Empat belas

170 16 4
                                    


Ji Hyun membuka kedua matanya dan mulai mengingat hal mengerikan yang menimpanya kemarin, rasa sakit menjalar di sekujur tubuh kecilnya, ia lalu menatap wajah ayahnya yang tengah menunduk dan terlihat pucat.

"Appa!"

"Sayangku, kau sudah sadar?" Kyu Hyun menggenggam tangan anaknya dengan rasa haru, wajahnya langsung ceria meski rasa khawatir masih membelenggunya, pria itu tersenyum dan berterima kasih kepada Tuhan di dalam hati, "mana yang sakit, katakan pada Appa!"

Ji Hyun menatap sekeliling, anak itu sudah tak sadarkan diri semalaman, untung saja nyawanya tertolong karena kalau tidak Kyu Hyun tidak bisa memaafkan dirinya sendiri.

"Tubuhku sakit semua," kata Ji Hyun polos, "mana Eomma?"

"Eomma sedang keluar sebentar," jawab Kyu Hyun tenang padahal sebetulnya ia tak tahu ada dimana istrinya itu, Sura tak pernah kembali sejak semalam, ia belum melihat keadaan Ji Hyun, lagipula kyu Hyun sendiri tak peduli dengan wanita itu, amarah masih membara di hatinya, dia takut akan mengatakan hal buruk pada Sura makanya Kyu Hyun tidak berusaha mencarinya.

"Lain kali jangan pergi mengejar balon ke jalan," tutur Kyu Hyun sedikit kesal, ia jadi benci dengan benda favorit anak-anak itu.

"Maaf Appa, aku pasti sudah membuat Appa cemas."

Kyu Hyun mengangguk kecil lalu berkata, "Appa akan memanggil dokter dulu," katanya lalu hampir beranjak saat tangan mungil Ji Hyun menahannya.

"Appa, bisakah kau panggil Rhae Hoon Immo untukku? Kalau aku sakit pasti dia mau menjengukku, aku sangat merindukannya."
Kyu Hyun tak mampu memahami apa yang ia rasakan saat ini, diraihnya tangan kecil Ji Hyun dan mengecupnya lembut, "kenapa kau sangat menyukai Rhae Hoon Immo?"

"Entahlah, aku hanya merasa nyaman saat bersamanya. Aku tahu Appa juga menyukainya bukan?" tanya Ji Hyun membuat Kyu Hyun tak bisa berkata-kata, lelaki itu sedikit pusing dan tak nyaman dengan pembicaraan ini.

"Ji Hyun, sayang," keluh Kyu Hyun bingung, "nanti Appa akan mencari cara supaya Rhae Hoon immo mau datang, tapi Ji Hyun harus berjanji akan sembuh dulu, oke?"

Ji Hyun merengut lalu dengan terpaksa mengangguk, gadis kecil itu melihat ayahnya yang keluar dari kamar rawat dengan langkah gontai.

Selagi Ji Hyun diperiksa dokter, lelaki itu pergi kafe karena tadi pagi Sehun mengajaknya bertemu, katanya ada hal penting yang harus dibicarakan, setelah kopi yang ia pesan sudah habis separuh Sehun baru tiba, lelaki tampan dan tinggi itu duduk berseberangan dengan Kyu Hyun dan berbasa-basi sebentar sebelum menuju inti pembicaraan.
"Hyung, kau pucat sekali, apa terjadi sesuatu?" tanya Sehun melihat air muka Kyu Hyun yang tampak mendung, Kyu Hyun lalu berusaha tersenyum tipis.

"Anakku sedang dirawat, kemarin mengalami kecelakaan di jalan."

"Astaga, lalu sekarang bagaimana keadaannya?"

"Sudah siuman, semalaman aku menunggunya bangun setelah operasi selesai."

"Kenapa kau tak menghubungiku? Ya Tuhan, aku sangat menyesal, padahal beberapa waktu lalu kau menemaniku saat Nuna dirawat."

"Tidak apa-apa, sekarang katakan maksud kedatanganmu, aku tidak bisa lama."

Sehun mengerti, ingin menanyakan perihal Ji Hyun lebih lanjut tapi ia menahan diri, "Nunaku menyuruhku menemuimu untuk menanyakan harga rumah yang kau berikan pada kami, Nuna bersikeras membayar rumah itu."
Kyu Hyun menghela napas panjang, Rhae Hoon memang kepala batu, pria itu jadi penasaran bagaimana kabarnya dan apa yang sedang ia lakukan disana.

"Sehun, aku sudah bilang kalau memberikan rumah itu pada Rhae Hoon."

"Tapi Hyung, kami tidak enak hati jika menerimanya cuma-cuma."
"Aku tak ingin membahasnya lagi, aku sedang sangat lelah sekarang dan tak ingin berdebat, tolong, tinggal saja di rumah itu, aku sangat menyayangi Rhae Hoon dan aku ingin ia bisa menyenangkan hati ibunya."

IF YOUWhere stories live. Discover now