9 [Black Rose]

101 0 0
                                    

Meski dimas sangat ingin menggurui bara dan mengatakan bahwa dia tidak berminat untuk memiliki hubungan baru dengan perempuan manapun, dimas lebih memilih tersenyum pada bara, kemudian berdiri dari kursinya.

"Nggak sensitive amat sih bar", semprot luna begitu dimas menjauh dari meja mereka.

"Sorry", jawab bara secara lirih.

Membahas perceraiannya bukanlah hal yang dimas sukai. Mengingat, menceritakan atau berbicara apapun tentang mila dan perceraiaannya, membuat amarah dimas meluap. Amarah yang tidak bisa dimas tunjukkan, dan hanya bisa dimas tahan di hatinya. Amarah seperti itu, bisa dengan mudah berubah menjadi kesedihan.
Kesedihan yang membuka peluang untuk membuat dimas merasa semakin terpuruk, begitu kata dokter alma saat dimas menemuinya minggu lalu.

Dokter alma meminta dimas untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang membuat keadaannya semakin buruk, karena psikis dimas sudah kembali membaik. Sebaik mungkin dimas berusaha mengikuti apapun anjuran dari dokter alma, karena dimas sangat ingin sembuh dan terbebas dari syndrome yang dimulai pada saat masa pernikahannya.

Syndrome kecemasan, rasa panik, rasa bersalah juga ketakutan yang sudah menjadi bagian dari hidup dimas selama empat tahun terakhir. Kondisi yang sangat mudah mempengaruhi dimas, kalau dimas pantas mendapat semua hal buruk yang dunia berikan.

"Masih bagus aja dim design kamu meski kamu cuti selama dua tahun", puji bara pada dimas yang terlihat serius di depan komputernya.

"Namanya berlian, mau di kubur sedalam apapun tetap aja bersinar", jawab dimas, dan hal itu membuat bara menyesal sudah memuji dimas.

Pekerjaan yang dimas miliki, yang kini jadi harapan utama dimas, untuk dia bisa menerima semua masa lalunya. Bulan ketiga setelah dimas kembali menjadi arsitek professional di kantornya, luna dengan bangganya menginformasikan bahwa dia sudah selesai dengan tugasnya. Sementara dimas dan bara, masing-masing baru menyelesaikan satu dari dua ide design project.

Tiga minggu setelahnya, om saka mengumumkan bahwa kedua design dasar milik luna akan kawasan wisata kediri dan smart city di tangerang, membuat investor puas. Namun sayangnya luna lebih memilih untuk mundur dari head of architect project Tangerang Smart City.

Luna memilih untuk fokus di kawasan wisata kediri, dan meminta bantuan bara untuk projectnya. Dimas mengalah dan mengambil project yang luna tinggalkan.

"Kita di kasih waktu satu tahun dim untuk design detail townhouse, mall, sama sekolah international", ujar om saka di ruang meeting Sangsaka Architect.

"Singkat amat om", komplain dimas.

"Kita pakai design dari luna, terus gabungin sama milik kamu, sama nanti kamu harus bolak balik jakarta setiap bulan untuk meeting proggres sama investor", ujar om saka lagi.

"Bar kamu ikut aku ya", pinta dimas pada sosok yang duduk disampingnya.

"Oh nggak bisa, bara udah teken duluan sama aku", saut luna.

"Kalau pembangunan sudah dimulai, kamu harus stay di tangerang dim, laporan tiga minggu sekali ke kantor, oke", tegas om saka.

"Oke", jawab dimas.

"Ingat semuanya, ini project panjang, jadi aku harap kalian semua bisa maksimal", pinta om saka pada ketiga arsiteknya.

Om saka kemudian menutup meeting, setelah membuat keputusan final untuk project yang masuk ke kantornya.

🥀

Semakin dekat dengan deadline, semakin sering dimas pulang dari kantor larut malam, bahkan tak jarang berhari-hari menginap di kantor.

After SunsetWhere stories live. Discover now