10. Berita Baik

136 58 115
                                    

Warning!

Sebelum membaca dimohon untuk menerima keputusan mereka. Berat rasa hatiku untuk mempublish bab ini. Ini bukan kemauanku, tapi kemauan mereka✌🏿😭

AYO TEKAN TOMBOL BINTANG DIBAWAH NANTI LUPA! daaan jangan lupa tinggalkan komentar terbaik kalian!

Happy Reading!!!
****

Cuaca yang cerah diselimuti hati yang mendung. Bukannya turun hujan, air yang mengalir hanya membasahi wajah.

Rasa kecewa yang saat ini memenuhi hati gadis bungsu, menutupi kepeduliannya sesama saudara.

Swara, gadis ini masih terisak di ruangannya. Ia menangis sejadinya, melepaskan rasa kecewa yang masih menghantui pikirannya.

Pikirannya masih terpenuhi kejadian sebelumnya. Tangan pria yang ia cintai sedang mengelus puncak kepala saudaranya sendiri, hal itu masih tercetak jelas di kepalanya.

"Kenapa harus Mbak Senandung, Mas?" monolognya.

Kejadian tadi mungkin hanya menyakiti hatinya sebentar jika perempuan yang bersama Darma bukan Senandung. Ia akan berusaha menerima jika gadis lain yang bersama Darma.

Abi menatap serius pada laki-laki yang sudah lama dikenalnya, ia penasaran. Apakah yang ada dipikiran Abi, sama dengan yang akan dikatakan Darma?

"Saya benar-benar yakin, Abi. Saya ingin melamar Swara. Dia yang membuat hati saya bimbang selama membantu Abi di sini. Maaf baru sekarang saya berani menyampaikannya," ucap Darma.

Harsa menoleh menatap Darma. Ia tidak percaya bahwa Darma ingin meminang Swara, bukan Senandung.

Abi mendengar dengan jelas ucapan Darma yang ingin meminang Swara. Ia merasa lega, karena pilihan Darma jatuh pada Swara.

Sejak awal, Abi juga ingin menjodohkan Swara dan Darma yang terlihat serasi. Keduanya sangat menjaga batasan, dan cakap dalam segala hal.

"Kamu yakin?" tanya Abi ingin memperjelas maksud Darma.

Yang dituju pun mengangguk, "dengan izin Allah, saya yakin Bi. Dengan izin Allah juga, saya berjanji untuk mengambil sebagian tugas Abi. Tapi, saya mohon Abi juga membantu saya untuk membetulkan yang salah apabila suatu saat nanti saya melakukan kesalahan," ucapnya sesopan mungkin.

Abi mengangguk, kemudian ucapan hamdalah terdengar dari mulutnya. Tubuhnya ia sandarkan sejenak, menarik nafas sebelum kembali bertanya pada laki-laki disamping Darma.

"Nak Harsa, mau bicara apa? Masalah penelitian atau apa?" tanya Abi yang sudah mulai santai. Abi baru mengenal laki-laki itu beberapa hari semenjak penelitian Harsa dimulai.

Harsa kembali gugup, ia berpikir kembali untuk meminang Senandung. Ia masih mengingat janjinya kepada orang tuanya.

"Jangan mengecewakan pilihanmu, jika tidak sanggup lebih baik mundur," bisik Darma yang melihat Harsa tak kunjung berbicara.

Harsa merasa direndahkan, ia memutuskan untuk berkata sejujurnya pada Abi. "Saya kekasih masa lalu Senandung, Abi. Saya minta maaf, mungkin kejadian hari ini disebabkan oleh kehadiran saya," ucap Harsa yang memang merasa bersalah.

Abi langsung beristighfar. Ia tidak menyangka Senandung mengecewakannya dengan menjalin hubungan yang haram.

Sebelum Abi berbicara, Harsa kembali berbunyi. "Semuanya bukan salah Senandung. Saya tahu Abi melarang Senandung untuk berpacaran. Waktu itu, saya berjanji padanya akan membawa hubungan kami menjadi halal. Tapi takdir berkata lain, saya dilarang orang tua untuk menikah," jelas Harsa seadanya. Ia tahu, ucapannya pasti menyakitkan Abi.

Senandung (On-going)Where stories live. Discover now