BAB 52 (Sejak kapan kita menjadi akrab?)

1.1K 125 1
                                    

     Malam telah menunjukkan pukul 02.15 malam. Namun dokumen dokumen yang harus diselesaikan oleh Maxmillan masih menggunung tidak ada habisnya. Dalam seminggu terakhir Maxmillan lembur dalam menyelesaikan tugasnya sebagai penguasa daratan Noran. Nampak jelas lingkaran hitam dibawah matanya menandakan ia kurang tidur.

    "Huft, tidak ada habisnya, sekarang aku berfikir kenapa ayah selalu mendahului pekerjaannya dibanding bermain bersama kami anak anaknya. Ternyata begini rasa nya. Terlebih jika ingin bermain dengan kami, maka ayah harus lembur ekstra. Hah, aku merasa bersalah terhadap ayah karena berfikir jika ayah tak pernah sayang terhadap kami". Kata Maxmillan dengan tetap menandatangi beberapa dokumen.

     Kepala pelayan saat ini tetap sama seperti yang sebelumnya. Ia bertugas untuk memberikan arahan dan membantu Maxmillan sebagai Duke muda.

    Max yang kelihatannya benar benar lelah memutuskan untuk beristirahat sebentar, ia bersandar pada kursi kerjanya. Dan tak lama ia tertidur.

    Seketika ia terkejut dan terbangun dari tidur nya saat ada keributan dari dalam mansion nya. Maxmillan bergegas keluar dari ruang kerjanya untuk melihat apa yang terjadi.

    Tak disangka mansion nya kedatangan tamu tak di undang, sekitar 17 orang berpakaian serba hitam dengan niat kurang baik. Mereka berniat untuk membunuh semua orang didalam mansion.

    "Dimana semua orang? " Tanya Max dalam hati. Ia dengan sigap menyusuri kediamannya tanpa diketahui oleh 17 assassin tersebut.
Dilihatnya mansion penuh dengan darah para pelayan yang dibantai oleh ke 17 orang tersebut. Setelah memeriksa cukup ruang, Maxmillan menyadari jika tidak ada satupun yang selamat dalam insiden kali ini.
Bahkan ia menemukan tubuh kepala pelayan tergeletak di ujung koridor dengan bersimbah darah.

Maxmillan semakin panik saat ia mencari keberadaan Mikaela maupun Cyril.

    "Dimana mereka berdua? " Tanya maxmillan dalam hati .

     Max begitu terkejut saat menemukan tubuh Mikaela tergantung di aula belakang mansion. Seketika Maxmillan geram dan ingin segera menghabisi orang orang tersebut.

    "Mereka membawa Cyril ke gerbang belakang mansion" Ucap Mikaela sebelum nafasnya benar benar berhenti. Mendengar hal ini dengan cepat Max bergegas untuk mencari keberadaan adik kesayangannya tersebut.

    Max berlari seperti orang gila, karena keluarga satu satunya yang ia miliki berada di ambang kematian. Pada saat ia sampai, adik kesayangannya itu telah tergantung dari atas pohon dengan jerat rantai di lehernya. Dengan tangan terikat dan mata tertutup dan banyak luka dan noda darah hasil bekas penyiksaan.

pemandangan kematian Cyril begitu menyakitkan dan membuat Maxmillan berteriak histeris seperti orang gila. Ia menangis sekuat tenaga tepat berada dekat dengan jasad adiknya yang masih tergantung.

    "Aaaaaaa! Aaaaaaaaa! Aaaaaaaaa..... Aaaaaa! " Teriak Maxmillan terus menerus. Ia tidak dapat berpikir apapun lagi. Yang ia rasakan saat ini adalah sesuatu yang menyakitkan tepat menancap pada jantungnya.

    "Tidakkk, tidakkk mungkin! Ini tidak mungkinn.. Tidaaakkkkk! " Teriak Max dengan tangis histeris.

    Tiba tiba dari arah belakang ada yang menepuk pundaknya dan secara refleks Maxmillan mencekik orang yang menepuk pundaknya.

    "Akhh,.. Keghh .. Ka.. Kak.. Le.. pas kan, akkh ku tidak bisa bernaff.. fas.. " Cyril tersengal saat Max secara tiba tiba mencekik lehernya.

    Max yang kembali ke kenyataan, menyadari jika kejadian yang barusan ia alami adalah mimpi. Dan sepertinya Cyril mencoba untuk membangunkan nya. Namun, ia malah mencekiknya sebagai reflek dari efek mimpi barusan.

Dancing On Ice In The Moonlight  [END] [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang