🌼48🌼

1.5K 240 39
                                    


Hari ini Yati datang ke rumah sakit. Entah ada urusan apa. Yang jelas dia menemui Rodie. Tapi sepertinya ini menyangkut anak mereka.

Aku berusaha tidak menganggap keberadaan Yati meski pun dia numpang duduk di nurse station selagi menunggu Rodie. Kukerjakan tugasku seolah wanita itu tidak ada.

"Halo, Itoh."

"Eh, halo, Dok! Sehat?"

"Sehat."

Aku mendongak. Kulihat seorang wanita mendatangi meja Itoh sambil membawa paket besar. Aku ingat dokter ini. Kalau tidak salah namanya dokter Liesa. Dia seorang spesialis kulit yang rutin berobat ke Rodie.

"Mau kontrol, dok? Udah daftar?"

"Eh, bukan. Saya hari ini mau ketemu Prof Rodie aja. Mau ngasih kado ulang tahun."

"Oh gitu."

Itoh terkikik.

"Prof Rodie-nya ada kan?"

"Ada, Dok. Di dalem masih ada pasien."

"Oke deh. Saya tunggu di sini aja dulu."

Kulihat Liesa dan Yati saling mengangguk sopan.

"Saya ikut duduk di sini ya."

"Silakan, silakan!"

Liesa dan Yati duduk bersebelahan. Aku tidak tahu mereka mengobrol apa. Tapi kelihatannya Yati tidak punya perasaan buruk pada dokter ini. Yati menerima kehadirannya dengan tangan terbuka, begitu welcome. Sepertinya Yati sudah tidak punya rasa cemburu pada wanita yang berusaha mendekati Rodie.

Aku fokus mengerjakan rekam medis pasien. Setelah semua selesai kuentri ke sistem, aku menyusunnya sesuai nomor.

"Dokter memang dekat sama Mas Rodie?"

"Nggak terlalu, Bu."

"Atau sedang berusaha dekat sama Mas Rodie ya?"

Dokter Liesa tertawa menanggapi pertanyaan Yati.

"Nggak apa-apa. Jujur saja, Dok. Siapa tau saya bisa bantu kasih saran supaya hubungan kalian lancar."

"Oh? Ini bidan Yati mantan istrinya Prof Rodie?"

"Iya. Hehehe."

"Aduh. Saya jadi malu!"

"Nggak apa-apa, Dok. Saya bisa bantu kasih saran kalau memang dokter mau. Sebentar."

Kulihat Yati mengamati Liesa dari ujung kepala hingga kaki, lantas memicing penuh pertimbangan.

"Kayaknya dokter harus naikan berat badan sedikit lagi aja."

"Wah? Iya? Serius?"

"Iya, Dok. Mas Rodie suka sama yang badannya subur seperti saya. Dia pernah bilang katanya nikmat kalau berhubungan badan karena nanti ada bunyi PROT-PROT. Katanya itu yang buat sensasinya beda. Tapi ini rahasia kita aja ya, Dok."

"Ah, begitu ya."

"Iya. Apalagi lelaki seusia Mas Rodie itu sedang masa-masanya, Dok. Sekali berdiri pasti akan susah turunnya. Jadi saran dari saya mungkin untuk sekarang sebaiknya dokter tambah berat badan. Jangan terlalu singset. Jadikan lebih subur seperti saya. Mas Rodie pasti suka."

Aku tercenung mendengar semua itu. Perasaanku campur aduk antara jijik dan muak. Aku baru tahu dari Yati ternyata Rodie punya kesenangan seks seperti itu? Tapi di hadapanku, Rodie selalu bertingkah seolah akulah yang paling dia sukai. Ternyata kenyataannya tidak demikian. Rodie justru suka mendengar bunyi prot-prot?! Sampai-sampai Yati bilang kelamin Rodie susah turunnya?!

Bukan Pemeran UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang