4.) Fatimah

827 52 16
                                        

POV Fatimah

Namaku Fatimah Shakira Khairina biasa di panggil Imah oleh keluarga dekatku. Aku adalah anak dan cucu terakhir perempuan satu satunya dari keluarga yang membuatku begitu di jaga oleh Simbah dan juga Abah.

Aku menghabiskan 23 tahunku dengan bersembunyi dari segala keramaian di kehidupan luar. Sejak kecil aku memang sudah di ajari menutup diri dengan bercadar dan menghabiskan waktuku dengan belajar kitab serta menghafalkan Al-Qur'an. Terbukti aku telah menghafalkan Al-Qur'an 30 juz di usiaku yang baru menginjak usia 10 tahun.

Aku tak pernah melakukan sekolah formal pada umumnya namun aku mengikuti pembelajaran homeschooling. Aku tidak pernah mondok si pesantren seperti kebanyakan Ning di luar sana. Tapi aku belajar semuanya melalui Simbah,Abah,umi,dan semua saudaraku.

Kata Simbah itu semua dilakukan untuk melindungi ku dari pengaruh kerasnya dunia luar yang katanya penuh kemaksiatan.

Tak semua orang bisa melihatku. Bahkan santri yang telah mengabdi bertahun tahun pun tidak pernah bertemu denganku. Masa kecilku ku habiskan di dalam kamar hingga terbawa saat aku dewasa.

Karena ketertutupan ku tak banyak orang yang mengetahui bahwa Simbah Anwar memiliki cucu perempuan, jika ada yang mengetahui pun hanya tau bahwa cuci perempuan Simbah buta,tuli,bisu,dan lumpuh.

Dulu aku tak akan mengira bahwa aku akan menikah di usiaku yang ke 23 tahun karena memang aku tidak pernah mengenal lelaki kecuali keluargaku sendiri.

Hingga suatu ketika ada kyai yang hendak melamar ku untuk putranya, namun saat Simbah memberi tau bahwa cucu perempuannya buta,tuli,bisu dan juga lumpuh kyai tersebut membatalkan lamarannya.

Saat itu aku merasa bahwa aku tak akan menikah dan melajang seumur hidupku seperti Rabiah al adawiyah.

Rabiah al adawiyah adalah seorang sufi wanita yang dikenal karena kesucian dan kecintaannya terhadap Allah. Rabiah al adawiyah mengabaikan seluruh hidupnya pada Allah dan hidupnya benar benar semata untuk kehidupan akhirat sampai ia mengabdikan urusan dunianya. Kecintaan Rabiah pada Allah membuatnya memilih melajang seumur hidup.

Berselang 2 bulan kejadian itu pertama kalinya aku ikut pergi sowan bersama Abah dan Simbah menuju pesantren milik sahabat Abah yang dulunya alumni pesantren yang di asuh Simbah.

Di masjid pesantren aku ikut melaksanakan sholat shubuh. Saat itu pertama kalinya aku merasa aneh dengan diriku sendiri saat mendengar lantunan ayat dari sang imam. Dan hari itu aku pertama kalinya menatap mata lelaki ajnabi yang sama sekali tak ku kenal. Aku sangat terkejut saat ternyata ada lelaki yang melihatku terlebih sepertinya ia juga terkejut melihatku.

Setelah itu aku pun memutuskan untuk kembali ke mobil dan beristighfar dalam hati karena telah melakukan zina mata. Ternyata Simbah benar bahwa dunia luar memang keras dan sulit untuk terhindar dari maksiat.

Sejak saat itu aku sering bermimpi mengenai kejadian itu seolah olah aku bertemu lelaki itu hingga suatu ketika Simbah memberi tau bahwa ada yang hendak melamar ku. Dan yang paling mengherankan ia sama sekali tidak ingin bertemu denganku dan tetap teguh pada pendiriannya saat Simbah menawarkan bahwa di izinkan bertemu sebelum pernikahan. Ternyata lelaki bernama Ali itu tetap teguh untuk menikahi ku.

2 Minggu sebelum pernikahan aku kembali bermimpi bertemu lelaki yang ku temui di masjid membuatku bimbang. Apakah aku mencintai lelaki yang sama sekali belum pernah aku kenal itu?

Mengingat itu aku beristighfar dan berusaha meyakinkan diri bahwa lelaki yang menjadi suamiku lah yang akan mendapatkan cinta ku.

Kebimbangan ku terus terjadi hingga hari pernikahan tiba saat pertemuan pengantin. Ternyata takdir Allah begitu indah hingga kembali mempertemukan ku dengan lelaki cinta pertama ku. Yah, lelaki yang ku temui di masjid saat itu adalah suamiku saat ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 24, 2024 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cinta Setelah AkadWhere stories live. Discover now