, menangis dan mencoba menjauh dari Vian.

"Tuan muda..ini saya Vian, bodyguard anda"

Al menarik rambut dan memukul kepalanya dengan keras, ia lepas kendali.

Vian tidak bisa mendekat. Setiap ia melangkah Al akan semakin tak terkendali, ia harus melaporkannya kepada tuan Albert.




Ruang tamu

Ruang itu sekarang beraura menegangkan, tatapan tajam Albert terus bertabrakan dengan tatapan mata malas_tak peduli dari lawannya.

"Bereskan, bukan membuat masalah Wiliam"

"Aku tau, tapi aku kesal dengan nya. Makanya aku mutilasi dia langsung" Jawab pria berusia 27 tahun itu dengan santai.

"Bodoh"

...


Tokk.. tok.. tok

"Tuan Albert"

Suara dari pintu, memecahkan keheningan di ruangan itu.

"Masuk"

Vian masuk ke ruang dengan wajah tegang, apakah ia masuk ke ruangan kurang tepat. Ruang tersebut sangat tegang.

"Tuan muda Al, tuan.."

"Kenapa?" Albert mulai melunak dan langsung memusatkan perhatian nya kepada Vian, bodyguard anak bungsunya.

"Mengamuk, tadi ketika saya.. tuan" Vian belum menyelesaikan perkataannya Albert langsung berlari dengan wajah khawatir.



Brakkkkk

"Al.."

Dilihatnya kamar tidur itu sudah kacau dengan posisi Al yang ada di sudut ruangan, sama kacaunya dengan kamar itu.

"Baby.." Albert mencoba memanggil lagi dengan suara lembut, mencoba tenang.

"Daddy.." gumam pelan Al sembari mencoba mengangkat kepalanya sedikit.

"Iya sayang.. ini Daddy baby" Albert mencoba untuk mendekat dengan perlahan.

"Hiks..hiksss" Al mulai menangis lagi.

"Al minta maaf, Al janji gak akan nakal lagi.."

"Iya baby gak nakal, Daddy maaf kan" Albert coba untuk mengikuti alur, meski ia bingung kenapa tiba tiba anak bungsunya meminta maaf.

"Sudah jangan menangis, sini peluk Daddy" lanjut Albert sembari membuka tangan nya.

Al langsung memeluk Albert, masih dengan tangisan.

"Sudah baby.. jangan menangis lagi" Albert mengusap lembut punggung kecil itu_mencoba untuk menenangkan.

Beberapa saat akhirnya tangisan itu mereda tapi_

"Tuan, tuan muda mimisan" ucap Vian.

Albert langsung melepaskan pelukannya,

Al pingsan

"Baby.. bangun sayang"

"Vian" Albert berteriak dan Vian tau apa yang harus dilakukan nya maka ia langsung berlari keluar untuk menyiapkan mobil untuk ke rumah sakit.






















Halo temen temen.. aku kembali, maaf baru up lagi 🙏😁
Semoga bisa menghibur kalian ya heheee

Ada yang punya saran?

Don't Forget vote and komen :)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 23, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Aldian (on going)Where stories live. Discover now