🧩GAME START🎮 : 01

1.5K 90 10
                                    

Tuesday.

_

Orang-orang bilang Samuel itu gay.

Laki-laki itu tertangkap basah oleh pacarnya karena tengah berduaan dengan siswa yang diyakini anak kelas 10 di dalam gudang peralatan olahraga, Samuel melakukan tindakan pelecehan pada adik kelasnya hingga siswa tersebut diketahui trauma dan pindah sekolah.

Hal itulah Samuel putus dengan pacarnya, Vanessa.

Entah itu benar atau tidak, tapi kabar tersebut tidak sampai ke telinga guru-guru dan Samuel baik-baik saja bersekolah di sana.

Katanya Samuel juga benar-benar membenci perempuan, tidak tanggung-tanggung dia akan berbuat kasar pada siapa saja gadis yang mencoba mendekatinya.

Karena rumor itu, Samuel tidak memiliki seorang pun teman di sekolah. Beberapa temannya kini menjauhinya setelah rumor itu tersebar.

Bukannya marah atau kesal, Samuel justru bersyukur sebab mulai saat itu hidupnya damai dan tidak ada yang menganggu.

Semua orang di koridor langsung menjaga jarak dari Samuel terutama anak laki-laki, mereka bergidik ngeri dan segera pergi dari sana.

Samuel tidak pedulikan itu, ia tetap melangkah lurus dan lebih memilih mendengar musik di earphonenya ketimbang makian yang dilontarkan anak-anak perempuan padanya.

Sampai dirinya di depan loker miliknya, alisnya menukik tajam saat di pintu lokernya tertempel sebuah sticky note berwarna merah muda.

Morning.
Semangat ulangannya, aku bikin cookies kesukaan kamu. Dimakan ya!
Luv u♡

Raut wajahnya berubah menjadi datar, Samuel mencabut sticky note tersebut dan membuangnya ke tong sampah setelah dirobek.

Laki-laki itu meraih kunci loker di saku seragamnya dan membukanya, di dalam sana terdapat kotak kecil bening yang isinya ada beberapa kepingan biskuit. Lagi-lagi ada sticky note merah muda.

Rasanya mata Samuel sakit ketika melihat warna itu.

"Ck, sampah."

Tanpa pikir panjang Samuel membuang kedua benda itu ke tempat sampah, kenapa benda itu terus ada di dalam lokernya? Padahal Samuel selalu menguncinya dengan rapat, bagaimana bisa?

Samuel meraih beberapa buku paket dari dalam sana setelah itu dia membanting pintu lokernya dengan kencang.

Ia melirik dari sudut matanya, seseorang sejak tadi memperhatikan dirinya. Merasa Samuel menyadari keberadaannya, orang itupun pergi dari sana dengan terburu-buru.

Samuel menghela nafas panjang, dengan emosi yang tertahan dia mengunci pintu lokernya dan segera pergi ke kelas. Ini masih pagi, tapi kenapa orang-orang selalu membuatnya marah?

"Tugas geo minggu lalu yang mana sih, anjing," gumam Samuel. Ia membolak-balik halaman salah satu buku paket di tangannya.

Setelah masuk ke kelas, Samuel langsung duduk di kursinya yaitu bangku paling belakang, dia duduk sendirian. Alunan musik yang disalurkan dari ponselnya ke earphone dimatikan, tapi earphonenya tetap berada di kepalanya.

Pemuda itu mengeluarkan sebuah buku catatan dan pulpen, Samuel membaca dengan seksama buku paketnya dan mulai menulis.

"Lo serius dia homo?"

"Padahal ganteng."

"Gue langsung ilfill setelah tau dia itu gay, fuck!"

"Gue naksir dia, tapi gue gak mau mati, njir!"

"Kenapa sih modelan kek dia dibiarin ada di sekolah ini? Lapor ke guru aja lah, yuk."

"Bener-bener gila, gak waras!"

Samuel tersenyum kecil, dia meletakkan pulpennya di atas meja dan kepalanya ditundukkan sedikit.

Hah, mereka ini memang harus diberi pelajaran.

Dengan sedikit menggunakan kekuatan, Samuel menggebrak meja hingga anak-anak di dalam kelas terlonjak kaget dan menatapnya dengan was-was. Seketika seisi kelas hening.

"Berisik, bangsat! Mau gue ancurin mulut lo pada satu-satu?"

Tidak ada yang berani menyahut ucapannya, mereka semua kembali sibuk dengan kegiatannya masing-masing meski dadanya berdegup sangat kencang.

Samuel terlihat seperti monster saat marah, sangat menakutkan.

.

Suara bel istirahat berbunyi, Samuel langsung bangkit dan pergi dari kelas. Ia muak berlama-lama di sana.

Hampir seluruh siswa-siswi di SMA 1 Garuda merasa jijik pada Samuel, makanya saat berpapasan di koridor mereka akan lari terbirit-birit entah kemana atau berpura-pura tidak melihat keberadaan Samuel sembari menjaga jarak.

Saat di kantin pun, Samuel dengan santai menerobos antrian di penjual nasi goreng, mereka yang mengantri anak laki-laki kelas 10. Jelas mereka tidak terima, tapi mereka tidak berani macam-macam dengan Samuel.

Minggu lalu saja perkara Samuel mengambil sandwich yang tersisa di rak makanan, dia mendapat tinjuan di pelipisnya oleh anak perempuan kelas 11.

Pada waktu itu suasana hati Samuel sangat buruk, tanpa rasa kasihan Samuel langsung menendang tubuh kecil gadis itu hingga menabrak rak di belakangnya dan rak tersebut jatuh mengenai tubuhnya.

Akhirnya Samuel harus menanggung biaya operasi gadis itu yang mengalami patah tulang dibeberapa bagian tubuhnya dan hingga saat ini kondisinya begitu menyedihkan.

Mereka tidak mau bernasib seperti itu oleh Samuel.

"Kembaliannya ambil aja, Bu." Samuel menyerahkan selembar uang lima puluh ribu, si penjual menerimanya dan mengangguk sambil tersenyum.

Samuel melangkah pergi meninggalkan kantin menuju ruang labolatorium, karena hanya di sana Samuel bisa makan dengan tenang tanpa ada gangguan.

Letaknya lumayan jauh, ia harus melewati lapangan untuk ke sana.

Satu tangannya dia gunakan untuk memegang kotak sterofoam berisi nasi goreng dan sebotol minuman, satu tangannya lagi digunakan untuk menggenggam ponsel. Meski matanya fokus pada ponsel, Samuel tetap bisa berjalan lurus dan mengindar tanpa takut menabrak sesuatu.

Dan juga, tanpa harus melihat ke belakang, Samuel tahu kalau ada seseorang yang membuntutinya sejak keluar dari kantin.

'Kapan sih hidup gue bisa tenang?'

Samuel merasa dia harus menghindar dari orang di belakangnya.

_

GAME OVER : Who's The Winner?[✓]Where stories live. Discover now