Bab 4. Dinner di Tempat GELAP

968 193 146
                                    

Lanjut ya guys...

BTW, buat kalian yang enggak suka sama castnya, tinggal skip aja. Kalau dalam bayangan penulis ya begini :v
kenapa enggak bule yang diambil? Kenapa harus indonesia banget sih, yah kecuali yg jadi Hira,

Loh, emangnya kenapa? Kan settingan cerita juga di Indonesia. Tim nas indonesia. terus para tentara yang jemuran dibawah sinar matahari langsung. :v jadi kalau kulitnya kuning kecokelatan ya tinggal diangkat.


Intinya mah dinikmati aja. Cast cuma pelengkap. 

--------------------------------------------------------------------


Kalau dipikir-pikir hidup itu seperti orang sedang menggambar, tapi sayangnya sejak kecil aku paling tidak suka menggambar. Karena warna yang kumiliki semuanya kelabu.

Sampai mereka memasuki restoran yang sudah Hira reservasi sebelumnya, tawa Hira masih mengiringi langkah mereka, seakan-akan dia tidak puas menertawakan kegilaan Humairah dengan segala pikiran aneh perempuan itu. Padahal dari jawaban yang Hira berikan, memiliki arti yang begitu luas. Tapi mengapa Humairah malah mengartikan ke arah negatif kata-kata itu?

"Bisa diem enggak! Ngeselin banget, ya!"

Menghindari amukan, Hira sengaja memperlambat langkahnya. Karena ia tahu, jika tawa ini masih terlihat di bibirnya, maka Humairah pasti akan mengamuk kepadanya.

Di antarkan ke meja yang sudah Hira reservasi oleh seorang pelayan, keduanya duduk berhadapan selayaknya orang yang tengah kencan.

"Restoran apaan nih? Kok gue baru tahu ada restoran gelap-gelapan gini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Restoran apaan nih? Kok gue baru tahu ada restoran gelap-gelapan gini."

"Ini enggak gelap-gelapan. Lebih ke arah romantis," jawab Hira sesuai fakta. Namun saat ia melihat respon dari Humairah, dia merasa menyesal sudah mengatakan hal itu.

"Pengen banget romantisan sama gue, lo?" Tawa Humairah mengejek. "Mendingan jangan deh, nanti kalau lo udah cinta mati sama gue, susah buat lepasnya," sindir Humairah dengan menjulurkan lidahnya.

Tangannya langsung saja meraih buku menu, memilih menu makanan yang enak demi menenangkan suara perutnya yang sudah tidak bisa ia tenangkan.

"Aku cuma jelasin."

"Ah? Kenapa?"

"Enggak. Udah pilih mau makan apa."

"Duh, gara-gara lo lama nih, gue jadi makan jam segini. Kan enggak baik kalau makan di atas jam 7 malam. Nanti gendut!"

Merespon cepat dengan kedua alis terangkat ke atas, Hira memajukan posisi duduknya demi melihat bentuk tubuh Humairah dengan jelas. Sengaja menurunkan volumenya, Hira mengajukan pertanyaan atas keluhan yang Humairah katakan.

"Bagian mana gendutnya?"

"Ah? Adalah yang gendutnya. Ya kali bagian gendutnya gue obral ke mana-mana."

Perjodohan anak JENDERALWhere stories live. Discover now