Yang jelas, alasan kedua senior itu masih di dalam UKS adalah, untuk memberi waktu kepada anak kelas 11 untuk bisa lebih akrab dengan calon juniornya.
Masih dalam formasi melingkar, mereka mengobrol dengan leluasa, mereka saling bertanya, kemudian mereka juga saling menceritakan banyak hal. Itulah cara yang mereka lakukan, agar bisa lebih akrab satu sama lain.
Sudah kira-kira hampir 45 menit mereka mengobrol, dan kedua senior itu masih di dalam UKS.
Tak berselang lama dari waktu tersebut, akhirnya kak Nisa keluar, berdiri di ujung teras UKS. Ia menolehkan pandangan ke kerumunan anggotanya itu, kemudian melambaikan tangannya.
"Dhir," teriaknya.
Kak Nisa dekat dengan semua anggotanya, tapi paling dekat dengan Dhira. Jadi jangan heran ya kalau ada apa-apa, sang ketua selalu memanggil Dhira. Sepertinya karena memang sedari awal Dhira adalah anak yang ceria dan mudah untuk di ajak berbincang. Atau mungkin Dhira calon-calon pengganti kak Nisa—jadi ketua.
Dhira menoleh, langsung bergegas menuju ke tempat seniornya itu berdiri. Ia berlarian kecil.
Setelah sampai, ia berdiri di sebelah kak Nisa. Ia bertanya, "Kenapa kak?"
"Tadi kak Ari ngechat kakak, katanya mau kesini." —pelatih PMR.
"Loh, serius kak? Tumbennn?"
"Iya, katanya mau kenalan sama calon junior baru."
"Oke, nanti Dhira bilang ke yang lain ya kak."
"Yaudah, sana. Nanti kalo kak Ari udah sampe chat kakak ya, nanti kakak bawain minum."
"Ih, baik banget deh kakak senior. Tau aja, Dhira emang haus banget kak."
"Buat kak Ari, bukan buat Lo."
Dhira tertawa kecil, ia bergumam, "Galak banget deh kakak ketua."
Kak Nisa melukiskan senyum tipis di wajahnya, yang artinya ia sedang menahan emosinya.
"Sana, sana. Husss." Tangannya memberi instruksi bahwa Dhira di usir.
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Dhira lari kecil, kabur sambil tersenyum.
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
