Part 13

334 38 0
                                    

Pengadilan berjalan lancar. Kayden dan Roger telah dibebaskan dari posisi kepemerintahan. Begitulah akhir dari pengadilan kali ini. Namun, itu hanya secara formalnya saja. Kayden dan Roger telah ditunggu oleh Bayangan. Bayangan memiliki misi untuk menghabisi nyawa keduanya di perjalanan.

Claude tentu tidak akan membiarkan tunas berbahaya tumbuh dan meletakkan keluarganya dalam posisi yang tidak menguntungkan.

Claude juga dapat bernafas lega. Akhirnya, momen pemenggalan Penelope dapat ia hindari. Kesalahan masa lalu tidak terjadi. Kesalahan di mana dirinya terlalu mempercayai tubuh Penelope yang telah diisi jiwa hitam dari tubuh Diana. Hingga tidak sadar membunuh jiwa dari kekasihnya yang mendiami tubuh Diana.

Penelope menepuk pundak Claude. Keduanya sekarang sedang bermalas-malasan di ranjang kamar. Tidak mengerjakan pekerjaan karena pekerjaan telah diambil alih oleh putra putrinya yang kini beranjak usia sepuluh tahun.

Bukan mengambil alih secara formal. Hanya membiasakan keduanya untuk mengerjakan masalah kepemerintahannya yang nanti akan dipegangnya. Beberapa tahun lagi, Halley dan Arte akan menjelma menjadi pemimpin. Halley menjadi kaisar, Arte menjadi marchioness.

Benar. Gelar dan kuasa marquess Ziudith yang sempat diamankan oleh Claude akan Claude serahkan kepada putrinya. Sesuai dengan janjinya pada Penelope di masa lalu.

Berbicara tentang kediaman marquess, Luci telah diamankan. Hal itu terjadi sejak lama. Tak lama sejak status Claude berubah menjadi kaisar.

Claude mengeratkan pelukannya kepada Penelope. Ia membisikkan sesuatu di pendengaran istrinya. "Bagaimana dengan satu anak lagi, istriku? Anak yang mirip denganmu."

Penelope terkekeh. Ambisi Claude untuk memiliki seorang anak dengan fisik seperti dirinya tidak kunjung habis. Bahkan semakin lama, semakin menjadi.

"Kita sudah tua, Claude."

Claude menggeleng. "Masih bisa, En. Bukankah kau menginginkannya, En? Kau bilang kalau pertumbuhan Halley dan Arte terlalu cepat. Kau menginginkan bayi lagi."

Penelope menelusuri wajah tampan Claude dengan jemarinya. "Benar. Aku berucap demikian. Namun, Claude, apakah semuanya akan baik-baik saja? Bagaimana jika ada pertumpahan darah nantinya jika ia berakhir tidak memiliki kuasa seperti kedua kakaknya?"

Claude tersenyum. "Anak kita tidak mungkin menjadi sosok yang gila kuasa, En."

Penelope menghela nafas panjang. Lalu, bergerak menjauh dari cengkeraman Claude. "Baiklah. Aku mau mandi dahulu."

Claude melebarkan matanya. Ia mencekal lengan Penelope. "Kau di sini saja. Urusan pemerintahan telah aman. Tidak perlu khawatir."

"Claude, ini sudah menjelang siang. Aku ingin makan. Kau tidak lapar?"

Claude mengangguk. "Akan aku panggilkan pelayan. Kita hanya perlu makan di kamar, En."

Penelope menggeleng. Jika ia menuruti permintaan Claude, bisa-bisa Penelope berakhir di ranjang kembali dan tidak bisa menengok kedua anaknya.

Claude memberikan tatapan tak berdayanya. Manik matanya berkaca dan membulat. Membuat Penelope yang tadi menolak akhirnya luluh.

Claude bersorak kegirangan di dalam hatinya. Ia akan kembali melancarkan rencananya seusai memenuhi kebutuhan perut istrinya.

✧⁠◝◜⁠✧

Kehidupan Claude dan Penelope dengan ketiga keturunannya berlangsung damai. Benar. Penelope berhasil mengandung kembali.

Anak yang diidamkan oleh Claude berhasil lahir. Anak dengan rambut gandum kecoklatan seperti milik Penelope.

Masalah memang terjadi. Namun, mereka berhasil mengatasinya. Kali ini, sesuai keinginan, kehidupan Claude dan Penelope memiliki akhir lama yang sangat berbeda dengan kehidupan pertama keduanya.

[COMPLETED] I Was a Villainess Everyone Hated Where stories live. Discover now