13

26.1K 2.8K 104
                                    

Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.




Lusa pun tiba, Vallen pergi ke seleksi terakhir perlombaan di antar si kembar, sedangkan Deon akan menunggu langsung disana.

Pelaku tabrak lari Vallen telah di tangkap, si supir mengaku kelelahan yang mengakibatkannya mengantuk dan tidak bisa mengontrol kecepatan mobilnya yang pada akhirnya menyerempet Vallen. Kasusnya sudah ditangani dan pelaku akan di hukum sesuai dengan prosedur dan pelanggaran yang telah dilakukannya. Semuanya telah di urus dengan baik oleh ayah si kembar.

Vallen turun dari mobil dan melihat Deon datang menghampirinya.

"Vall, are you oke? Serius mau ikut lanjut seleksi?

"Iya, De."

"Tapi inget kata dokter, jangan di paksain, oke?"

"Oke. Udah mendingan ko. Cuma masih sedikit nyeri."

Deon melihat luka di kening temannya yang masih tertutup kain kasa. Ia merasa jika Vallen terkadang sangat keras kepala.

"Oke, kalau begitu semangat ya."

"Terimakasih, De."

"Kakak, Vallen masuk dulu ya. Doain Vallen."

"Tentu, Kak Ar pasti doain yang terbaik buat Vallen."

"Kak Gara juga yakin Vallen pasti bisa."

"Vallen pasti menang, yakin sama Kak Raga."

"Iya, Kak, makasih ya. Vallen masuk dulu."

Vallen masuki gedung, ia berjalan menuju ruangan tunggu untuk peserta. Ia bisa melihat para peserta lain sudah banyak yang datang, ia juga melihat keberadaan Ryan diantara mereka. Tapi Vallen bersikap seolah tidak melihatnya. Ia tidak ingin meladeni Ryan. Ia sebenarnya bisa merasakan pandangan Ryan yang diarahkan padanya sejak ia memasuki ruangan.

Ryan menatap kedatangan Vallen dengan pandangan menyelidik dan juga merasa kesal. Ia sudah mendengar berita kecelakaan Vallen yang terjadi di luar gedung. Sebenarnya ia berharap Vallen akan absen dalam sesi penyeleksian akhir ini. Ryan sudah belajar lebih giat lagi, ia berpikir Vallen tidak mungkin akan mengikuti tahap seleksi ini dan saingannya akan berkurang. Ia merasa optimis akan memenangkan perlombaan ini. Tapi melihat kedatangan Vallen, ia merasa sangat kesal. Kenapa Vallen tidak terluka lebih serius? Kenapa Vallen masih bisa ikut seleksi? Ryan juga memperhatikan sekarang Vallen memakai kacamata. Setahunya, mata Vallen baik-baik saja. Kenapa sekarang ia memakai kacamata? Tapi ia tidak mau mengakui jika penampilan Vallen semakin menarik dengan memakai kacamata.

Vallen tidak tahu dengan apa yang dipikirkan Ryan tentangnya. Ia membuka kembali buku dan mengulang kembali apa yang diajarkan kakaknya. Vallen memiliki daya ingat yang sangat bagus. Ia bisa langsung mengingat informasi ataupun pelajaran dalam sekali membaca. Tapi tetap saja Vallen tidak merasa percaya diri dan ia ingin mengulas kembali.

Waktu penyeleksian tahap akhir akhirnya di mulai. Semua peserta di kumpulkan dalam satu ruangan. Sebelum masuk semua alat komunikasi di kumpulan untuk mencegah kecurangan.

Pengawasan akan lebih ketat karena semua peserta di satukan dalam satu ruangan.

Vallen dan peserta lainnya mulai mengerjakan soal yang yang telah di berikan. Penghitungan poin masih sama dengan tahap seleksi sebelumnya.

Vallen merasa soalnya sekarang juga tidak terlalu sulit, semuanya sudah ia pelajari dari kakaknya. Jadi ia dengan mudah mengerjakan soal lancar tanpa merasakan kesulitan. Semua pertanyaan dapat ia jawab tanpa satu pun terlewatkan. Ia selesai lebih cepat sepertinya sebelumnya. Tapi kali ini ia tidak melihat ke peserta lainnya. Ia menumpuk lembar soal dan jawaban menjadi satu dan dengan santai bersandar pada bangku.

Pengawasan tentu saja melihat postur santai Vallen. Jadi ia menghampiri meja Vallen.

"Peserta nomor 5, sudah selesai?"

"Sudah, Pak."

"Baik, Bapak akan cek dulu."

Pengawasan melihat jawaban Vallen dan tersenyum puas. Ia juga mendengar di tahap seleksi sebelumnya,  peserta nomor 5 yang ada didepannya tidak hanya selesai lebih awal dari lainnya tapi juga menduduki peringkat pertama. Pengawas di buat takjub dengan Vallen, ia merasa Vallen merupakan salah satu siswa jenius.

"Yakin dengan jawabannya?"

"Yakin, Pak."

"Tidak ingin memeriksanya lagi?"

"Tidak, Vallen sudah yakin."

"Baiklah, kamu sudah boleh keluar. Nanti hasilnya akan di umumkan di website resmi, nanti kamu bisa mengeceknya langsung disana."

"Baik, Pak, terimakasih."

Pengawas menganggukkan kepalanya. Peserta yang sebelumnya seruangan dengan Vallen tidak merasa terlalu terkejut dengan Vallen yang selesai lebih awal tapi untuk mereka tidak seruangan dengan Vallen dibuat terkejut sekaligus kagum karena ia bisa menyelesaikan ujian lebih awal dan masih banyak waktu yang tersisa sebelum waktu selesai.

Vallen keluar dari ruangan, ia melepas kacamatanya dan memijat pelan pangkal hidungnya. Ia belum terlalu terbiasa memakai kacamata. Ia berjalan dan tidak menyangka jika kakak kembarnya menunggu di ruangan tunggu, ada juga Deon yang terlihat tengah asik memainkan game di ponselnya.

"Sudah selesai?" Arga yang pertama kali melihat Vallen keluar.

"Iya, Kak."

"Wow, seperti yang diharapkan dari sahabatku." Deon mematikan ponselnya lalu menghampiri temannya, ia tidak bisa menahan untuk tidak memeluk Vallen.

Vallen membalas pelukan temannya dan tertawa kecil. Setelah selesai  berpelukan, Vallen menghampiri kakak tripletnya. Tapi tiba-tiba Vallen merasa pusing, badannya agak limbung.

Raga yang paling dekat dengan Vallen dengan cepat menangkap tubuh adiknya yang terlihat lumbung. "Are you oke?"

Vallen menganggukkan kepalanya," Hanya sedikit pusing."

"Kita pulang dulu," ucap Gara yang di angguki semuanya.

"Benar, Vallen butuh istirahat," imbuh Arga.

Deon menolak untuk ikut semobil dengan Vallen, ia masih tidak terbiasa jika harus memiliki kontak yang sangat dekat dengan si triplet. Mereka terlihat lembut, perhatian dan banyak bicara jika di depan Vallen. Tapi jika Vallen tidak ada di sekitar si triplet, mereka akan dalam mode hening. Deon saja tidak pernah di ajak bicara selama menunggu Vallen bersama si kembar. Tapi Deon tidak masalah, justru ia merasa lebih tenang jika pandangan mereka tidak tertuju padanya. Ia belum terbiasa jika harus melihat wajah datar yang terlihat sama  persis terarah padanya. Deon sudah merinding hanya dengan memikirkannya.

Vallen tentu saja tidak tahu dengan keluhan temannya. Ia hanya berjanji akan mengabari Deon lagi nanti.

"Istirahatlah, Kakak tau Vallen pasti lelah." Ucap Arga yang duduk di samping Vallen.

Bagaikan mantra, ucapan sang kakak membuat Vallen merasa lelah dan mengantuk seketika. Untuk hasil penyeleksian akan di umumkan lewat website resmi jadi Vallen tidak perlu khawatir dan bisa mengeceknya nanti.

Vallen jatuh tertidur dengan bersandar pada pundak kakaknya Arga.

"Tidur?" Tanya Raga.

"Em."

Arga melepaskan kacamata Vallen dan menyerahkannya pada Raga untuk di simpan. Ia menarik tubuh Vallen untuk lebih mendekat ke arahnya lalu memeluknya dari samping, agar adiknya bisa tidur lebih nyaman.

Suasana mobil jatuh dalam keheningan tapi tidak ada rasa canggung. Justru terlihat lebih tenang, bisa terdengar napas teratur dari Vallen yang menandakannya tertidur dengan pulas.

Si triplet diam-diam tersenyum puas dalam hati. Mereka senang melihat Vallen sudah merasa nyaman dengan kehadiran mereka. Menandakan Vallen sudah menerima mereka sebagai kakaknya. Dan tentu saja mereka sangat senang akhirnya bisa memiliki adik yang manis seperti Vallen.



Hoho, maaf ya Inay baru up.

Kalian sehat kan?
Pastinya masih nunggu Vallen kan?

Jangan lupa vote dan komennya ya 🤭



19 Juli 2023

Another Cannon FodderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang