Dia terdiam lama, menatap penampilannya di cermin.

Sudah satu bulan. Sudah satu bulan Calio belum juga menemuinya, bahkan saat dia menghubungi pria itu, nomornya selalu tidak aktif

Rasa krisis di hati Yoselin semakin kuat, dia takut Calio meninggalkannya, dia takut Calio tidak bisa melupakan perempuan itu.

Yoselin tidak tau kapan rasa takut itu muncul, tapi yang pasti, setelah kejadian malam itu, dia sepertinya sudah bergantung penuh pada Calio.

Alarick. Mengingat nama itu mata Yoselin berkedip. Sepertinya dia tidak lagi mengingat pria itu, terlebih karena hubungannya dengan Tara sudah rusak, Yoselin tidak bisa lagi bertemu seperti dulu. Dan juga, akhir-akhir ini pikirannya sepenuhnya tertuju pada Calio, bahkan sekedar untuk membalas Tara, Yoselin tidak ada waktu.

Setelah memastikan penampilan dan riasan wajahnya yang dia buat semirip mungkin dengan 'perempuan itu' Yoselin membawa tas yang senada dengan gaun dan jepit rambutnya.

Tangan yang memegang tas kecil itu mengerat, hari ini dia akan mengambil keputusan besar.

Jika dia tidak bisa menaklukan Calio dengan penampilannya sendiri, maka dia akan membuat Calio kembali padanya dengan membuat dirinya seperti perempuan itu.

Soal Tara. Yoselin tidak akan pernah lupa untuk membalaskan dendamnya, tapi ini bukan waktu yang tepat.

Nanti. Nanti setelah dia sepenuhnya membuat Calio jatuh cinta padanya, dia akan membalas Tara berkali-kali lipat. Karena tanpa pendukung di belakangnya Yoselin yakin tidak bisa menyentuh Tara, bahkan sehelai rambut pun.

Mengingat identitas Calio yang tidak lain adalah sepupu Alarick, Yoselin semakin yakin dengan keputusannya saat ini.

*
*
Yoselin menekan bell. Tidak lama kemudian pintu terbuka oleh seorang pelayan.

"Selam_ eh nona?" Pelayan perempuan itu terlihat bingung.

Melihat reaksinya, Yoselin tersenyum tipis, seakan senyuman itu menandakan kesuksesannya.

"Apa Calio ada di dalam?"

"Ehh tuan Calio? Tapi nona_"

"Siapa itu?" Seruan datang dari dalam. Sosok lincah berlari dan menghampiri keduanya yang masih di ambang pintu.

"Kamu...."

Pupil mata Yoselin berkedip lalu dengan ramah menyapa "hai! apa kabar?" Senyumnya tidak lagi lembut seperti saat pertama kali datang. senyuman kali ini adalah senyuman yang membuat orang memberi kesan lincah dan bersemangat.

"Ba-baik?"

"Nona! Lalu?" Pelayan itu langsung menutup mulutnya saat dia secara tidak sadar meninggikan suaranya.

"Ma-maaf nona, maafkan saya" ujarnya dengan tubuh membungkuk ke arah Ilona

"Baiklah tidak apa-apa. Dia pelayan baru disini jadi dia tidak mengenalmu" imbuh Ilona pada Yoselin yang dengan cermat menatap penampilan Ilona dari atas ke bawah.

Kilatan jijik terlihat di matanya, saat melihat penampilannya yang kekanakan dan naif. Tapi demi tujuannya, Yoselin harus menekan rasa jijiknya, bagaimanapun Calio suka gadis yang naif dan polos bukan?

"Tidak pa-pa, itu normal untuk melihat pertama kalinya" jawab Yoselin tidak lupa senyum cerahnya.

Pelayan itu menatap keduanya secara bergantian lalu bergumam pelan tanpa terdengar oleh keduanya. "Mereka benar-benar mirip bahkan dari segi temprament"

Mendengar jawaban Yoselin, Ilona tersenyum canggung. Sepertinya dia tidak menerima pernyataan Yoselin yang terkesan menyamakan mereka berdua. melihat penampilannya entah sengaja atau tidak, di buat mirip dengannya, Ilona semakin merasa tidak nyaman di hatinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 22 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I Live Again For My HusbandWhere stories live. Discover now