Part 42.1 - Something About Keele

Mulai dari awal
                                    

"Blackmere Park."

"Itu bukan rumahku."

"Itu rumahmu sekarang."

"Mengapa?"

Raphael tak langsung menjawab. Ia mempertimbangkan apakah harus mengucapkannya sekarang dalam situasi seperti ini?

"Seharusnya aku memintanya sejak awal. Menikahlah denganku."

Kaytlin tidak menyahut dan terus melangkah.

Raphael kebingungan. Jika tidak salah, ia baru saja melamar Kaytlin, bukan?

Beberapa menit kemudian setelah mereka habiskan dengan diam, Raphael melihat Kaytlin menuju rumah yang Raphael kenal sebagai rumah Josephine dulu saat ia ke Keele pertama kali. Tidak ada yang berubah dari bentuk bangunannya, namun rumah itu sepertinya tidak berpenghuni karena ditumbuhi belukar.

Ternyata Kaytlin memang tidak tinggal di sana. Saat sampai di tujuan, wanita itu melewatinya dan memasuki pekarangan rumah yang bertetangga dengan rumah itu. Raphael ikut memasuki pekarangan dan melihat sekeliling. Sepertinya itu adalah rumah tetangga Kaytlin yang membantu keluarganya memasak di dapur setiap pagi karena Josephine tidak bisa memasak. Raphael tidak ingat namanya, tapi ia ingat Kaytlin pernah bercerita.

"Pulanglah," ucap Kaytlin di depan pintu setelah dibuka.

Raphael terhenti di ambang pintu.

Masih enggan menatap Raphael, Kaytlin membuka topi dan menaruhnya, membuat Raphael melihat bahwa wanita itu memotong rambut seperti saat pertama kali datang menemuinya di Blackmere Park dulu. Entah itu dilakukan untuk melindungi diri di perjalanannya yang selama ini sendirian ataukah sebuah impresi dari kehidupan baru.

"Apa kau tidak mendengar yang kukatakan tadi?" tanya Raphael dengan lembut.

Kaytlin menuju ke arahnya.

Hanya untuk menutup pintu dan menguncinya.

Raphael terdiam sesaat memandangi daun pintu yang tertutup di hadapannya.

"Kaytlin?" Raphael mengetuk.

"Pulanglah," ulang Kaytlin dari dalam.

"Aku akan tetap di sini sampai kau mau berbicara denganku."

"Terserah. Aku tidak peduli," sahut Kaytlin.

Raphael mengenal Kaytlin dan tidak mungkin Kaytlin setega itu. Berbekal keyakinan tersebut, Raphael menjauhi pintu dan duduk menunggu di undakan tangga.

Tapi satu jam berlalu. Kemudian satu jam berikutnya lagi, yang membuat Raphael memikirkan ulang keyakinannya. Ia bisa saja mendobrak pintu rumah untuk masuk, tapi tentu saja ia tidak akan melakukan cara barbar semacam itu, apalagi jika itu hanya akan menakuti Kaytlin.

Suasana begitu hening di sana padahal masih sore hari yang terang benderang. Entah bagaimana di malam hari dengan penerangan rumah yang tidak menggunakan lampu gas karena Raphael melihat tempat lilin di pilar teras. Raphael menengok ke sebelah di mana ia bisa melihat pekarangan rumah Josephine. Kosong tanpa penghuni. Lalu ia melihat sekitar dan mendapati rumah penduduk terdekat sekitar lima puluh meter. Masih untung Kaytlin memliki tetangga, tapi ia tidak sanggup membayangkan Kaytlin tidur sendirian di sana, apalagi dengan kondisinya sekarang yang mengandung anak.

Mengingat itu membulatkan tekad Raphael. Ia tidak akan pergi dari sana bahkan jika harus tidur di teras semalaman. Kaytlin pasti akan keluar dari rumah itu entah kapan dan Raphael akan menunggu saat itu datang.

Tidak berapa lama, Raphael mendengar seseorang mendendangkan lagu sambil bersiul-siul. Seorang pria muda muncul memasuki pekarangan bersama seorang balita dalam gendongannya. Wajahnya cukup tampan dan tubuhnya tegap. Di tangannya yang bebas tertenteng sebuah keranjang tertutup kain. Langkahnya terhenti di pekarangan berikut nyanyiannya melihat keberadaan Raphael di sana. Raphael pun menyipitkan mata.

Something About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang