26

24K 2.6K 139
                                    

Halo halo para readersnya Inay. Gimana kabarnya sehat kan? sehat dong pastinya.

Selamat membaca dan semoga terhibur.
Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.





Hari ini Minggu, sekolah libur tapi Hugo dan Jovan masih pergi ke perusahaan. Mereka bilang, ada sedikit pekerjaan yang perlu di urus. Mereka berjanji tidak akan lama dan berjanji akan pulang secepatnya untuk menghabiskan waktu bersama Vallen.

Semalam Hector juga pamit untuk kembali ke keluar negeri, ia tidak bisa memastikan bisa pulang lagi ke mansion kapan. Vallen merasa sedih karena kepergian sang paman. Padahal, ia sudah mulai akrab dan dekat dengan sang paman. Tapi, ia juga tidak bisa meminta sang paman untuk tetap tinggal, ia tahu jika pamannya sangat sibuk. Ia hanya bisa berharap pamannya bisa pulang lagi ke mansion segera.

Vallen keluar dari lift, mansion terlihat tenang. Ia bisa melihat para bodyguard yang berdiri di berbagai sudut menjaga keamanan mansion Martinez. Terkadang ia berpikir, apakah mereka tidak lelah?

Vallen tidak melihat kehadiran kakak kembarnya jadi ia berpikir jika mereka pasti belum turun. Ia berjalan  mengelilingi mansion sebentar. Langkah kakinya menuntunnya ke arah dapur. Hari menjelang siang, ia bisa melihat beberapa maid sedang sibuk berkutat di dalam dapur.

"Mereka pasti sedang menyiapkan makan siang," pikir Vallen. Ia cukup penasaran dan berjalan mendekat ke arah dapur. Ia berdiri tidak jauh dari dapur, ia berjalan semakin mendekat. Seorang maid menyadari kehadiran Vallen, ia menghampiri sang tuan muda.

"Tuan Muda, apakah anda menginginkan sesuatu?"

"Em, tidak."

"Kalau begitu, boleh saya minta Tuan Muda agak lebih menjauh. Saya takut jika terlalu dekat anda akan terkena cipratan minyak. Di sini juga banyak benda tajam, tidak aman," ucap maid yang masih terlihat agak muda. Vallen menebak umurnya hampir tiga puluhan.

"Oke," jawab Vallen. Melihat sang maid berbalik Vallen,"Tunggu!" ia dengan refleks memanggil kembali sang maid.

Langkah sang maid terhenti dan kembali berbalik menghadap ke arah Vallen,"Iya, Tuan Muda, anda menginginkan ingin sesuatu?"

"Begini, Vallen ingin sesuatu. Ah, tidak, lebih tepatnya Valen ingin membuatnya sendiri, bisakah Kakak mengajari Valen?" tanya Vallen dengan ragu-ragu.

"Kalau boleh tahu, anda ingin membuat apa?"

"Vallen ingin membuat pangsit isi daging, bisakah Kakak mengajari Vallen membuatnya?"

"Tuan Muda ingin membuatnya sendiri?"

"Iya, Vallen ingin mencoba membuatnya sendiri, Kakak bisa kan, mengajari Vallen? Tapi jika itu mengganggu pekerjaan Kakak, tidak usah, lain kali saja."

Sang maid tersenyum lalu berkata, "Tentu saja tidak menggangu, saya akan mengajari Tuan Muda. Tapi Tuan Muda tidak boleh masuk ke dalam dapur, saya akan membawa bahannya ke meja pantry sebelah sana, ada tinggal tunggu di sana, saya akan menyiapkan semua bahannya." Sang maid merasa jika tuan mudanya ini sangat sopan dan lucu.

Vallen dengan patuh berjalan ke meja pantry yang tidak jauh dari dapur. Maid itu kembali ke dalam dapur untuk mengambil bahan-bahan. Tidak lama sang maid kembali dengan bahan dalam tangannya lalu menaruhnya di atas meja.

Pertama-tama sang maid mengajari Vallen untuk membuat kulit pangsit. Kulit pangsit tidak sulit dan mudah dibuat, hanya membutuhkan tepung terigu berprotein tinggi, tepung kanji, sedikit garam dan air secukupnya. Vallen dengan senang hati mengikuti langkah-langkah yang diajarkan padanya. Sang maid juga dengan sabar mengajari tuan mudanya dalam membuat kulit pangsit. Setelah beberapa saat menguleni, akhirnya adonan menjadi kalis. Vallen menyisihkan adonan itu sementara ke samping. Ia beralih membuat isian pangsit, ia mencampurkan daging yang sudah digiling halus dengan beberapa sayuran yang ia sukai. Setelah mengaduknya sampai rata dan membumbuinya. Ia mengambil adonan kulit pangsit lalu menggilingnya dengan rolling pin setelah dirasa sudah tipis sesuai dengan keinginannya. Vallen memotongnya menjadi bentuk persegi. Awalnya karena tidak pernah membuat pangsit, ia berpikir jika isian adonannya semakin banyak, semakin baik dan enak. Ternyata semua itu salah, terlalu banyak isian adonan akan membuat kulit pangsit pecah. Jadi, Vallen mengurangi isian pangsit dan mengisinya dengan secukupnya. Setelahnya, ia mengikatnya supaya berbentuk bulat.

