𝗕𝗔𝗕 𝟭

160 8 0
                                    

Mascow, Rusia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mascow, Rusia

Dalam dinginnya malam Moscow yang berhujan, seorang perempuan berdiri di tengah guyuran air yang membasahi tubuhnya. Helaian rambutnya yang basah melekat di wajahnya yang dingin dan tanpa ekspresi mencerminkan keangkuhan.

Di dekatnya, seorang lelaki separuh abad dengan wajah yang berlumuran darah memegang kakinya yang terluka, mata penuh penderitaan  untuk dilepaskan dari cengkeraman tak berbelas kasihan sang perempuan tanpa ekspresi itu.

"Pozhaluysta, Dariya, otpusti moyu sem'yu. Ty mozhesh' ubit' menya, no ne prichinyay vreda im. Oni sovershenno..nevinovny. (Tolonglah, dariya, lepaskan keluargaku . Kau boleh membunuhku, janganlah menyakiti mereka. Mereka tidak..bersalah)"

Namun rayuan lelaki tua itu diabaikan, lenyap ditelan angin malam yang dingin. Mata biru  dingin milik perempuan itu menatap kosong ke arah pemandangan penuh darah di hadapannya.

Lima Lelaki berpakaian serba hitam  melanjutkan aksi pembantaian, tanpa sedikit pun memperdulikan seruan merayu orang tua yang memohon agar mereka berhenti.

Lelaki-lelaki yang sedang membantai tanpa belas kasihan itu adalah bawahan Dariya, sang pemimpin mafia yang kejam. Mereka semua bersenjatakan pedang panjang dan pistol, tak kenal lelah dalam aksi pembantaian setelah menerima perintah langsung dari Dariya.

Tangisan wanita dan kanak-kanak yang tengah dibantai itu terus bergema, merobek keheningan malam.

Rintihan mereka menjadi seruan yang hancur, memohon agar dilepaskan dari ancaman pedang dan pistol yang mengancam.

Lorong gelap yang sunyi menjadi saksi bisu, jeritan memilukan, memotong hening malam dan meresap hingga ke sudut-sudut tersembunyi.

Dalam masa Lima minit, enam tubuh berlumuran darah sudah terbaring tersebar di tanah, menyisakan tanda-tanda kengerian dan kekejaman yang tak terbantahkan.

Darah tak kenal henti mengalir, menciptakan warna merah yang menakutkan di atas tanah yang telah diberkahi oleh hujan. Setiap tetesan darah bercampur dengan air hujan, mengalir dengan lembut ke segala sudut tempat itu

Di antara pemandangan yang penuh kengerian itu, seorang kanak-kanak perempuan berusia sekitar lapan tahun terbaring lemah. Darah mengalir keluar dari mulut kecilnya yang terbuka lemah.

Matanya yang kecil melirik sosok tua yang berlutut di hadapan perempuan dingin itu. Mulut anak kecil itu berusaha memanggil lelaki tua yang sedang menangis histeria.

"d...dyadya..(A...atuk)"

Desis anak kecil itu dengan suara yang lemah, mencoba menyusun kata-kata terakhirnya dalam keheningan yang melukai hati.

Orang tua itu mengangkat kepalanya dengan lemah. Perlahan, matanya menyusuri tubuh kecil yang terbaring, berlumuran darah. Tak henti-henti darah mengalir dari luka akibat tusukan pedang di bagian perut kecilnya.

MAFIA: Ten years Still loving you  [OG]Where stories live. Discover now