Enam

617 60 2
                                    


Rhae Hoon menghilang seperti asap, wanita muda itu menutup semua akses komunikasi kepada semua orang setelah terakhir kali terlihat menemui ibunya setelah berhasil menyiapkan hati. Tentu tidak mudah baginya memperlihatkan wajah kusut saat berjumpa dengan sang ibu yang masih dalam keadaan tak sehat.

Namun, ia masih tak percaya kalau ibunya meminta supaya ia memaafkan Dong Hae, sama sekali tak peduli pada perasaannya, bertanya apakah Rhae Hoon baik-baik saja pun sama sekali tidak. Oh, ya. Rhae Hoon hampir lupa kalau perempuan setengah baya itu sangat menyukai Dong Hae, uang pria itu lebih tepatnya.

Menghela napas, Rhae Hoon menumpukan tangan di atas kedua kepala dengan tubuh meringkuk, mendengarkan suara ombak yang pecah di pantai Jeju, sudah seminggu lebih ia menghilang dari Seoul dan sampai detik ini tak ada niatan untuk kembali. Wanita itu hancur, berkeping-keping. Seperti sebuah simpul yang dipaksa membentuk garis lurus, semakin kusut dan tidak menemukan ujung. Rhae Hoon butuh waktu untuk bisa menerima semuanya.

Sebuah sentuhan halus di pundaknya yang tertutupi kaus putih polos membuat Rhae Hoon tersadar dari lamunan, dan ketika ia menggerakkan kepala ke arah kiri sebuah senyum lembut terukir tulus dari seorang pria yang akhir-akhir ini suka sekali ikut campur dalam hidupnya. Kening Rhae Hoon berkerut sebentar, ia ingin bertanya namun tak memiliki sisa energi untuk sekadar membuka suara.

"Akhirnya aku bisa menepati janji pada Ji Hyun, kau tahu? Anak itu sangat ingin bertemu denganmu."

Kyu Hyun tengah mengoceh di depan wajahnya, dengan wajah berseri dan tubuh di balut pakaian kasual, kemeja biru yang dipadukan kaos putih dan celana jeans, rambut lelaki itu tertampar angin senja, meskipun sedikit ada seberkas raut cemas dan lelah yang bercampur menjadi satu.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Kau terlihat berantakan," ujar Kyu Hyun mengamati tubuh Rhae Hoon yang kuyu, wajahnya nampak pucat dan bibirnya begitu kering, "apa kau juga seperti ini saat aku menghianatimu?"

"Kyu Hyun-ssi?" Hanya itu yang Rhae Hoon ucapkan, sejuta tanya berkembang di benaknya, lalu tanpa bisa menolak atau sekedar berpikir, punggungnya telah ditarik oleh kedua tangan Kyu Hyun, bohong jika Rhae Hoon tidak merasakan kehangatan ketika tubuh keduanya berhimpitan, hanya sejenak, Kyu Hyun ingin menjadi egois dan menutup logika jika ia dan Rhae Hoon bahkan tidak boleh terlihat bersama meski hanya sebentar saja.

"Biarkan aku menemanimu," tutur Kyu Hyun lalu melepas pelukannya, menatap wajah Rhae Hoon yang nampak bingung dengan kening yang berlipat-lipat.

"Kau tidak boleh sendirian, siapa yang tahu kalau tiba-tiba tubuhmu terseret arus?" Kyu Hyun mencebik dalam hati, lebih dari itu ada yang ingin ia sampaikan, ia ingin menghibur hati Rhae Hoon yang diliputi lara, mungkin sama pedihnya saat ia terlibat asmara semalam bersama Sura.

"Aku masih waras, lagipula kenapa kau disini? Satu-satunya orang yang tahu aku disini hanya Ji Sun, jangan-jangan--"

"Ya, aku menemuinya."

"Lalu kenapa dia memberitahumu kalau aku disini?"

"Menurutmu kenapa? Gadis itu awalnya terlihat enggan, namun saat kuberikan nomor telepon Yesung Hyung, dia langsung saja mengatakan kemana kau pergi," kekeh Kyu Hyun sementara Rhae Hoon menggeleng-geleng. Ngomong-ngomong soal Ji Sun, gadis itu tergila-gila pada vokalis utama di Super Junior yang kebetulan adalah sepupu Kyu Hyun, maka jangan heran jika gadis itu rela menukarkan harga dirinya sekalipun jika sudah berhubungan dengan Yesung. Rhae Hoon Ingin sekali mengumpat atau apa saja, tapi wanita muda itu justru terkesiap tatkala Kyu Hyun memberikan jaketnya, memakaikan di tubuhnya yang memang kedinginan lalu mengelus puncak kepala Rhae Hoon. Sambil berbisik Kyu Hyun berkata, "Sekali ini saja, izinkan aku berada di sekitarmu."

IF YOUWhere stories live. Discover now