42

13.7K 1.9K 117
                                    

Halo semuanya sehat kan? Sehat dong jaga kesehatan ya.

Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.

###

Deon menelepon supirnya untuk datang. Ia menyerahkan urusan ganti rugi pada sang supir. Biarkan saja supirnya yang akan menghubungi sang ayah.

Supir keluarga Adijaya dengan cepat datang dan sang supir juga sudah mengabari sang tuan yang notabene ayah Deon. Si supir memberikan sebuah amplop yang cukup tebal sebagai ganti rugi. Kakek penjual bakso menerima amplop itu, ketika ia mengintip isi amplop, tangan si kakek bergetar kerena melihat lembaran uang merah yang sangat banyak. Mata si kakek berkaca-kaca, ia belum pernah melihat uang sebanyak itu. Ia merasa sangat senang. Jika gerobaknya yang hancur akan diganti dengan uang sebanyak ini, ia ingin nantinya gerobaknya hancur lagi!

Deon dan Vallen berpikir jika si kakek masih sedih mengingat gerobak baksonya yang hancur karena ulah mereka berdua.

"Kek, maafkan Deon, ya."

"Vallen juga sekali lagi minta maaf."

"Tidak... tidak apa-apa!" ucap si kakek dengan bersemangat, ia sangat senang. Jika bisa, ia ingin sering-sering seperti ini. Mungkin ia akan cepat kaya.

***
Masalah gerobak bakso telah selesaikan, Deon dan Vallen melanjutkan perjalanan mereka yang sempat tertunda. Deon mengusir kembali supirnya. Kantor polisi yang mereka tuju sudah dekat jadi tidak perlu menaiki kendaraan untuk sampai ke sana. Lagipula, keduanya memang tidak ingin ada pihak ketiga yang tahu. Vallen dan Deon dari awal ingin menyembunyikan kunjungannya ke kantor polisi. Walaupun sebenarnya itu sia-sia.

Vallen dan Deon memasuki kantor polisi lalu ditanyai apa keperluan keduanya datang.

"Kalau boleh tahu, apa hubungan adek dengan saudari Melani?" tanya seorang polisi.

"Saya anaknya, Pak. Bisakah saya menemuinya?"

"Bisa, adek bisa tunggu di sini, akan saya panggilan."

"Terima kasih, Pak."

Setelah menunggu beberapa saat, polisi yang tadi pergi kembali lalu meminta Vallen dan Deon untuk mengikutinya.

Tapi Vallen meminta Deon untuk duduk menunggunya di sini saja, ia ingin berbicara berdua dengan ibunya. Deon memahami dan tidak mempermasalahkannya. Lagi pula, Deon memang datang untuk mengantar Vallen. Deon berpikir, mungkin Vallen ingin membicarakan sesuatu yang pribadi kepada ibunya.

"Tidak apa-apa, Vall. Aku akan menunggu di sini, kamu bicara secara baik-baik pada tante Melani, oke?"

"Hm, terima kasih, ya, De. Aku masuk dulu, aku usahakan, tidak akan lama."

Vallen masuk ke sebuah ruangan yang ditunjuk polisi. Di sana ada Melani, Vallen duduk berhadapan dengan Melani.

Melani menatap Vallen dengan tatapan berbinar. Ia berpikir, apakah suaminya berhasil membujuk Vallen? Setelah malam penangkapannya, ia belum melihat suaminya lagi. Melani justru mendapatkan kabar jika suaminya kembali sakit dan saat ini dirawat di rumah sakit. Padahal, terakhir Melani bertemu dengan suaminya. Suaminya, Hendra, terlihat sehat dan kondisinya sudah sangat membaik. Karena ia ditahan, ia tidak tahu kondisi sebenarnya dari suaminya.

Vallen menatap Melani dengan tatapan yang rumit.

"Ibu."

"Vallen."

Keduanya berbicara secara bersamaan.

"Ibu saja yang berbicara lebih dahulu."

"Apakah kedatangan Vallen ingin membebaskan Ibu? Ayah Hendra sudah bilang pada Vallen, kan? Dan Vallen sudah berbicara dengan tuan Martinez, kan?" tanya Melani dengan nada yang berharap.

Another Cannon FodderWhere stories live. Discover now