Vallen menghela nafas dan melihat hasil karyanya dengan senang. Ia juga mengucapkan terima kasih pada maid yang sudah mau mengajarinya dengan sabar, ya walaupun bentuk pangsit nya tidak sebagus seperti  yang biasanya ia lihat dan makan. Tapi ini dibuat sendiri oleh Vallen, jadi ia merasa ada kebanggaan tersendiri, juga merasa jika pangsitnya tidak terlalu buruk saat dilihat. Ia yakin, pangsitnya pasti akan enak, ia jadi tidak sabar untuk mencicipinya ia juga ingin membaginya dengan ayah dan kakaknya. Sang maid mengambil pangsit itu ke dapur untuk merebusnya.

Yang tidak diketahui Vallen adalah jika si kembar telah mengawasi Vallen dari kejauhan yang sedang membuat pangsit. Ketiganya tidak mau mendekat karena mereka tidak ingin mengganggu Vallen. Mereka melihat ekspresi Vallen yang terlalu fokus dan terlihat senang. Jadi, si triplet tidak mau mengganggu kesenangan sang adik. Baru setelah melihat Vallen selesai dengan apa yang dibuatnya, ketiganya berjalan menghampiri sang adik yang saat ini tangannya masih berlumuran tepung.

"Kakak."

"Sudah selesai?"

"Apakah kakak melihatnya?"

"Tentu, Kakak melihatnya. Tapi Kakak tidak mau mengganggu. Jadi, kami hanya melihat dari kejauhan."

Saking asiknya membuat pangsit, Vallen sampai tidak menyadari jika Kakak kembarnya telah memperhatikannya dari kejauhan, ia jadi merasa sedikit malu.

Gara mengusap sedikit tepung yang menempel di pipi sang adik. Vallen diam membiarkan sang kakak mengusap pelan pipinya.

Setelah tinggal bersama beberapa waktu, Vallen sedikit demi sedikit mulai bisa mengenali Kakak kembarnya tanpa harus melihat tahi lalat yang ada di punggung tangan sang kakak. Entah bagaimana Valen bisa membedakannya sang kakak. Padahal, saat pertama kali melihat kakak kembarnya, mereka benar-benar terlihat sangat sama persis tapi setelah tinggal bersama, Vallen merasa jika setiap kakaknya memiliki karakteristik tersendiri jadi ia lama kelamaan sedikit bisa membedakan mereka meskipun jika iya bingung, ia akan sesekali melihat punggung tangan kakaknya. Tapi satu yang Valen paling tahu dari ketiganya adalah si tertua. Auranya lebih mendominasi dan lebih tenang, kedua saudara kembarnya akan mengikuti setiap ucapannya. Tapi yang pasti ketiga kakaknya sangat baik dan perhatian padanya. Perlakuan ini yang tidak pernah ia dapatkan dari keluarga Johnson maupun keluarga kandungnya. Vallen sudah menemukan rumah sesungguhnya di sini.

Saat makan siang hampir siap, Hugo dan Jovan pulang ke mansion. Mereka semua berkumpul di meja makan

"Ayah, Kakak, ini pangsit buatan Vallen. Cobalah, tapi Vallen tidak menjamin rasanya enak," Vallen dengan malu-malu menawarkan pangsit rebus buatannya kepada ayah dan kakaknya.

"Benarkah?" ucap Hugo sembari mengambil sebuah pangsit dan menggigitnya, "Ini sangat enak, anak Ayah memiliki bakat memasak ternyata."

"Benar, ini enak sekali," imbuh Jovan.

"Benarkah? Vallen juga belum mencicipinya," ucap Vallen dengan ragu. Sebuah pangsit yang lucu mendarat di depan piringnya. Ia melihat jika kakaknya Arga yang mengambilnya.

"Cobalah, ini benar-benar enak."

Vallen mengigit dan merasa jika  pangsit buatannya memang enak. Ia berpikir apakah benar ia mempunyai bakat memasak? Ia jadi memikirkan ingin mencoba makanan lainnya.

Makan siang berlangsung dengan suasana yang hangat. Semuanya tampak senang dan menikmatinya.



Hohoho, ada yang pernah buat pangsit? Pangsit sama dimsum mirip lah, cuman kalau dimsum kulitnya lebih tipis.






Btw apa makanan kesukaan kalian?

Kalau Inay jujur tidak tahu hehe, Inay biasa makan apapun dan seadanya. Selagi itu tidak bikin alergi.

Mak aja pernah tanya sama Inay gini, "Makanan atau buah kesukaan kamu apa?"

Lah Mak aja ngga tahu apa lagi Inay 🤣😂😂





13 Agustus 2023



Another Cannon FodderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang