Pukulan terakhir mendarat tepat di hidung Leo dan hidung nya mengalir darah segar, Leo hanya mampu meringis kesakitan setelah Sing melepaskan kera bajunya, tubuh Leo pun langsung tersungkur di lantai.

Brukkk

Bibik langsung menghampiri Leo dan mengangkat kepala nya untuk di tiduri di atas pahanya.

"Ya Allah den, kasian banget kamu, yang kuat ya den"

"Bik, udah cukup gak usah terlalu ikut campur urusan keluarga kami, dan ingat kalau sampai kak Zay tau soal ini gue gak akan segan-segan ngaduin bibik ke Mama, biar langsung di usir sekalian. Dan sekali lagi gue ingatkan kalau kak Zay lembur sampai malam jadi gak usah sok-sokan telpon dia, dengan ngadu hal sepele kayak gini paham!" Bentak Sing pada bibik dan ia setelah mengucapkan itu kemudian langsung pergi ke kamarnya, meninggalkan Leo yang masih tergeletak di lantai dan di temani oleh bik Siti.

Bik Siti tidak menghiraukan ancaman Sing, ia sekarang hanya berfikir kesehatan Leo yang sudah terlanjur pingsan dengan keadaan darah yang tidak henti keluar dari hidungnya.

"Ya Allah den gimana ini? Bibik gak akan sanggup nge gotong Aden sampai ke kamar. Aduh ini gimana Gusti..." Ucap bibik yang sangat panik.

Akhirnya bibik terpaksa menyeret Leo perlahan dan sangat hati-hati menuju ke kamar dirinya, sebab cuman ini yang dapat ia lakukan ia tidak akan sanggup menggotong Leo menuju ke kamarnya yang terletak di lantai dua, sebab dari itu ia menyeret Leo masuk ke dalam kamar nya saja yang terletak di lantai bawah. ia takut makin melukai Leo, tapi ia tidak ada pilihan lain untuk saat ini. Maka dengan menyeret nya lah ia dapat bertindak dengan cepat ia berfikir sekarang harus segera menghentikan darah yang keluar terus menerus dari hidung Leo.

Dengan berusaha sekeras mungkin akhirnya bibik mampu membawa Leo tidur di atas ranjang kecil miliknya. Bik Siti langsung melepas sepatu Leo beserta kaus kaki yang di pakainya dan sedikit membuka kera bajunya agar Leo bisa bernafas dengan lega.

Lalu kemudian bik Siti langsung berlari keluar mencari dimana letak kotak P3k, ia mengubrek-ngubrek lemari kecil yang terletak di ruang tamu akhirnya ia menemukan apa yang ia cari, kemudian bibik langsung kembali ke kamar nya untuk mengobati Leo.

"Ya Allah Den Leo, Aden belum sadar juga?! Bibik akan obati kamu den, maaf cuman ini yang bisa bibik lakukan untuk saat ini, bibik gak bisa berbuat banyak hal semoga den Leo baik-baik aja" ucap Bik Siti. Ia terus mengobati Leo sambil mulutnya yang juga trus berbicara seolah mengajak ngobrol Leo meskipun tidak ada respon apapun yang di tunjukkan Leo.

"Lagian den Leo ada masalah apa sih sama den Sing? Kenapa Den Sing seakan kemasukan setan yang terus memukuli den Leo tanpa kata ampun! Den Leo yang sabar ya den"

"Bik, Bik Siti"Panggilan itu terdengar dari ruang makan, ya Sing memanggilnya.

Dari kamar bik Siti Pun menjawab
"Iya dennnn Sing, bibik lagi ngobatin den Leo"

"Apa sekarang mau jadi pengurus tuh bocah aja ha! Gue laper bikkk cepat bikin sarapan sekarang gak usah ngurusin tuh bocah lemah!" Ucap Sing

"Iya-iya den, bibik akan segera bikin sarapan untuk Aden" saut bik Siti yang masih di kamar.

"Den Leo bibik tinggal dulu sebentar ya, mumpung darah di hidung Aden juga udah berhenti. Nanti bibik kembali lagi semoga kamu cepat sadar" ucap bik Siti, sebenarnya ia tidak tega meninggalkan Leo dalam keadaan seperti ini tapi ia tidak ada pilihan lain, ia harus menuruti kemauan anak majikannya yang satu lagi meski ia tau betul bahwasanya Sing sengaja menyuruh nya bikin sarapan supaya ia tidak memperhatikan Leo, Karna sing benci akan hal itu.

"Mau di masakin apa atuh Den?" Tanya bibik yang sudah bertemu dengan Sing.

"Apa aja asalkan yang enak dan ngenyangin" ucap Sing singkat padat dan jelas. Bik Siti pun mengangguk nya dan langsung beralih ke kedapur.

3 SIBLINGS || XODIAC Where stories live. Discover now