15 [Second]

172 0 0
                                    

Dengan wajah sumringah, dimas membuka pesan dari maira, dan detik selanjutnya, mendung kembali menghiasi wajah dimas. Maira membatalkan janjinya, padahal dimas sudah sangat mengharapkan makan malam dengan maira.

Dengan perasaan marah, dimas kembali masuk ke kamarnya, melepas topinya, lalu berteriak di dalam bantalnya. Pesan yang maira berikan pada dimas, membuat mood dimas memburuk selama berhari-hari.

Menurut dimas, maira sudah mempermainkannya, dan memberinya harapan palsu. Meski hanya makan malam yang maira batalkan, tapi dimas merasa bahwa maira sudah menghancurkan harapannya.

"Dimas kenapa lagi rum", tanya gusta pada rumi, dan rumi hanya mengangkat bahunya karena rumi sendiri tidak tahu hal buruk apa yang sudah menimpa dimas.

"Kak aku boleh minta tolong bantuin koreksi tugas aku nggak", ujar agung pada rumi.

"Coba sini lihat", ujar rumi.

Agung kemudian menyerahkan Portofolionya pada rumi, kemudian melirik sekilas pada dimas lalu bergidik.

"Kenapa", tanya gusta pada agung melalui tatapannya.

Tidak ada satupun mahasiswa di studio yang berani bertanya pada dimas, mencemooh atau membuat gurauan. Setiap ada yang bertanya, atau mengganggu dimas, dimas hanya membalasnya dengan lirikan. Bagi sebagian yang mendapat lirikan dari dimas, mereka merasa telah melakukan hal yang buruk, yang membuat dimas menancapkan tombak di hati mereka. Dimas juga mengubah nama maira di kontaknya menjadi "Lupakan dia".

Sabtu pagi hingga menjelang isya, dimas dan rumi praktik kerja di salah satu biro arsitek yang ada di jalan nanda, di area pogung. Setelah menyelesaikan laporan, dimas mengikuti ajakan rumi untuk kumpul dengan anggota vario versa. Sejujurnya dimas masih enggan untuk kembali ikut kegiatan vario versa, tapi dimas butuh pengalih perhatian. Dimas juga sangat yakin maira tidak akan datang ke GSP, jadi dimas mengikuti rumi dengan pasrah.

Tak disangka orang yang paling dimas benci di hatinya, datang dengan senyum polos tanpa dosa yang dia pamerkan pada dimas.
Kebencian dimas bertambah saat maira lebih memilih untuk pergi dengan rumi. Kebencian dimas pada maira tak pernah abadi, semua terlihat saat senyum dimas mengembang ketika maira mengatakan bahwa dimas adalah alasan maira ikut kumpul dengan vario versa malam ini.

"Jadi kamu maafin aku", tanya maira dengan tatapannya untuk dimas yang cukup intens.

"Iya", jawab dimas sambil berusaha menyembunyikan wajahnya yang tersipu.

Sepanjang hidupnya, belum pernah ada cewek yang ucapan manisnya, membuat dimas merasa begitu spesial. Dimas tidak punya pilihan, selain jatuh semakin dalam akan rayuan yang maira tawarkan. Maira dengan mudahnya membuat emosi dimas naik turun. Semua kalimat yang keluar dari mulut maira, terasa seperti sapuan hangat cinta yang meresap langsung ke jiwa dimas. Kata-kata manis yang maira ucapakan pada dimas, membawa senyum yang enggan berakhir dari wajah dimas sepanjang perjalanan dimas kembali ke kos dari rumah maira.

"Kamu naksir maira", tanya rumi pada dimas.

Dimas enggan menjawab dan hanya memberi rumi senyum lebarnya.

"Naksir maira dim, sejak kapan, jangan-jangan emosi kamu naik turun akhir-akhir ini gara-gara dia", tanya rumi.

Dimas masih menjawab rumi dengan senyum lebarnya, dan senyum lebar dimas tetap terukir hingga dimas sampai di kamar kosnya. Sementara rumi hanya bisa melihat dimas dengan tatapan heran, karena senyum dimas seolah-olah tak akan pernah pudar.

Semua kebahagiaan yang dimas rasakan, hanya karena maira menjanjikan untuk pergi berdua dengan dimas di hari selasa. Meski begitu, dimas tidak ingin terlalu senang dulu, karena maira bisa saja membatalkannya lagi, meskipun dia sudah berjanji.

After SunsetWhere stories live. Discover now