17

25.5K 2.7K 177
                                    

Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.

Vallen menatap tidak percaya pada sang ibu. Ia tidak lagi membuka mulutnya sejak sang ibu menyetujui untuk menyerahkan hak asuhnya pada keluarga Martinez. Harapan terakhirnya pada orang tuanya benar-benar hancur tak bersisa sedikit pun.

Hugo langsung mengatur pengacara untuk mengurus penyerahan hak asuh Vallen kepadanya.

Vallen duduk terdiam di dalam mobil. Ia berada di tengah-tengah antara Raga dan Gara. Tidak ada yang membuka pembicaraan. Mereka tahu jika sang adik pasti sedih jadi mereka hanya memegang dan mengelus tangan sang adik yang terasa dingin. Mereka memberikan waktu sang adik untuk tenang. Hugo akan berbicara pada anak bungsunya tapi nanti jika mereka sudah sampai di mansion.

Si kembar dan Hugo mengantar Vallen langsung ke kamar, Vallen masih terlihat murung dan sedih.

Setelah sampai di kamar, Hugo mengkode anak kembarnya untuk keluar dan membiarkannya tinggal berdua dengan Vallen. Si kembar paham dengan kode sang ayah. Sebelum keluar, mereka memberikan beberapa kata pada sang adik.

"Jangan sedih, masih ada Kakak," ucap Raga.

"Vallen tidak sendirian," ucap Gara.

"Kami akan selalu ada untuk Vallen," ucap Arga.

Vallen diam terduduk di pinggir kasur, ia bingung harus menjawab apa. Setelah si kembar keluar, Hugo menghela napas panjang sebelum ikut duduk di samping sang anak. Ia mengambil telapak tangan Vallen dan menggenggamnya dengan lembut.

"Vallen," panggil Hugo.

"Hm?"

"Maaf atas tindakan Ayah tadi yang tiba-tiba saja meminta hak asuh Vallen dari orang tua kandung Vallen."

Vallen mengangkat kepalanya dan menatap ke arah ayahnya.

"Awalnya, Ayah tidak benar-benar serius dengan apa yang Ayah katakan. Sebenarnya, jika ibu Vallen menolak, Ayah akan tetap membantu membayar biaya operasi ayah kandung Vallen sampai sembuh. Tapi siapa sangka Melani akan langsung setuju begitu saja tanpa banyak berpikir."

Hugo bisa merasakan telapak tangan sang anak yang mulai terasa dingin. Ia menggenggamnya dengan lebih erat  untuk menghibur Vallen.

"Saat mendengar Melani dengan mudahnya menyetujui apa yang Ayah tawarkan, Ayah merasa marah. Bagaimana bisa dengan mudahnya ia memberikan hak asuh Vallen pada Ayah. Memang Ayah sudah memikirkan untuk meminta hak asuh  dari orang tua kandung Vallen. Tapi Ayah tidak menyangka akan mendapatkannya dengan cara seperti ini. Sejujurnya, Ayah hanya menguji. Tapi setelah melihat respon Melani. Ayah sudah bertekad untuk benar-benar mengurus penyerahan hak asuh Vallen pada Ayah."

"Ayah minta maaf, mungkin ini melukai Vallen. Mungkin mereka tidak perduli dengan perasaan Vallen tapi kami peduli. Walaupun kita bertemu baru sebentar tapi Ayah sudah menyayangi Vallen layaknya anak Ayah sendiri."

Vallen tak kuasa menahan air matanya setelah mendengar penjelasan sang ayah. Hugo membalas pelukan anaknya, ia juga mengelus pelan punggung anaknya yang bergetar akibat tangisan.

"Mungkin kita tidak ada hubungan darah tapi untuk menjadi sebuah keluarga tidak harus dari darah yang sama. Vallen anak Ayah dan seterusnya akan tetap menjadi anak Ayah. Menangislah sepuasnya, Ayah tidak akan melarang tapi tidak perlu berlarut-larut, jalan Vallen masih panjang, tidak perlu menghabiskan waktu dalam kesedihan untuk mereka yang belum tentu memikirkan Vallen. Ada kami yang akan selalu ada untuk Vallen, mengerti?"

Vallen menganggukkan kepalanya dalam pelukan sang ayah. Ia sudah tidak lagi mempunyai harapan untuk keluarga Johnson ataupun keluarga kandungnya. Mereka bukan lagi keluarganya. Sekarang keluarganya hanya Martinez.

Vallen menangis sampai jatuh tertidur. Hugo melepaskan kacamata anaknya dan meletakkannya di meja samping tempat tidur. Ia menyelimuti Vallen, sebelum keluar ia membubuhi ciuman pada dahi sang anak.

