19. Just Because Fate Forces It

Start from the beginning
                                    

"Tidak masalah, bukan berarti Yeaston sudah kembali, kan? Kerajaan pasti masih hancur, aku akan menculik putra mahkota"

Saat hendak mencoba berdiri, Senan dengan lembut mengusap tangannya. Ibunya juga membaringkan kepalanya di pangkuan Yseult, secara halus melarangnya untuk bangkit. 

"Ada apa lagi? Aku sudah tidak apa-apa. Ada beberapa hal yang belum bisa ku jelaskan, tetapi tidak ada pilihan lain. Pangeran ketujuh sudah tahu aku penyihir rakyat. Sudah tidak bisa menggunakan cara halus lagi, aku akan langsung saja pada intinya" 

Ibunya menggeleng dari arah pangkuannya dan Senan menghela nafas beberapa kali. Melihat itu Yseult mulai takut. 

"K-Keegan, baik-baik saja, kan?" Bisiknya panik.

Dia amat takut jika sesuatu terjadi padanya di pelarian mereka yang terakhir kali. 

Senan menatap lurus kearah Yseult, meski berat dia tetap berusaha menghadapinya. Dia harus mengatakan yang sebenarnya. 

"Putra mahkota sudah meninggal, kak" 

Seketika pandangan matanya menggelap. Yseult masih duduk, sesaat dia seolah kehilangan dirinya lagi. Sentuhan Senan pada tangannya maupun usapan lembut ibunya terasa dingin dan menganggu. Yseult tidak suka dihibur dalam kelemahannya. Mereka tahu akan sehancur apa Yseult yang usaha panjangnya sia-sia dalam sekejap mata. 

"Yseult—" 

"Kurasa, kalian benar. Aku akan istirahat. Tolong. Aku ingin sendirian saat ini" hanya itu yang bisa dia ucapkan. 

Senan dan ibunya mengerti. Mereka membuat beberapa pelukan untuknya sebelum pergi dan menutup kain didepan pintu kamarnya. 

Perlahan Yseult kembali berbaring  dan berbalik. Aliran hangat seketika turun di ufuk matanya. Yseult menahan rasa sakit dan putus harapan dalam sebuah tangisan tertahan. Dia tidak bisa membayangkan akan seperti apa masa depan keluarganya, mengingat betapa menderitanya Keegan, dan betapa keluarganya tidak bisa berbahagia. Yseult tahu dengan jelas jika semua ini berasal dari kecerobohannya. Saat ini tidak ada yang bisa mencegahnya untuk menyalahkan dirinya sendiri. Mengutuk dan menyiksa dirinya dengan penyesalan tiada akhir. 

Dalam tangisannya, Yseult menggigit bibirnya kuat-kuat agar tidak ada satupun suara yang lolos. Dadanya sesak sekali, Yseult menahan rasa sakit dihatinya dengan meremas selimut. 

Bisakah dunia tidak menjatuhkannya terus menerus seperti ini. Bisakah dia diberikan jalan yang lurus. Bukankah keinginannya cukup sederhana. 

Putra mahkota adalah pilihan terakhir dan satu-satunya. Sekarang tidak ada keturunan Raja yang lebih murni yang bisa menggunakan sihir regenerasi. Tidak ada yang bisa menyembuhkan Keegan. Tidak apa-apa jika kematian memang lebih baik untuknya, tapi dia bahkan tidak bisa mati. Yseult tidak tahu bisa menggambarkan dengan bagaimana keputus asaannya saat ini. Dunia seolah tahu dengan tepat bagaimana penyiksaan paling hebat untuknya. 

Tubuhnya yang masih lemah dan ledakan emosional yang tinggi membuatnya berlalu dengan cepat dalam sebuah mimpi. 

Bahkan dia tidak diijinkan untuk berbahagia di dalam mimpi. Hanya ada bayangan dirinya tenggelam jauh dan jauh didalam dasar gunung yang panas, kemudian samudra yang dingin. 

Waktu berlalu begitu saja, dia tertidur kemudian bangun dan tertidur lagi dengan cepat. Selama waktu tersebut Yseult hanya merasakan tangan hangat yang menyelimutinya dengan sihir. Perasaannya sangat familiar, dia seolah menjadi lebih tenang dan tenang.

Disisi lain, tangan dibalik sikunya juga terasa janggal, seseorang seolah menancapkan sesuatu di sana dan mengalirinya dengan sebuah cairan. Yseult merasa dirinya sangat panas dan dingin, seolah dia berada dalam demam tinggi berkepanjangan. 

The Origin Of King KaanWhere stories live. Discover now