Part 42.2 - Something About Keele

Start from the beginning
                                    

"Terserah jika kau ingin memakannya. Aku hanya tidak tahu apakah sesuai dengan seleramu, My Lord. Lagipula itu makanan sisa kemarin."

"Aku akan sangat senang."

"Terserah." Kaytlin menatap tanah dan menendang sebuah kerikil dengan ujung sepatunya. "Aku mau pulang." Ia kembali berjalan. Raphael mengikutinya di belakang sambil menuntun kuda.

Kembali seorang warga menyapa Kaytlin, kali ini seorang bapak penjual buah dan sayuran. Kaytlin menyahut dengan ramah dan saat pria itu bertanya tentang Raphael, lagi-lagi Kaytlin menjawabnya sebagai seorang pria yang nyasar dan tersesat sehingga ia terpaksa membantunya. Benar-benar...

"Apa kau ingin buah?" tanya Raphael.

"Tidak," sahut Kaytlin otomatis, seakan tidak ada jawaban lain.

Untuk apa juga Raphael bertanya. Ia langsung membeli buah dan disambut gembira oleh penjual tadi. Tidak banyak buah di musim semi sehingga Raphael hanya mendapatkan apel, pir, dan stroberi. Saat penjual tersebut bertanya apakah Raphael menyukai buah, Raphael hanya menjawab bahwa itu akan ia berikan pada Kaytlin sebagai ucapan terima kasih karena telah menuntun pemuda tersesat seperti dirinya.

Kaytlin menatapnya dongkol saat Raphael menaruh buah itu dalam tas berkudanya.

"Anakku perlu nutrisi," tukas Raphael datar seraya mengangkat bahu.

"Kau tidak percaya aku bisa memberikan nutrisi padanya?" Kaytlin menyipitkan mata.

"Aku percaya. Tapi aku ingin berpartisipasi merawatnya juga, tidak hanya sekadar membuatnya bersama-sama."

"Kau tidak berencana membuatnya," desis Kaytlin dengan wajah memerah.

"Bukan berarti aku tidak menyayanginya."

Kaytlin mundur menjauhinya, sebelum berbalik dengan jengah dan berjalan. "Apa kau tidak malu seperti ini?"

Raphael bergerak mengikutinya. "Malu?"

"Berjalan bersamaku."

"Untuk apa malu? Apa kau malu?"

"Tentu saja aku malu. Bepergian berdua dengan seorang pria. Aku tidak bisa membayangkan jika warga desa tahu kau bahkan menginap bersamaku," keluh Kaytlin.

"Apa kau lupa ingatan bahwa kita sudah pernah melakukan lebih dari itu?"

"Aku memilih tempat ini karena mereka tidak tahu."

"Maka dari itu menikahlah denganku."

"Tidak."

"Apa yang kau pikir akan dibayangkan warga desa tercintamu ini jika tiba-tiba perutmu membesar? Apa kau tidak akan lebih malu lagi?"

"Berhenti menakutiku. Aku tidak akan berubah pikiran hanya karena hal itu."

"Lalu?"

"Itu risiko yang akan kutanggung.... Oh, diamlah. Aku hanya ingin pulang dan memikirkan itu belakangan."

"Tapi urusanku belum selesai."

"Apa yang kauinginkan lagi?'

Raphael berpikir keras dan akhirnya menjawab, "Aku ingin melihat Pony. Apa anjing itu masih hidup?"

Kaytlin berhenti dan menatapnya tak percaya. "Yang benar saja, My Lord."

"Aku serius," sahut Raphael. "Atau jangan-jangan kau mengarang cerita tentangnya?"

"Tentu saja tidak! Aku tidak pernah mengarang cerita!" bentak Kaytlin tak terima.

***

Something About YouWhere stories live. Discover now