Hugo melangkah keluar dari lift, ia bisa melihat ketiga anak kembarnya yang duduk di sofa ruang tengah.

"Bagaimana, Yah?" tanya Raga.

"Adik kalian sedang tertidur, biarkan ia istirahat. Ayah sudah berbicara pada Vallen, ia juga sudah setuju. Jadi tidak perlu khawatir."

Ketiganya diam-diam menghela napas lega. Mereka khawatir adiknya akan terus bersedih, lagipula siapa yang tidak akan sedih ketika orang tua kandungnya menyerahkan hak asuhnya pada orang lain. Walaupun si kembar juga merasa senang, akhirnya Vallen resmi secara hukum akan menjadi adik mereka.

Pertamakali Hugo mendengar anak kembarnya menginginkan seorang adik, ia tidak paham dan ada sedikit kemarahan. Ia berpikir jika anaknya menginginkannya untuk menikah kembali untuk mendapatkan seorang adik. Istrinya meninggal beberapa tahun silam, ia sangat mencintai istrinya. Ia telah bersumpah setelah kematian istrinya, ia tidak akan pernah menikah lagi. Maka dari itu, saat anaknya menginginkan seorang adik, ia sempat terpancing emosi. Barulah setelah si kembar mengatakan jika mereka menginginkan seorang remaja yang berada di sekolah yang sama dengan mereka untuk menjadi adiknya, emosi Hugo langsung menyusut. Ia langsung memerintahkan anak buahnya untuk menyelidiki dan mencari informasi mengenai remaja tersebut. Setelah melihat semua hasil penyelidikan, ia merasa jika remaja ini tidak buruk, remaja ini juga menarik perhatiannya. Jadi, setelah itu ia menyetujui permintaan anak kembarnya. Tapi dengan syarat, mereka tidak boleh memaksa remaja itu. Mereka harus perlahan mendekatinya, jika remaja itu menolak mereka juga tidak boleh memaksa. Tapi siapa sangka remaja itu akhirnya benar-benar menjadi anak bungsunya, bungsu Martinez.

Di suatu tempat, di salah satu kamar di mansion Johnson, Ryan sedang tersenyum membayangkan Vallen yang saat ini pasti dalam suasana hati yang buruk. Ia melihat kesekeliling, dulu kamar ini milik Vallen, sekarang menjadi miliknya.

Beberapa jam sebelumnya.

Tidak lama setelah perlombaan selesai, ia mendapat telepon dari ibu angkatnya jika ayah angkatnya mengalami kecelakaan dan perlu biaya untuk operasi.

"Ibu, Ryan tidak punya uang untuk saat ini."

"Tidak bisakah Ryan coba meminjam uang pada Tuan Johnson?"

"Ibu, Ryan belum lama tinggal disini, Ryan belum berani meminjam uang yang nominalnya cukup besar, jadi maaf, Ryan tidak bisa membantu."

"Begitukah." Terdengar suara sedih Melani.

"Tapi, Bu. Hari ini Vallen memenangkan perlombaan dan ada hadiah uang tunai yang lumayan besar. Pasti Vallen mau membantu biaya operasi ayah. Kalian kan orang tuan kandung Vallen, jadi Vallen sudah seharusnya membantu ibu."

"Benarkah? Kalau begitu, Ibu akan menghubungi Vallen. Terimakasih atas infonya ya sayang. Ryan jaga kesehatan dan jangan sungkan untuk menghubungi Ibu jika ada apa-apa."

"Iya, Bu. Maaf, Ryan tidak bisa banyak membantu."

"Tidak apa-apa, Ibu mengerti. Yang penting Ryan sehat, jangan lupa makan. Ryan juga boleh mengunjungi kami."

"Baik, Bu. Kapan-kapan Ryan akan berkunjung."

Ryan mengingat percakapannya dengan ibu angkatnya tidak bisa menahan senyum. Ia senang jika Vallen tidak bahagia. Pasti Vallen saat ini sangat kesal pada orang tua kandungnya. Ia tidak suka jika orang tua angkatnya menyayangi Vallen seperti mereka menyayanginya. Vallen sudah merebut kehidupannya jadi sekarang gilirannya untuk merebut.

Mohon bersabar ini ujian 😁
Ditahan kata-kata umpatannya ya 😅😂
Tapi kalau tidak bisa ditahan, bolehlah satu dua kata saja 😂🤣

25 Juli 2023

Another Cannon FodderWhere stories live. Discover now